Anda di halaman 1dari 77

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEAKTIFAN PESERTA

LogoType
KLUB PROLANIS DALAM MENGIKUTI KEGIATAN KLUB PROLANIS DI
PUSKESMAS SEMPAJA

Pembimbing :
Dr. dr. Rahmat Bakhtiar, MPPM
dr. Tiara Ramadhani

Disusun oleh:
Agil Kusumawati
Ni Putu Vivi A.B
Eka Mulianingsih
Intan Widya Astuti

Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan
pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi

melibatkan peserta, fasilitas kesehatan


dan BPJS Kesehatan

dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi


peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit
kronis

untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya


pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien
Klub Prolanis di Puskesmas Sempaja

CLUB CERIA

36 orang

Keaktifan peserta masih rendah (56%)


Your Picture Here
Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan
Your Picture Here Your Picture Here Your Picture Here

Faktor predisposisi Faktor pemungkin Faktor penguat


(predisposing factors) (enabling factors) (reinforcing factors)

Your Picture Here

Berhubungan dengan hal yang telah dijabarkan diatas, peneliti tertarik untuk
meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keaktifan peserta klub prolanis
dalam mengikuti kegiatan klub prolanis di puskesmas sempaja.
RUMUSAN MASALAH

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keaktifan


peserta klub program pengelolaan penyakit kronis (prolanis)
dalam mengikuti kegiatan klub pronalis di Puskesmas Sempaja.
TUJUAN
Tujuan Umum Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik
Mengetahui faktor-faktor peserta klub Prolanis di
yang mempengaruhi Puskesmas Sempaja.
keaktifan peserta klub 2. Mengetahui faktor yang
program pengelolaan mempengaruhi keaktifan
anggota klub prolanis
penyakit kronis (prolanis)
dalam mengikuti
dalam mengikuti kegiatan kegiatan klub prolanis di
klub pronalis di Puskesmas Sempaja
Puskesmas Sempaja. meliputi pengetahuan,
dukungan keluarga,
pekerjaan, jarak dan
akses.
MANFAAT PENELITIAN

Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang


mempengaruhi keaktifan anggota klub prolanis dalam mengikuti
kegiatan klub prolanis di Puskesmas Sempaja Samarinda.

Sebagai bahan untuk menambah wawasan ilmu kesehatan


masyarakat terutama di bidang kebijakan masyarakat.

Sebagai bahan evaluasi terhadap kegiatan klub prolanis


kedepannya di Puskesmas Sempaja.
TINJAUAN PUSTAKA
PENYAKIT KRONIS

Menurut WHO 2014, penyakit kronis merupakan penyakit yang


didefinisikan sebagai penyakit yang memerlukan waktu lama agar
dapat terbentuk sepenuhnya.

Dari beberapa faktor risiko penyakit kronis yang dapat diubah


yang paling penting adalah diet yang sehat, ataupun makanan
yang berlebihan, kurangnya aktfitas fisik, dan penggunaan
tembakau. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu
usia dan genetik
Hipertensi
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90mmHg pada dua kali pengukutan dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.

Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika
tubuh tidak bisa menghasikan cukup insulin atau tidak dapat
menggunakan insulin yang ditandai dengan peningkatan
konsentrasi glukosa darah.
PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS
(PROLANIS)
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan
pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi

melibatkan peserta, fasilitas kesehatan


dan BPJS Kesehatan

dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi


peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit
kronis

untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya


pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien
• Selain itu kegiatan Prolanis mendorong peserta penyandang
penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan
indicator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes
Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan
spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai
Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya
komplikasi penyaki

• Adapun kegiatan yang dilaksanakan Prolanis meliputi


aktifitas konsultasi medis/edukasi, home visit, reminder,
aktifitas klub dan pemantauan status kesehatan.
KEGIATAN PROLANIS

Reminder Pemantauan
Aktivitas
Konsultasi Medis Edukasi melalui SMS Home visit Status
Klub
Gateway Kesehatan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan proses


hendaya-fungsian layanan kesehatan oleh masyarakat.

Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku


dapat dijelaskan dengan Teori Lawrence Green (1980)
dalam Notoadmojo (2010), yang dibedakan dalam tiga faktor yaitu:
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors)
2. Faktor Pemungkin (enabling factors)
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Karakteristik Karakteristik Karakteristik
Predisposisi Pendukung (enabling Kebutuhan (Need
(Predisposing Factors) characteristic) Characteristic)
• Ciri-ciri demografi • Sumber daya keluarga • Kebutuhan yang
• Struktur sosisal (family resources) dirasakan (perceived
• Sikap dan keyakinan • Sumber daya need)
individu terhadap masyarakat • Evaluate clinical
pelayanan kesehatan (community resources) diagnosis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan

Usia

Jenis Kelamin

Pengetahuan

Pekerjaan

Akses ke tempat pelayanan kesehatan

Dukungan keluarga
KERANGKA TEORI
DAN KONSEP
KERANGKA TEORI
Faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan :

1. Pengetahuan

2. Jarak Rumah dan akses


ke tempat pelayanan
Program Puskesmas
untuk Pengelolaan 3. Pekerjaan
Penyakit Kronis
4. Dukungan keluarga

Bukan Klub Prolanis Klub Prolanis

Hipertensi Meningkatan Kualitas


Diabetes Mellitus Hidup Peserta
KERANGKA KONSEP
Pengetahuan

Jarak Rumah dan Akses Keaktifan


Anggota Klub
Prolanis
Dukungan keluarga

Pekerjaan

Faktor demografi, faktor


pelayanan, faktor
program pelayanan,
faktor psikososial
HIPOTESIS PENELITIAN
Pengetahuan mempengaruhi keaktifan anggota klub prolanis dalam mengikuti
kegiatan klub prolanis di Puskesmas Sempaja.

Jarak rumah dan Akses merupakan faktor yang mempengaruhi keaktifan anggota
klub prolanis dalam mengikuti kegiatan klub prolanis di Puskesmas Sempaja.

Dukungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi keaktifan anggota klub


prolanis dalam mengikuti kegiatan klub prolanis di Puskesmas Sempaja.

Pekerjaan/Aktivitas merupakan faktor yang mempengaruhi keaktifan anggota klub


prolanis dalam mengikuti kegiatan klub prolanis di Puskesmas Sempaja.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
• Metode penelitian analitik observasional dengan
rancangan studi silang (cross sectional study). Studi cross
sectionalmerupakan suatu bentuk studi observasional
(non-eksperimental) yang pengukuran variabel-
variabelnya dilakukan hanya satu kali pada satu Waktu

Waktu dan Tempat Penelitian


• Penelitian ini dilakUkan pada bulan Febuari 2020 dengan
mengambil tempat di Puskesmas Sempaja, Samarinda
dan dilakukan home visite
Populasi
• Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
hipertensi dan diabetes mellitus yang
terdaftar sebagai anggota klub prolanis di
puskesmas Sempaja Samarinda.
Sampel
• Responden dalam penelitian ini adalah
pasien hipertensi dan diabetes mellitus yang
terdaftar sebagai anggota klub prolanis di
puskesmas Sempaja Samarinda.
Cara Pengambilan Sampel
• Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik total sampling. Sampel diambil di
Puskesmas Sempaja Samarinda berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi.
Kriteria Inklusi
• Bersedia menjadi responden penelitian

Kriteria Eksklusi
• Tidak mengisi lengkap kuesioner
• Tidak sedang berada di Samarinda selama penelitian
dilakukan
Cara Pengumpulan Data
Data Penelitian
• Data dalam penelitian ini adalah data
primer yang didapatkan melalui pengisian
kuesioner pada peserta klub prolanis di
Puskesmas Sempaja Samarinda.
Instrumen Penelitian
• Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner yang telah digunakan pada
penelitian terdahulu.
Variabel Penelitian
Variabel Terikat
• Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
keaktifan klub prolanis dalam mengikuti
kegiatan klub prolanis di Puskesmas
Sempaja Samarinda.
Variabel Bebas
• Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pengetahuan, dukungan keluarga,jarak
rumah dan akses serta
pekerjaan/aktivitas.
Keaktifan
 
Definisi Operasional
Perilaku penderita Diabetes Melitus dan Hipertensi yang tidak
mengikuti kegiatan Prolanis di Puskesmas Sempaja sesuai
dengan rekomendasi petugas kesehatan.

Kriteria Objektif
1. Aktif
Anggota klub Prolanis yang mengikuti kegiatan Prolanis di
Puskesmas Sempaja ≥ 3 kali dalam sebulan
2. Tidak Aktif
Anggota klub Prolanis yang mengikuti kegiatan Prolanis di
Puskesmas Sempaja < 3 kali dalam sebulan

Skala : Nominal
Pengetahuan
Definisi Operasional
Pengetahuan responden tentang pemanfaatan klub Prolanis
di Puskesmas Sempaja.

Kriteria Objektif
1. Baik : Bila skor jawaban benar 5-10
2. Kurang : Bila skor jawaban benar 0-4

Skala : Nominal
Dukungan Keluarga
Definisi Opersional
Pendapat responden tentang ada tidaknya dorongan moril atau
bantuan untuk mengikuti kegiatan Prolanis.

Kriteria Objektif
1. Baik
Bila skor jawaban responden >62.5% total skor pertanyaan
2. Kurang
Bila skor jawaban responden ≤62.5% total skor pertanyaan

Skala : Nominal
Jarak Rumah dan Akses

Definisi Opersional
Jarak serta akses yang harus ditempuh peserta klub dalam menjangkau
puskesmas sebagai tempat kegiatan klub Prolanis

Kriteria Objektif
1. Dekat : Jika jarak rumah dan puskesmas adalah 0-3 km dan akses mudah
2. Jauh : Jika jarak rumah dan puskesmas adalah >3 km dan akses sulit

Skala : Ordinal
Pekerjaan/Aktivitas
Definisi Opersional
Aktivitas atau kegiatan responden yang dikerjakan
bertepatan dengan pelaksanaan kegiatan klub prolanis

Kriteria Objektif
1. Iya
2. Tidak

Skala : Nominal
Pengolahan dan Penyajian Data

Data yang diperoleh ditabulasikan menurut frekuensi


distribusi dan persentase. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan softwareMicrosoft Office Excel
2010 dan Microsoft Office Word 2010 serta uji statistik
dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS
Statistics 23. Penyajian data dilakukan dalam bentuk
narasi, tabel dan grafik.
ANALISIS DATA
Analisis • Analisis univariat ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum
dengan cara mendeskripsikan setiap variabel bebas yang digunakan
Univaria dalam penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi frekuensi.
t Semua data disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi.

• Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antar variabel


bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji tabulasi silang
Analisis Chi-Square untuk mencari nilai p. Tingkat kemaknaan (nilai α) dalam
Bivariat penelitian ini ditetapkan sebesar 0,05. Jika suatu variabel memiliki
nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut secara
statistik memiliki hubungan dengan variabel terikat yang diteliti.
Identifikasi variabel penelitian
Alur
Penelitian Menetapkan populasi
dan sampel

Menetapkan Kriteria Inklusi Menetapkan Kriteria Eksklusi

Perizinan penelitian

Pengumpulan data

Analisis hasil

Analisis Bivariat

Hasil penelitian

Pembahasan dan kesimpulan


Jadwal Penelitian
HASIL PENELITIAN
Total sampel : 36 orang

Sampel yang memenuhi kriteria


inklusi : 30 orang

Sample yang masuk di kriteria


eksklusi : 6 orang
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD 5 16,7
KARAKTERISTIK
SLTP 2 6,7
RESPONDEN SLTA 12 40
Sarjana 11 36,7
Usia
< 60 tahun 15 50
≥ 60 tahun 15 50
Jenis Kelamin
Perempuan 23 76,7
Laki-laki 7 23,3
Pekerjaan

PNS 3 10
Swasta 2 6,7
Lainnya 25 83,3
Diagnosis
DM 7 23,3
Hipertensi 17 56,7
Keduanya 6 20,0
Keaktifan
Aktif 16 53,3
Tidak Aktif 14 46,7
ANALISA No Pengetahuan
Aktif Tidak Aktif

UNIVARIAT N % N % N %
1 Baik 16 100 13 92,8 29 96,7
2 Kurang 0 0 1 7,2 1 3,3
Jumlah 16 100 14 100 30 100
Aktif Tidak Aktif
No Dukungan N % N % N %
Keluarga

1 Baik 13 81,25 5 35,7 18 60


2 Kurang 3 18,75 9 64,3 12 40
Jumlah 16 100 14 100 30 100
Aktif Tidak Aktif
No Jarak dan Akses N % N % N %

1 Dekat 16 100 13 92,8 29 96,7


2 Jauh 0 0 1 7,2 1 3,3
Jumlah 16 100 14 100 30 100
Aktif Tidak Aktif
No Pekerjaan/ N % N % N %
Aktivitas

1 Iya 1 6,2 12 85,7 13 43,3


2 Tidak 15 93,8 2 14,3 17 56,7
Jumlah 16 100 14 100 30 100
Keaktifan
Total
Pengetahuan Ya Tidak P Value
ANALISA N % N % N %
BIVARIAT Baik 16 100 13 92,8 29 96,7
Kurang 0 0 1 7,2 1 3,3 0,467
Total 16 100 14 100 30 100

Keaktifan
Total
Dukungan Keluarga Ya Tidak P Value OR/(CI 95%)
N % N % N %
Baik 13 81,25 5 35,7 18 60
Kurang 3 18,75 9 64,3 12 40 0,128
0,01
(0,024-0,677)
Jumlah 16 100 14 100 30 100

Keaktifan
Total
Ya Tidak P
Jarak dan Akses
Value
N % N % N %
Dekat 16 100 13 92,8 29 96,7
Jauh 0 0 1 7,2 1 3,3 0,467
Jumlah 16 100 14 100 30 100
Keaktifan
Total
Pekerjaan/Aktivitas Ya Tidak P Value OR/(CI 95%)
N % N % N %
Iya 1 6,2 12 85,7 13 43,3
Tidak 15 93,8 2 14,3 17 56,7 0,011
0,000
(0,001-0,138)
Jumlah 16 100 14 100 30 100
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN

USIA <60 tahun (15 orang) = > 60 tahun (15 orang)

• Nurfrimadini (2013) menyatakan bahwa hal ini mungkin dikarenakan jumlah sampel yang
tidak terlalu banyak sehingga distribusi data menjadi tidak merata. Hubungan umur dengan
angka kesakitan, dimana kejadian sakit sering terjadi pada umur balita dan umur tua.
• Green (1980) menyatakan bahwa umur termasuk dalam faktor predisposisi yang
berhubungan dengan motivasi individu untuk bertindak memanfaatkan pelayanan kesehatan
• Andersen & Newman (2005) menyatakan bahwa utilisasi pelayanan kesehatan dipengaruhi
oleh komponen predisposisi yang salah satunya adalah umur.
• Kuswadji (1988) menyatakan bahwa semakin lanjut usia seseorang maka akan semakin
banyak masalah kesehatan yang akan dihadapi.
• Rahmi & Hidayat (2015) lansia memiliki lebih banyak waktu luang karena telah pensiun dari
pekerjaannya
KARAKTERISTIK RESPONDEN

JENIS
KELAMIN Perempuan (76,6%) > Laki-laki (23,3%)

• Rahmi & Hidayat (2015) yang mendapatkan bahwa anggota yang tergabung
dalam Prolanis lebih banyak perempuan dengan persentase 68,9%. Hal ini
mungkin di karenakan kelompok perempuan memiliki tingkat awareness yang
lebih tinggi terhadap penyakitnya
• Thabrany (2005) menemukan bahwa angka kesakitan pada kelompok wanita
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok laki-laki khususnya pada masa
reproduksi.
KARAKTERISTIK RESPONDEN

PENDIDIKAN SLTA (40%) > Sarjana (36,7%) > SD (16,7%) > SLTP (6,7%)

• Rahmi & Hidayat (2015) yang mendapatkan bahwa responden penelitian dengan
tingkat pendidikan tinggi (≥SMA sederajat) lebih banyak dengan 71,4% dibanding
dengan yang berpendidikan rendah (28,5%).
• Andersen & Newman (2005) yang menyatakan bahwa pendidikan seseorang
menunjukkan gaya hidupnya, yang kemudian juga menentukan perilakunya untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
• Thabrany (2005) menyatakan bahwa orang yang memiliki pendidikan tinggi
tentunya akan lebih paham mengenai sebab akibat dari perilaku memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
KARAKTERISTIK RESPONDEN

PEKERJAAN Lainnya (83,3%) > PNS (10%) > Swasta (6,7%)

• Sesuai dengan tujuan BPJS Kesehatan yang juga mengakui bahwa kegiatan
Prolanis memang diperuntukkan bagi peserta yang memiliki lebih banyak waktu
luang
• Rahmi & Hidayat (2015) menyatakan bahwa lansia memiliki lebih banyak waktu
luang karena sudah pensiun dari pekerjaannya atau tidak bekerja lagi
Pengetahuan tidak berhubungan dengan Keaktifan Prolanis

29 orang responden dengan pengetahuan baik terdapat 16 orang (55,2%) yang aktif
mengikuti kegiatan prolanis dan dari 1 orang dengan pengetahuan kurang terdapat
tidak ada orang (0%) yang aktif mengikuti kegiatan prolanis
fisher exact test p = 0,467 (p>0,05)

• Yuliaristi (2018) mendapatkan bahwa pengetahuan tentang pemanfaatan


kegiatan prolanis mempengaruhi keaktifan anggota klub prolanis dalam mengikuti
kegiatan klub Prolanis dengan p<0,000.
• Wulandari & Antoni (2017) mendapatkan bahwa terdapat 47,6 % responden
dengan pengetahuan baik tetapi jarang hadir ke kegiatan Prolanis. Hal tersebut
disebabkan karena faktor penguat (reinforcing factor), dimana diperlukan
dukungan dari luar pribadi responden yang dapat mengubah perilaku tersebut.
Dukungan keluarga berhubungan dengan Keaktifan Prolanis

18 orang responden dengan dukungan keluarga baik terdapat 13 orang (81,25%)


yang aktif mengikuti kegiatan prolanis dan dari 12 orang dengan dukungan keluarga
kurang terdapat 3 orang (18,75%) yang aktif mengikuti kegiatan prolanis
Chi square p = 0,01 (p<0,05)

• Wulandari & Antoni (2017) yang mendapatkan bahwa dukungan keluarga memperngaruhi
kunjungan peserta ke klub prolanis dengan p<0,001.
• Harniati (2017) juga menyatakan bahwa dukungan keluarga mempengaruhi ketidakpatuhan
dalam mengikuti kegiatan prolanis dengan p=0,000.
• Friedman (1998) menyatakan bahwa keluarga merupakan sistem pendukung
utama terhadap masalah-masalah yang terjadi pada anggota keluarganya
• Menurut Green dalam Notoadmodjo (2012) sikap dan perilaku dari orang lain merupakan
faktor penguat bagi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam hal ini
merupakan sikap dan perilaku dari keluarga.
• Yuliaristi (2018) menyatakan bahwa semakin banyak dukungan keluarga yang diberikan
maka akan semakin besar peluang dan keinginan seseorang untuk sehat
Dukungan keluarga berhubungan dengan Keaktifan Prolanis

18 orang responden dengan dukungan keluarga baik terdapat 13 orang (81,25%)


yang aktif mengikuti kegiatan prolanis dan dari 12 orang dengan dukungan keluarga
kurang terdapat 3 orang (18,75%) yang aktif mengikuti kegiatan prolanis
Chi square p = 0,01 (p<0,05)

• Menurut Wulandari & Antoni (2018) rendahnya dukungan keluarga terhadap kegiatan
Prolanis disebabkan karena kesadaran masyarakat dalam melakukan upaya preventif dari
penyakit yang rendah, sehingga mereka kurang menyadari bahwa lebih baik mencegah
daripada mengobati dengan cara mengontrol kondisi kesehatan sekaligus berolahraga.
Jarak & Akses tidak berhubungan dengan Keaktifan Prolanis

29 orang responden dengan jarak dan akses yang mudah dan dekat terdapat 16
orang (100%) yang aktif mengikuti kegiatan prolanis dan dari 1 orang dengan jarak
yang jauh tidak terdapat orang (0%) yang aktif mengikuti kegiatan prolanis
fisher exact test p= 0,467 (p>0,05)

• Rahmi & Hidayat (2015) yang menyatakan bahwa jarak tempuh dan waktu tempuh tidak
berhubungan dengan pemanfaatan prolanis dengan nilai p untuk jarak tempuh adalah p =
0,401 (p>0,05) dan nilai p untuk waktu tempuh adalah p= 0,527 (p>0,05)
• Menurut Green (1980) akses menuju pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor
yang memungkinkan dari seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
• Masita, Yuniar, & Lisnawaty (2015) menyatakan bahwa ada faktor internal yang
mempengaruhi kurangnya masyarakat memanfaatkan kegiatan Prolanis seperti motivasi
dan kepercayaan terhadap kegiatan Prolanis yang diberikan, adanya aktivitas lain yang
menyebabkan ketidakhadiran dan faktor-faktor lainnya
Pekerjaan berhubungan dengan Keaktifan Prolanis
13 orang responden yang memiliki pekerjaan atau aktivitas lainnya terdapat 1 orang
(7,6%) yang aktif mengikuti kegiatan prolanis dan dari 17 orang dengan yang tidak
memiliki kendala berupa pekerjaan atau aktivitas 15 orang (88,2%) aktif mengikuti
kegiatan prolanis

Chi square p= 0,000 (p<0,05)

• Yuliaristi (2018) yang menyatakan bahwa pekerjaan mempengaruhi pemanfaatan prolanis


di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung menggunakan uji chi square dengan
nilai p=0,008 (p<0,05).
• Yuliaristi (2018) berpendapat bahwa seseorang yang berstatus sebagai pekerja atau yang
memiliki aktivitas harian tertentu, memiliki risiko terhadap kejadian hipertensi dikarenakan
berbagai faktor seperti tingkat stres yang tinggi ataupun pola makan yang tidak teratur dan
kurang sehat akibat padatnya aktifitas bekerja. Seseorang yang berstatus bekerja juga
berpengaruh pada pemanfaatan prolanis dikarenakan padatnya aktifitas bekerja sehingga
tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengikuti program prolanis.
Keterbatasan Penelitian

Adanya faktor lain yang mempengaruhi keaktifan anggota klub


prolanis dalam mengikuti kegiatan klub prolanis yang tidak diteliti
oleh peneliti.
PENUTUP
KESIMPULAN

Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan anggota klub


prolanis dalam mengikuti kegiatan klub prolanis di Puskesmas Sempaja
Samarinda.

Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan keaktifan anggota klub


prolanis dalam mengikuti kegiatan klub prolanis di Puskesmas Sempaja
Samarinda.

Tidak terdapat hubungan antara jarak dan akses dengan keaktifan anggota klub
prolanis dalam mengikuti kegiatan klub prolanis di Puskesmas Sempaja
Samarinda.

Terdapat hubungan antara pekerjaan/aktivitas dengan keaktifan anggota klub


prolanis dalam mengikuti kegiatan klub prolanis di Puskesmas Sempaja
Samarinda.
SARAN

• selalu dapat • rutin mengikuti • menggunakan

Anggota Prolanis
Intansi Kesehatan

Peneliti Lain
memelihara kegiatan klub variabel lain yang
konsistensi dari prolanis agar dapat merupakan faktor
program-program mengontrol gula predisposisi, faktor
yang sudah dijalani darah dan tekanan pemungkin atau
pada klub prolanis darah faktor penguat
• meningkatkan • lebih memperhatikan • penelitian lanjutan
pengetahuan dari kondisi berupa hubungan
peserta prolanis kesehatannya, agar keaktifan peserta
• Disarankan bagi terhindar dari prolanis terhadap
puskesmas untuk komplikasi penyakit peningkatan kualitas
mengadakan variasi yang diderita hidup peserta
kegiatan lainnya
Daftar Isi
Azwar, A. (2010). Pengantar administrasi kesehatan. Jakarta : Binarupa Aksara.
BPJS Kesehatan. (2014). Panduan praktis prolanis (program pengelolaanpenyakit kronis). Jakarta: BPJS
Kesehatan.
International Diabetes Federation. (2017). Diabetes atlas 8th edition 2017. English.
Ismail,2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pada Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Gaya Baru Kec. Tellu Limpoe Kab. Bone.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman pembinaan kesehatan lanjut usia bagi petugas kesehatan .
Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pusat data dan informasi kesehatan diabetes. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pusat data dan informasi kesehatan hipertensi. Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2015). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe
2 di Indonesia. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75. (2014). Tentang Pusat kesehatan masyarakat.
Jakarta.
Rahmi, A. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan program pengelolaan penyakit kronis
(Prolanis) di BPJS Kesehatan
Kantor Cabang Jakarta Timur tahun 2015 (Skripsi). Fakutas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Tawakal, Ismaniar. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan program pengelolaan
penyakit kronis (Prolanis di BPJS Kesehatan
Kantor Cabang Tangerang tahun 2015 (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Jakarta.
World Healh Organisation. (2014). Noncommunicable diseases. France.
LAMPIRAN
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai