Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus

Cutaneus Larva
Migrans
Oleh:

dr. Nadia Khoirunnisa Pasaribu

Puskesmas Prabumulih Barat


2020
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cutaneus Larva
Migrans

Banyak dijumpai pada


Soil transmitted disease daerah tropis dan
subtropis Afrika,
Ancylostoma
Amerika
braziliense &
Serikat &
Ancylostoma Sangat dipengaruhi oleh faktor
Barat, Asia
caninum kebersiahan/ hygiene
Tenggara

Self limitting disease, tapi Pentingnya penegakkan


sering terjadi komplikasi diagnosis  penatalaksanaan
berupa infeksi sekunder yang tepat
LAPORAN KASUS
Identifikasi Pasien

Nama An. M

TTL / Usia Prabumulih, 10 Januari 2018/ 1 tahun 10 bulan

Jenis Kelamin Perempuan

Alamat Jalan Kepodang, Prabumulih

Agama Islam

Pendidikan Belum sekolah


Anamnesis
• Gatal-gatal sejak 4 hari yang lalu pada punggung kaki kanan.
Keluhan
Utama

• Terdapat bintil-bintil kemerahan yang menjalar berbentuk seperti benang


Keluhan berkelok pada punggung kaki kanan.
Tambahan

• ± 4 hari yang lalu: gatal, terus menerus. Awalnya terdapat bintik kemerahan
kecil pada punggung kaki kanan
• Bintil kemerahan semakin besar, menimbul, menjalar berbentuk benang
berkelok
RPP • R/ sering bermain tanah tanpa alas kaki, R/ kontak dengan hewan peliharaan
(-). Keluhan pertama kali dirasakan, belum berobat.
Anamnesis
– Riwayat Penyakit Dahulu: tidak ada
– Riwayat Penyakit Keluarga: R/ keluhan yang sama dalam
keluarga, R/ alergi makanan , R/ alergi obat disangkal.
– Riwayat Kebiasaan: mandi 2 kali sehari menggunakan air sumur,
sering bermain tanah tanpa menggunakan alas kaki  (+)
– Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga: pasien merupakan anak dari
keluarga menengah.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum Tampak sakit ringan


Kesadaran Compos mentis
Nadi 94 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan 20 x/menit, reguler, pernafasan thoracoabdominal.
Suhu 37,2o c
Berat badan 11 kg
Tinggi badan 96 cm
 
Pemeriksaan
Spesifik
Pemeriksaan
Spesifik
Status
Dermatologikus
Pada regio dorsum pedis s/d cruris
dextra terdapat papul eritema, multipel,
miliar-lentikular tersebar diskret dengan
penyebaran serpiginosa.
Dermatofitosis
Diagnosis
Banding Skabies

Cutaneus Larva
Migrans
Pemeriksaan Penunjang
– Tidak dilakukan
Penatalaksanaan
– Non-Medikamentosa
o Memberikan edukasi kepada ibu pasien mengenai penyakit
yang diderita serta pengobatan yang akan diberikan
o Anjuran untuk selalu mengenakan alas kaki saat bermain dan
menjaga kebersihan diri.

– Medikamentosa
o Pirantel Pamoat syrup 1x125 mg
o Cetirizine syrup 1x1/2 cth (1 x 2,5 mg)
Prognosis

Quo ad vitam: bonam

Quo ad functionam: bonam

Quo ad sanationam: bonam


TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
– Cutaneus Larva Migrans (CLM)  kelainan kulit berupa
peradangan berbentuk linear/ berkelok-kelok, menimbul dan
progresif
– Disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari
anjing dan kucing.
Etiologi
• Ancylostoma brazilienes (spesies yang paling sering ditemukan pada
manusia) dan Ancylostoma caninum.
• Di Asia Timur umumnya disebabkan oleh gnatostoma pada babi dan
kucing.
• Pada beberapa kasus: Echinococcus, Strongyloideus sterconalis,
dermatobia maxiales, dan Lucilia caesar.
Faktor Risiko

Faktor
Perilaku

Faktor Faktor
Lingkungan Demografis
Siklus Hidup
– Siklus hidup cacing tambang berawal dari telur-telur cacing yang
menetas di tanah yang lembab, hangat, dan teduh untuk menjadi
larva
– Larva filariform menembus kulit hospes definitive: kucing dan
anjing  siklus hidup normal  cacing dewasa, hidup di usus
hewan tersebut
Siklus Hidup

Pada manusia:
– Larva filariform menembus kulit manusia dengan bantuan enzim
proteolitik yang dimilikinya, namun tidak dapat menembus hingga
ke dermis karena tidak mempunyai enzim kolagenase  larva akan
menetap diantara dermis dan epidermis  tidak dapat melanjutkan
siklus hidupnya secara normal  larva mati.
Siklus Hidup Cacing Tambang
Penegakkan Diagnosis
Anamnesis: Pemeriksaan
Gejala klinis + Pemeriksaan Penunjang:
tanyakan R/ Fisik:
- Biopsi kulit
kebiasaan, R/ Lesi khas pada - IgE  eosinofilia
bepergian, daerah predileksi
lingkungan - Histologi
Gejala Klinis

Papul berbentuk linear/ berkelok-kelok (snakelike


appearance; serpiginosa), menimbul, diameter 2-3 mm,
berwarna merah segar/ merah muda, gatal.

Predileksi  tungkai, plantar, tangan (unilateral/ bilateral),


pinggang, bahu, anus, bokong, paha serta di bagian tubuh
mana saja yang sering berkontak dengan tempat larva
berada.
Skabies

Dermatofitosis
Diagnosis
Banding

Dermatitis
Insect Bite
Non-Medikamentosa
Medikamentosa
- Edukasi mengenai personal
hygiene - Pengobatan oral
- Pengobatan cacing tambang - Pengobatan topikal
u/ hewan peliharaan

Penatalaksanaan
Pengobatan Oral
• Thiabendazole: 50 mg/kgBB/ hari dibagi 2 dosis selama 3
hari

• Albendazole: 400 mg selama 3 hari

• Ivermectin: 12 mg atau 0,2 mg/kgBB dosis tunggal

• Pirantel Pamoat: 10 mg/kgBB dosis tunggal selama 3


hari
Pengobatan Topikal
Agen pembeku topikal:
ethylene cloride, nitrogen
cair, cryotherapy
Albendazole/
Thiabendazole topikal
Prognosis
– Sangat baik
– Self limiting disease
– Lesi akan membaik dalam 4-8 minggu.
Pengobatan Topikal

Sediaan Terjadi kronis


Albendazole/ Intervertebrae progresif  fusi
Thiabendazole inflamasi  spondilitis
topikal ankilosis
ANALISA KASUS
Analisa Kasus
– Anamnesis  pasien dibawa berobat oleh ibunya karena gatal-gatal pada
punggung kaki kanan sejak 4 hari yang lalu. Gatal dirasakan terus menerus
sehingga pasien terlihat sering menggaruk kakinya. Terdapat bintil-bintil
kemerahan yang menjalar berbentuk seperti benang berkelok pada punggung
kaki kanan.
– PF  papul eritema multiple berukuran miliar-lentikular tersebar diskret dengan
penyebaran serpiginosa pada regio dorsum pedis s/d cruris dextra.
– Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan ini dapat ditegakkan diagnosis 
Cutaneus Larva Migrans atau Creeping Eruption.
Analisa Kasus
– Cutaneous Larva Migrans  kelainan kulit: peradangan berbentuk linear atau
berkelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang
Ancylostoma brazilienes dan Ancylostoma caninum.
– Awal: papul,  menjadi bentuk khas yakni lesi berbentuk linear atau berkelok-
kelok (snakelike appearance; serpiginosa), menimbul dengan diameter 2-3 mm,
berwarna merah segar, atau merah muda, dan terasa gatal.
Teori  predileksi adalah pada
daerah tungkai, plantar, tangan,
Lokasi lesi pada pasien: punggung anus, bokong atau paha, juga di
kaki. bagian tubuh di mana saja yang
sering berkontak dengan tempat
larva berada.

Kasus Teori
Analisa Kasus
– Pasien sering bermain tanah tanpa menggunakan alas kaki  sangat mendukung
dalam terjadinya CLM pada pasien  adanya bagian tubuh yang berkontak
langsung dengan tanah yang terkontaminasi akan mengakibatkan larva dapat
melakukan penetrasi ke kulit sehingga menyebabkan CLM.
– Faktor risiko lain yang berperan dalam terjadinya CLM pada pasien adalah usia.
Pasien berusia 1 tahun 11 bulan  teori: CLM paling sering terkena pada anak
berusia ≤ 4 tahun. Hal ini disebabkan karena anak pada usia tersebut masih
jarang menggunakan alas kaki saat keluar rumah.
Teori  Pirantel pamoat efektif
Tatalaksana: untuk cacing tambang, bekerja
sebagai neuromuscular blocking
Pirantel pamoat syr 1 x 125 mg
agent  pelepasan asetilkolin dan
Cetirizine syr 1 x 2,5 mg penghambatan kokinesterase 
menghasilkan paralisis spastik.

Kasus Teori
Analisa Kasus
– Pemberian cetirizin pada kasus  untuk mengurangi gejala gatal
– Cetirizin  antihistamin generasi kedua, diperkenalkan sebagai antihistamin
yang tidak mempunyai efek sedasi. Efeknya antara lain menghambat fungsi
eosinofil, menghambat pelepasan histamin dan prostaglandin D2.
– Edukasi berperan penting pada kasus ini agar tidak terjadi re-infeksi. Pasien
diharapkan agar selalu memakai alas kaki yang tertutup untuk menghindari
kontak langsung terhadap tanah, karena larva tersebut dapat masuk melalui kaki
manusia melalui kontak langsung dengan kulit.
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai