LogoType
KLUB PROLANIS DALAM MENGIKUTI KEGIATAN KLUB PROLANIS DI
PUSKESMAS SEMPAJA
Pembimbing :
Dr. dr. Rahmat Bakhtiar, MPPM
dr. Tiara Ramadhani
Disusun oleh:
Agil Kusumawati
Ni Putu Vivi A.B
Eka Mulianingsih
Intan Widya Astuti
CLUB CERIA
36 orang
Berhubungan dengan hal yang telah dijabarkan diatas, peneliti tertarik untuk
meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keaktifan peserta klub prolanis
dalam mengikuti kegiatan klub prolanis di puskesmas sempaja.
RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui karakteristik
Mengetahui faktor-faktor peserta klub Prolanis di
yang mempengaruhi Puskesmas Sempaja.
keaktifan peserta klub 2. Mengetahui faktor yang
program pengelolaan mempengaruhi keaktifan
anggota klub prolanis
penyakit kronis (prolanis)
dalam mengikuti
dalam mengikuti kegiatan kegiatan klub prolanis di
klub pronalis di Puskesmas Sempaja
Puskesmas Sempaja. meliputi pengetahuan,
dukungan keluarga,
pekerjaan, jarak dan
akses.
MANFAAT PENELITIAN
Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika
tubuh tidak bisa menghasikan cukup insulin atau tidak dapat
menggunakan insulin yang ditandai dengan peningkatan
konsentrasi glukosa darah.
PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS
(PROLANIS)
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan
pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi
Reminder Pemantauan
Aktivitas
Konsultasi Medis Edukasi melalui SMS Home visit Status
Klub
Gateway Kesehatan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Usia
Jenis Kelamin
Pengetahuan
Pekerjaan
Dukungan keluarga
KERANGKA TEORI
DAN KONSEP
KERANGKA TEORI
Faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan :
1. Pengetahuan
Pekerjaan
Jarak rumah dan Akses merupakan faktor yang mempengaruhi keaktifan anggota
klub prolanis dalam mengikuti kegiatan klub prolanis di Puskesmas Sempaja.
Kriteria Eksklusi
• Tidak mengisi lengkap kuesioner
• Tidak sedang berada di Samarinda selama penelitian
dilakukan
Cara Pengumpulan Data
Data Penelitian
• Data dalam penelitian ini adalah data
primer yang didapatkan melalui pengisian
kuesioner pada peserta klub prolanis di
Puskesmas Sempaja Samarinda.
Instrumen Penelitian
• Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner yang telah digunakan pada
penelitian terdahulu.
Variabel Penelitian
Variabel Terikat
• Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
keaktifan klub prolanis dalam mengikuti
kegiatan klub prolanis di Puskesmas
Sempaja Samarinda.
Variabel Bebas
• Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pengetahuan, dukungan keluarga,jarak
rumah dan akses serta
pekerjaan/aktivitas.
Keaktifan
Definisi Operasional
Perilaku penderita Diabetes Melitus dan Hipertensi yang tidak
mengikuti kegiatan Prolanis di Puskesmas Sempaja sesuai
dengan rekomendasi petugas kesehatan.
Kriteria Objektif
1. Aktif
Anggota klub Prolanis yang mengikuti kegiatan Prolanis di
Puskesmas Sempaja ≥ 3 kali dalam sebulan
2. Tidak Aktif
Anggota klub Prolanis yang mengikuti kegiatan Prolanis di
Puskesmas Sempaja < 3 kali dalam sebulan
Skala : Nominal
Pengetahuan
Definisi Operasional
Pengetahuan responden tentang pemanfaatan klub Prolanis
di Puskesmas Sempaja.
Kriteria Objektif
1. Baik : Bila skor jawaban benar 5-10
2. Kurang : Bila skor jawaban benar 0-4
Skala : Nominal
Dukungan Keluarga
Definisi Opersional
Pendapat responden tentang ada tidaknya dorongan moril atau
bantuan untuk mengikuti kegiatan Prolanis.
Kriteria Objektif
1. Baik
Bila skor jawaban responden >62.5% total skor pertanyaan
2. Kurang
Bila skor jawaban responden ≤62.5% total skor pertanyaan
Skala : Nominal
Jarak Rumah dan Akses
Definisi Opersional
Jarak serta akses yang harus ditempuh peserta klub dalam menjangkau
puskesmas sebagai tempat kegiatan klub Prolanis
Kriteria Objektif
1. Dekat : Jika jarak rumah dan puskesmas adalah 0-3 km dan akses mudah
2. Jauh : Jika jarak rumah dan puskesmas adalah >3 km dan akses sulit
Skala : Ordinal
Pekerjaan/Aktivitas
Definisi Opersional
Aktivitas atau kegiatan responden yang dikerjakan
bertepatan dengan pelaksanaan kegiatan klub prolanis
Kriteria Objektif
1. Iya
2. Tidak
Skala : Nominal
Pengolahan dan Penyajian Data
Perizinan penelitian
Pengumpulan data
Analisis hasil
Analisis Bivariat
Hasil penelitian
PNS 3 10
Swasta 2 6,7
Lainnya 25 83,3
Diagnosis
DM 7 23,3
Hipertensi 17 56,7
Keduanya 6 20,0
Keaktifan
Aktif 16 53,3
Tidak Aktif 14 46,7
ANALISA No Pengetahuan
Aktif Tidak Aktif
UNIVARIAT N % N % N %
1 Baik 16 100 13 92,8 29 96,7
2 Kurang 0 0 1 7,2 1 3,3
Jumlah 16 100 14 100 30 100
Aktif Tidak Aktif
No Dukungan N % N % N %
Keluarga
Keaktifan
Total
Dukungan Keluarga Ya Tidak P Value OR/(CI 95%)
N % N % N %
Baik 13 81,25 5 35,7 18 60
Kurang 3 18,75 9 64,3 12 40 0,128
0,01
(0,024-0,677)
Jumlah 16 100 14 100 30 100
Keaktifan
Total
Ya Tidak P
Jarak dan Akses
Value
N % N % N %
Dekat 16 100 13 92,8 29 96,7
Jauh 0 0 1 7,2 1 3,3 0,467
Jumlah 16 100 14 100 30 100
Keaktifan
Total
Pekerjaan/Aktivitas Ya Tidak P Value OR/(CI 95%)
N % N % N %
Iya 1 6,2 12 85,7 13 43,3
Tidak 15 93,8 2 14,3 17 56,7 0,011
0,000
(0,001-0,138)
Jumlah 16 100 14 100 30 100
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
• Nurfrimadini (2013) menyatakan bahwa hal ini mungkin dikarenakan jumlah sampel yang
tidak terlalu banyak sehingga distribusi data menjadi tidak merata. Hubungan umur dengan
angka kesakitan, dimana kejadian sakit sering terjadi pada umur balita dan umur tua.
• Green (1980) menyatakan bahwa umur termasuk dalam faktor predisposisi yang
berhubungan dengan motivasi individu untuk bertindak memanfaatkan pelayanan kesehatan
• Andersen & Newman (2005) menyatakan bahwa utilisasi pelayanan kesehatan dipengaruhi
oleh komponen predisposisi yang salah satunya adalah umur.
• Kuswadji (1988) menyatakan bahwa semakin lanjut usia seseorang maka akan semakin
banyak masalah kesehatan yang akan dihadapi.
• Rahmi & Hidayat (2015) lansia memiliki lebih banyak waktu luang karena telah pensiun dari
pekerjaannya
KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS
KELAMIN Perempuan (76,6%) > Laki-laki (23,3%)
• Rahmi & Hidayat (2015) yang mendapatkan bahwa anggota yang tergabung
dalam Prolanis lebih banyak perempuan dengan persentase 68,9%. Hal ini
mungkin di karenakan kelompok perempuan memiliki tingkat awareness yang
lebih tinggi terhadap penyakitnya
• Thabrany (2005) menemukan bahwa angka kesakitan pada kelompok wanita
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok laki-laki khususnya pada masa
reproduksi.
KARAKTERISTIK RESPONDEN
PENDIDIKAN SLTA (40%) > Sarjana (36,7%) > SD (16,7%) > SLTP (6,7%)
• Rahmi & Hidayat (2015) yang mendapatkan bahwa responden penelitian dengan
tingkat pendidikan tinggi (≥SMA sederajat) lebih banyak dengan 71,4% dibanding
dengan yang berpendidikan rendah (28,5%).
• Andersen & Newman (2005) yang menyatakan bahwa pendidikan seseorang
menunjukkan gaya hidupnya, yang kemudian juga menentukan perilakunya untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
• Thabrany (2005) menyatakan bahwa orang yang memiliki pendidikan tinggi
tentunya akan lebih paham mengenai sebab akibat dari perilaku memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
KARAKTERISTIK RESPONDEN
• Sesuai dengan tujuan BPJS Kesehatan yang juga mengakui bahwa kegiatan
Prolanis memang diperuntukkan bagi peserta yang memiliki lebih banyak waktu
luang
• Rahmi & Hidayat (2015) menyatakan bahwa lansia memiliki lebih banyak waktu
luang karena sudah pensiun dari pekerjaannya atau tidak bekerja lagi
Pengetahuan tidak berhubungan dengan Keaktifan Prolanis
29 orang responden dengan pengetahuan baik terdapat 16 orang (55,2%) yang aktif
mengikuti kegiatan prolanis dan dari 1 orang dengan pengetahuan kurang terdapat
tidak ada orang (0%) yang aktif mengikuti kegiatan prolanis
fisher exact test p = 0,467 (p>0,05)
• Wulandari & Antoni (2017) yang mendapatkan bahwa dukungan keluarga memperngaruhi
kunjungan peserta ke klub prolanis dengan p<0,001.
• Harniati (2017) juga menyatakan bahwa dukungan keluarga mempengaruhi ketidakpatuhan
dalam mengikuti kegiatan prolanis dengan p=0,000.
• Friedman (1998) menyatakan bahwa keluarga merupakan sistem pendukung
utama terhadap masalah-masalah yang terjadi pada anggota keluarganya
• Menurut Green dalam Notoadmodjo (2012) sikap dan perilaku dari orang lain merupakan
faktor penguat bagi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam hal ini
merupakan sikap dan perilaku dari keluarga.
• Yuliaristi (2018) menyatakan bahwa semakin banyak dukungan keluarga yang diberikan
maka akan semakin besar peluang dan keinginan seseorang untuk sehat
Dukungan keluarga berhubungan dengan Keaktifan Prolanis
• Menurut Wulandari & Antoni (2018) rendahnya dukungan keluarga terhadap kegiatan
Prolanis disebabkan karena kesadaran masyarakat dalam melakukan upaya preventif dari
penyakit yang rendah, sehingga mereka kurang menyadari bahwa lebih baik mencegah
daripada mengobati dengan cara mengontrol kondisi kesehatan sekaligus berolahraga.
Jarak & Akses tidak berhubungan dengan Keaktifan Prolanis
29 orang responden dengan jarak dan akses yang mudah dan dekat terdapat 16
orang (100%) yang aktif mengikuti kegiatan prolanis dan dari 1 orang dengan jarak
yang jauh tidak terdapat orang (0%) yang aktif mengikuti kegiatan prolanis
fisher exact test p= 0,467 (p>0,05)
• Rahmi & Hidayat (2015) yang menyatakan bahwa jarak tempuh dan waktu tempuh tidak
berhubungan dengan pemanfaatan prolanis dengan nilai p untuk jarak tempuh adalah p =
0,401 (p>0,05) dan nilai p untuk waktu tempuh adalah p= 0,527 (p>0,05)
• Menurut Green (1980) akses menuju pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor
yang memungkinkan dari seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
• Masita, Yuniar, & Lisnawaty (2015) menyatakan bahwa ada faktor internal yang
mempengaruhi kurangnya masyarakat memanfaatkan kegiatan Prolanis seperti motivasi
dan kepercayaan terhadap kegiatan Prolanis yang diberikan, adanya aktivitas lain yang
menyebabkan ketidakhadiran dan faktor-faktor lainnya
Pekerjaan berhubungan dengan Keaktifan Prolanis
13 orang responden yang memiliki pekerjaan atau aktivitas lainnya terdapat 1 orang
(7,6%) yang aktif mengikuti kegiatan prolanis dan dari 17 orang dengan yang tidak
memiliki kendala berupa pekerjaan atau aktivitas 15 orang (88,2%) aktif mengikuti
kegiatan prolanis
Tidak terdapat hubungan antara jarak dan akses dengan keaktifan anggota klub
prolanis dalam mengikuti kegiatan klub prolanis di Puskesmas Sempaja
Samarinda.
Anggota Prolanis
Intansi Kesehatan
Peneliti Lain
memelihara kegiatan klub variabel lain yang
konsistensi dari prolanis agar dapat merupakan faktor
program-program mengontrol gula predisposisi, faktor
yang sudah dijalani darah dan tekanan pemungkin atau
pada klub prolanis darah faktor penguat
• meningkatkan • lebih memperhatikan • penelitian lanjutan
pengetahuan dari kondisi berupa hubungan
peserta prolanis kesehatannya, agar keaktifan peserta
• Disarankan bagi terhindar dari prolanis terhadap
puskesmas untuk komplikasi penyakit peningkatan kualitas
mengadakan variasi yang diderita hidup peserta
kegiatan lainnya
Daftar Isi
Azwar, A. (2010). Pengantar administrasi kesehatan. Jakarta : Binarupa Aksara.
BPJS Kesehatan. (2014). Panduan praktis prolanis (program pengelolaanpenyakit kronis). Jakarta: BPJS
Kesehatan.
International Diabetes Federation. (2017). Diabetes atlas 8th edition 2017. English.
Ismail,2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pada Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Gaya Baru Kec. Tellu Limpoe Kab. Bone.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman pembinaan kesehatan lanjut usia bagi petugas kesehatan .
Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pusat data dan informasi kesehatan diabetes. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pusat data dan informasi kesehatan hipertensi. Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2015). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe
2 di Indonesia. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75. (2014). Tentang Pusat kesehatan masyarakat.
Jakarta.
Rahmi, A. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan program pengelolaan penyakit kronis
(Prolanis) di BPJS Kesehatan
Kantor Cabang Jakarta Timur tahun 2015 (Skripsi). Fakutas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Tawakal, Ismaniar. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan program pengelolaan
penyakit kronis (Prolanis di BPJS Kesehatan
Kantor Cabang Tangerang tahun 2015 (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Jakarta.
World Healh Organisation. (2014). Noncommunicable diseases. France.
LAMPIRAN
Terimakasih