Anda di halaman 1dari 30

Superficial Bacterial

Skin Infection
PYODERMA – SOFT TISSUE
INFECTIONS

09/02/2020
PYODERMA
(Abses, Furunkel, Karbunkel)
● Abses : inflamasi lokal akut atau kronis, terjadi bersamaan dengan adanya pus dan
kerusakan jaringan ikat.

● Furunkel: abses atau nodul akut, dalam, berwarna kemerahan, panas dan nyeri ketika
ditekan, merupakan perkembangan lanjut dari folikulitis yang disebabkan bakteri
Staphylococcus

● Karbunkel : infeksi lebih dalam yang terdiri dari abses-abses yang menyatu berasal dari
folikel rambut yang berdekatan

INTRODUCTION
EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI

Faktor Predisposisi
• Chronic S. Aureus
carrier state (hidung,
aksila, pernineum,
vagina)
• DM
• Obesitas
Etiologi • Hygiene buruk
MSSA, MRSA. • Bactericidal defects
Abses steril bisa • Chemotactic defects
Onset umur Jenis Kelamin disebabkan karena • Sindrom hyper-IgE
Anak-anak, remaja, Lebih sering terjadi respon terhadap • HIV/AIDS
dewasa muda pada laki-laki benda asing
MANIFESTASI KLINIS

• Durasi lesi: hari, minggu, bulan • Karbunkel biasanya disertai demam, malaise.
• Gejala: Nyeri tekan, nyeri seperti ditusuk. • UKK: lesi kemerahan, panas, nyeri.

ABSES FURUNKEL KARBUNKEL


Terjadi pada lapisan dermis, lemak Awalnya berupa nodul nyeri dan tegas,
diameter 1-2 cm, berkembang menjadi
Terdiri dari beberapa furunkel yang
subkutan, otot, dll. Awalnya, nodul
fluktuan, dengan abses. Terjadi: area berdekatan dan bergabung. Ditandai
kemerahan dan nyeri, berkembang
janggut, leher belakang, kulit kepala dengan multipel abses dermal dan
menjadi pus yang terkumpul pada ruang
oksipital, axilla, buttocks. Bisa single subkutan yang terlokalisir, pustul
di tengah
atau multiple. superfisial, nekrotik.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pengecatan Gram Kultur Bakteri Dermatopatologi


Bakteri coccus gram (+) Kultur pus memberikan hasil Infeksi piogenik yang berasal
didalam leukosit PMN. S. aureus. Perlu dilakukan dari folikel rambut dan
pemeriksaan sensitivitas memanjang hingga dermis
antibiotik untuk bagian adalam dan jaringan
mengidentifikasi MRSA. subkutan (furunkel) dan
dengan abses terlokalisir
(karbunkel)
TREATMENT

Penanganan untuk abses, furunkel, atau karbunkel: insisi dan


drainase ditambah terapi antimikroba sistemik
● Pencegahan:
Salep mupirocin untuk mengeliminasi carrier state di hidung.

● Pembedahan:
Insisi dan drainase. Apabila tindakan ini tidak dilakukan, maka
infeksi dan nyeri masih terjadi walaupun sudah diberik terapi
antibiotik sistemik.

● Pengobatan Antimikroba Sistemik:


Pemberian antibiotik sistemik mempercepat penyembuhan pada
individu sehat dan harus diberikan pada semua individu dengan
resiko terjadi bakterimia (contoh: pasien imunosupresan).
Soft Tissue Infections
(Erisipelas, Cellulitis, NSTI, Limfangitis, Infeksi
Luka)
● Ditandai dengan inflamasi akut, difus, menyebar, edem, dan supuratif dari jaringan
dermis dan subkutan.

● Bersamaan dengan gejala sistemik seperti malaise, demam.

● Nonnekrotik STI ditangani menggunakan antibiotik, drainase abses.

● Nekrotik STI bisa menjadi life-threatening dan dibutuhkan debridement bedah yang
menyeluruh.

INTRODUCTION
01
ERISIPELAS DAN
SELULITIS
• Infeksi jaringan dermis dan
subkutan akut yang menyebar
• Ditandai dengan area kulit
kemerahan, panas, dan nyeri

SECTION 2
DEFINISI

Erisipelas:
Berupa plak indurasi berwarna merah, nyeri, edem dengan
peningkatan batas sehingga terlihat jelas batas kulit yang
terinfeksi dengan kulit normal.

Cellulitis
Hampir mirip dengan erisipelas, namun sudah melebar
hingga jaringan subkutan. Dibedakan dengan erisipelas
melalui 2 PF: lesi selulitis tidak meninggi, demarkasi dengan
kulit sehat tidak jelas. Jaringan saat dipalpasi teraba keras dan
sangat nyeri. Bisa terbentuk bula atau nekrosis.
EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI

Onset umur Etiologi


Pada umur
berapapun.
EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI

Port d’ Entry Faktor Resiko

• Mukokutan Penyalahgunaan obat dan alkohol, kanker,


• Underlying dermatoses kemoterapi, limfadema kronik, sirosis, DM,
• Trauma sindroma nefritik, iatrogenik imunosupresi,
• Luka operasi neutropenia, sindrom imunodefisiensi,
• Infeksi mukosa malnutrisi, gagal ginjal, sistemik
• Water exposure atherosklerosis
• Subjacent: osteomyelitis, sinus kutaneus
odontogenic, infeksi abdominal
• Bakterimia: Sepsis, endokarditis.
MANIFESTASI KLINIS

• Inkubasi: beberapa hari


• Prodromal: Malaise, anorexia, demam. • Riwayat: nyeri tekan lokal.

Erisipelas CELLULITIS
Plak kemerahan mengkilat, hangat, edem.
Tampak kaki yang edem, plak eritem
Batas terlihat jelas, ireguler, seikit
dengan pembentukan bula, demarkasi
mengalami peninggian. Vesikel, billae,
tidak jelas.
erosi, abses, perdarahan dan nekrosis bisa
terbentuk dalam plak.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Kultur Bakteri Hematologi


Aspirasi atau biopsi pada Hitung jenis leukosit dan Laju
Direct Microscopy
batas inflamasi, mampu Endap Darah (LED)
• Pewarnaan Gram: mengidentifikasi 20% mengalami peningkatan
• GAS: rantai coccus
gram (+)
patogen.
• S. aureus: cluster
coccus gram (+)
• Clostridia: batang Dermatopatologi Imaging
gram (-) Biopsi lesi dapat membantu • MRI: untuk diagnosis selulitis
• Preparat Tekan: menghilangkan kemungkinan akut infeksius.
• Spesimen biopsi lesi
penyakit kulit inflamatori non • CT, USG: deteksi abses
kulit. terlokalisir, dan osteomyelitis.

infeksius. Jaringan yang didapat
KOH: tampak
Candida, digunakan untuk pemeriksaan
Cryptococcus, Mucor histologis, pewarnaan Gram, dan
kultur.
TREATMENT
● Suportif:
Istirahat, imobilisasi, elevasi, analgesik.

● Dressing:
Untuk menghilangkan jaringan nekrotik dan eksudat purulen
menggunakan salin steril dingin saat membersihkan luka.

● Intervensi pembedahan:
Drainase abses: debridement jaringan nekrotik.

● Terapi antimikroba:
Karena sebagian besar penyebabnya adalah S. aureus dan
streptococcus, pemberian antibiotik beta laktam. IV antibiotik
diberikan pada lesi yang menyebar dengan cepat, terdapat respon
sistemik prominen (demam >37.8), terdapat komorbid
(immuncompromised, preexisting edema, gagal jantung, sirosis,
insufisiensi renal).
02
Necrotizing Soft Tissue
Infections
• Ditandai dengan perkembangan yang cepat dari
infeksi dengan nekrosis yang melebar pada
jaringan subkutan atau kulit dibawahnya.
• Faktor resiko: lesi kulit atau membran mukus
terlokalisir, diabetes, arteripathy, alkoholisme,
obesitas, imunosupresi, penggunaan AINS.

SECTION 2
MANIFESTASI KLINIS

Necrotizing fascii yang disebabkan oleh GAS


● Bisa berkembang pada trauma minor yang
nonpenetrasi (lebam, strain muscle) Pemeriksaan Fisik ditemukan:
● Bisa berkembang pada luka di epidermis: laserasi, ● Selulitis akut (tampak area kemerahan,
luka jarum, insisi abdominal pos operasi. edema, teraba panas dan nyeri),
● Kebanyakan kasus terjadi pada orang sehat, lebih biasanya pada ekstremitas.
banyak pada anak-anak dan orang tua. ● Tanda yang muncul selama 36-72 jam
setelah onset: area menjadi berwarna
biru keabuan; vesikel atau bula muncul
awalnya berwarna kekuningan
kemudian menjadi merah-kehitaman.
Infeksi menyebar cepat menghasilkan
slough nekrotik.
● Bisa terdapat demam.
TREATMENT

● Pembedahan:
Dilakukan tindakan bedah debridemen jaringan nekrotik secara
komplit ditambah dengan agen antimikroba dosis tinggi.

● Terapi antimikroba:
Pemberian antibiotik sistemik sesuai dengan tabel dibawah.
03

Limfangitis
• Proses inflamasi yang melibatkan pembuluh
limfa subkutan
• Etiologi:
• Akut: GAS, S. aureus (paling sering)
• Subakut: Mycobacterium marinum,
Sporotrix schenkii, Nocardia brasiliensis

SECTION 2
MANIFESTASI KLINIS

● Port d’ Entry: Pemeriksaan kulit ditemukan:


Luka di kulit, vesikel/bula terinfeksi, S. aureus ● Garis linear berwarna kemerahan dan
paronikia, herpes simplex. limfe yang dapat dipalpasi, biasanya
pembuluh limge membesar dan terasa
● Gejala lokal: nyeri saat ditekan.
Nyeri dan atau eritem pada bagian proksimal dari luka
di kulit.
TREATMENT
● Terapi antimikroba:
Pemberian antibiotik sistemik sesuai dengan tabel dibawah.
04

Infeksi Luka
• Hilangnya integritas kulit dapat menjadi port d’
entry infeksi.
• Semua luka akan ditemukan kolonisasi bakteri.
• Infeksi luka (purulen, eritema, teraba hangat, dan
nyeri) harus bisa didiagnosis secara klinis/

SECTION 2
EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI

Etiologi Faktor Resiko


• Health care-associated MRSA (HA-MRSA)
pada lingkungan rumah sakit. Infeksi luka operasi meningkat sebanyak 10x
• MSSA, Streptococcus, dan Pseudomonas lipat pada pasien dengan keadaan carrier state
spp. S. aureus .
Infeksi pos-operasi: waktu operasi yang
Faktor Predisposisi bertambah, diabetes, obesitas, penyakit paru
• Faktor umum: usia, obesitas, malnutrisi, faktor kronis, jenis kelamin laki-laki, pengobatan
endokrin, hipoksia, anemia, keganasan, menggunakan glukokortikoid.
imunosupresi.
• Faktor lokal: jaringan nekrotik, benda asing,
iskemik jaringan, pembentukan hematoma, teknik
bedah yang buruk.
• Kontaminasi mikroba: bergantung tipe dan
virulensi organisme, ukuran inokulum bakteri,
resistensi antibiotik.
MANIFESTASI KLINIS

● Gejala:
Infeksi lokal: nyeri saat ditekan, drainase purulen.
Infeksi invasif: malaise, anorexia, demam.

● Pemeriksaan kulit:
Drainase purulen, eritema, teraba hangat, indurasi,
dan nyeri.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Direct Microscopy
Kultur dan Sensitivitas
Pengecatan gram berasal dari
Indikasi: luka dengan tanda
eksudat, pus, cairan bulla,
klasik infeksi (drainase
aspirasi, atau preparat tekan
purulen, tanda-tanda
dapat menunjukkan adanya
inflamasi).
bakteri.
Spesimen: eksudat dan
jaringan nekrotik.
MANAJEMEN PERAWATAN

● Pencegahan:
• Eksogen: sterilisasi peralatan, ventilasi tekanan positif,
ekslusi staf dengan infeksi.
• Endogen: antibiotik profilaksis dan teknik pembedahan yang
baik.

● Tindakan pembedahan:
Debridement.

● Terapi antimikroba:
Pemberian antibiotik sistemik sesuai dengan tabel dibawah.
THANKS!
DO YOU HAVE ANY QUESTIONS?

CREDITS: This presentation template was created by

THANKS
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai