Anda di halaman 1dari 35

KEHAMILAN

RESIKO TINGGI
Pengertian
• Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai Faktor resiko
yang dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin
ataumengancam jiwa ibu dan janin
• Ibu hamil dengan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mengalami risiko
atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan.
bila dibandingkan dengan Ibu hamil yang normal
Kategori yang termasuk dalam kelompok satu
• Usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun ( WHO)
• Primi dengan usia terlalu tua
• Jarak yang terlalu dekat
• Gravida lebih dari 4
• Terlalu pendek kurang dari 145 CM
• Riwayat Abortus lebih dar 2 kali
• Riwayat Persalinan dengan komplikasi dan penyulit
• Letak sungsang, lintang
• Unwanted Pregnancy
• Gaya hidup yang tidak baik
Kelompok Kedua
1) Penyakit pada ibu hamil
2) Bengkak muka dan tungkai, hipertensi
3) Kelainan letak
4) Kehamilan ganda (gemeli)
5) Hidramnion
6) IUFD
7) Serotinus
Kelompok Ketiga
• Perdarahan
• Kejang
Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan
WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu,
namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
EPIDEMIOLOGI
• Insidensi abortus spontan adalah 15-20%.
• Risiko keguguran meningkat pada ibu dengan riwayat keguguran
sebelumya, mencapai 40% setelah tiga kali keguguran berturut-turut
dengan prognosis yang bertambah buruk sesuai meningkatnya usia ibu
Patofisiolog
• Lebih dari separuhnya disebabkan oleh anomali kromosom.
• Keguguran dini disertai perdarahan ke dalam desidua basalis dan nekrosis
jaringan sekitar, sehingga ovum terlepas dan merangsang kontraksi uterus
yang menyebabkan ekspuls
Faktor Predisposisi
1. Janin (fetal) kelainan genetik (kromosom)
2. Ibu (maternal)
• infeksi
• kelainan hormonal: hipotiroidisme, diabetes melitus, insufisiensi progesteron malnutrisi
• penggunaan obat- obatan, merokok, konsumsi alkohol
• faktor immunologis
• defek anatomis: uterus didelfis, inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum
waktu in partu, umumnya pada trimester kedua) dan sinekhiae uteri karena sindrom Asherman
• Kelainan fungsi koagulasi darah
Diagnosis
• Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah banyak
• Perut nyeri dan kaku
• Pengeluaran sebagian produk konsepsi
• Serviks dapat tertutup maupun terbuka
• Ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya
Macam - macam abortus
Abortus Iminens Abortus Insipiens
• Perdarahan Sedikit Perdarahan Sedang sampai banyak
• Nyeri perut Sedang Nyeri perut Sedang-hebat
• Uterus sesuai usia kehamilan Uterus Sesuai usia kehamilan
• Serviks tertutup Servisk Terbuka
• Gejala khas Tidak ada ekspulsi Gejala khas Tidak ada ekspulsi
jaringan konsepsi jaringan konsepsi
Macam abortus
• Abortus Inkomplit • Abortus Komplit
• Perdarahan Sedangbanyak • Perdarahan Sedikit
• Nyeri perut Sedang-hebat • Nyeri perut Tanpa/sedikit Lebih
• Utersu Sesuai usia kehamilan kecil dari usia kehamilan

• Serisk Terbuka • Serviks Terbuka/te rtutup


• Gejala khas Ekspulsi sebagian • Gejala khas Ekspulsi seluruh
jaringan konsepsi jaringan konsepsi
Macam Abortus
• Missed Abortion • Abortus septik
• perdarahan Tidak ada • Perdarahan Ada/tidak ada
• Nyeri perut Tidak ada • Nyeri perut Ada/tidak ada
• Uterus Lebih kecil dari usia kehamilan • Uterus Sesuai/lebih kecil dari usia
• Serviks Tertutup kehamilan

• Gejala khas Janin telah mati tapi tidak • Serviks Terbuka/te rtutup
ada ekspulsi jaringan konseps • Gejala khas Terjadi tandatanda infeksi,
didapatkan keputihan berbau
Tatalaksana Umum
• Nilai keadaan umum ibu (vital sign)
• Evaluasi tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90 mmHg). – Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. – Jika
tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya
dapat memburuk dengan cepat
• Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca kegugura
Tatalaksana Khusus Abortus Iminens
• Pertahankan kehamilan. • Tidak perlu pengobatan khusus. • Jangan
melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
• Jika perdarahan berhenti: pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan
antenatal (kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu). Nilai ulang
bila perdarahan terjadi lagi. • Jika perdarahan tidak berhenti: nilai kondisi
janin dengan USG. Nilai kemungkinan adanya penyebab lain
Tatalaksana Khusus Abortus Insipiens
• Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman selama
tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi pasca keguguran.
• Jika usia kehamilan <16 minggu: lakukan evakuasi isi uterus. Jika evakuasi tidak dapat
dilakukan segera: – Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila
perlu) – Rencanakan evakuasi segera
• Jika usia kehamilan ≥16 minggu: – Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan
evakuasi sisa hasil konsepsi dari dalam uterus. – Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin
dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi – Berikan misoprosto
Tatalaksana Khusus Abortus Inkomplit
• Lakukan konseling.
• Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan berat: – Evakuasi isi uterus. Metode yang
dianjurkan adalah aspirasi vakum manual (AVM). Kuret tajam dapat dilakukan bila AVM tidak
tersedia. – Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang
15 menit kemudian bila perlu)
• Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan ringan atau sedang: – Keluarkan hasil konsepsi
yang tampak muncul dari ostium uteri eksterna dengan jari atau forsep cincin. – Rekomendasi
FIGO: Misoprostol 600μg per oral dosis tunggal atau 400μg sublingual dosis tunggal.
• Jika usia kehamilan ≥16 minggu: – Berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi
Tatalaksana Khusus Abortus Komplit

• Tidak diperlukan evakuasi. • Lakukan konseling untuk memberikan


dukungan emosional dan menawarkan kontrasepsi pasca keguguran. •
Observasi keadaan ibu. • Apabila terdapat anemia lihat tatalaksana anemia
pada ibu hamil • Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu
Tatalaksana Khusus Missed Abortion
• Lakukan konseling.
• • Jika usia kehamilan <12 minggu: – evakuasi dengan AVM atau sendok kuret. – Rekomendasi FIGO:
Misoprostol 800μg pervaginam setiap 3 jam (maksimal x2) atau 600μg sublingual setiap 3 jam
(maksimal x2)
• • Jika usia kehamilan ≥12 minggu namun <16 minggu: – pastikan serviks terbuka, bila perlu lakukan
pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi dan kuretase. Lakukan evakuasi dengan tang abortus dan
sendok kuret.
• • Jika usia kehamilan 16-22 minggu: – lakukan pematangan serviks. – Lakukan evakuasi dengan infus
oksitosin 20 unit dalam 500 ml NaCl 0,9%/Ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi
ekspulsi hasil konsepsi. – Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali sebelum
merencanakan evakuasi lebih lanjut
Tatalaksana Khusus Abortus Septik

• Bila terdapat tanda-tanda abortus septik maka berikan kombinasi


antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam: – Ampicillin 2 g
IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam – Gentamicin 5 mg/kgBB IV
setiap 24 jam – Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
Tatalaksana Pasca Evakuasi
• Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
• • Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
• • Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24
jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu diperbolehkan pulang.
• • Kontrasepsi pasca keguguran dapat dilihat pada materi kontraseps
Pengkajian
• Riwayat kehamilan sebelumnya
• Riwayat minum al kohol, obat-obatan dsb
• Riwayat pekerjaan yang melebihi kemampuannya
• Riwayat bekerja lebih dari 2 jam yang monoton
• Riwayat hubungan sexsualitas
• Nutrisi yang tidak baik
• Hasil Lab menunjukan leokosit tinggi jika di katrenakan sepsis
Diagnosa Keperawatan
• Nyeri Perut
• Hipotensi
• Gangguan sirkulasi oksigen
• Resiko perdarahan berulang
• Cemas
• Hubungan suami dan istri
Distosia Janin
• Penyebab distosia kelainan janin antara lain
• Bayi besar 
• Hydrocephal
• Anencephal
• Kembar siam
• Gawat janin
Klasifikasi
• Klasifikasi
• Distosia kepala : hidrosephal, kepala besar, dan higroma koli (kista di
leher).
• Distosia bahu : bahu janin lebar seperti kingkong.
• Distosia perut : hidropos fetalis, asites, akardiakus.
• Distosia bokong : meningokel, spina bifida dan tumor pd bokong janin
• Kembar siam
Etiologi

• Kehamilan serotinus
• Anak berikut lebih besar dr anak sebelumnya
• Kegemukan
• Eritroblastosis
• Hipertiroidisme
• DM
Bayi Besar

• Dalam kepustakaan janin yg dilahirkan  pervaginam tetapi meninggal seberat 11,3 kg (Belcher) dan 11 kg (Moss).
Dan janin yang lahir dihidup seberat 10,8 kg (Barnes) namun hanya bertahan 11 jam.
• Janin besar adalah bila BB janin > 4000gr.
• Frekuensinya 5,3%, dan yg > 4,5kg adalah 0,4%. Bila panggul normal BB janin 4-4,5 kg tdk memberi kesukaran
dlm persalinan. Bayi Besas
• Dalam kepustakaan janin yg dilahirkan  pervaginam tetapi meninggal seberat 11,3 kg (Belcher) dan 11 kg (Moss).
Dan janin yang lahir dihidup seberat 10,8 kg (Barnes) namun hanya bertahan 11 jam.
• Janin besar adalah bila BB janin > 4000gr.
• Frekuensinya 5,3%, dan yg > 4,5kg adalah 0,4%. Bila panggul normal BB janin 4-4,5 kg tdk memberi kesukaran
dlm persalinan.
Mola Hidatidosa
• suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili k!realis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidrokel
• Secara makroskopik
seperti cgelembung –
gelembung putih berisi
cairan dengan ukuran
kurang lebih 1 sd 2 cm
Faktor predisposisnya antara lain :
Faktor ovum (ovum patologik sehingga mati,
terlambat dikeluarkan).
Sosioekonomi rendah.
Paritas tinggi.
- Kekurangan protein.
- infeksi virus dan
- Faktor kromosom yang belum !elas.
Patofsiologi
• Missed abortus dimana terdapat sisa jaringan yang masih menempel dapat menyebabkan
masuknya cairan ke dalam villi karseosa dan membentuk gelembung – gelembung
• Reabsorbsi cairan berlebih adalah ke dalam villi karsesoasa dan membentuk trofoblas
karena tidak ada janin maka trofoblas tersebut tetap menjalankan fungsinya untuk terus
berkembang
• Studi dari hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komplit pada
minggu ke tiga dan ke lima. adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak
adanya fetus menyebabkan trofoblas berproliferasi dan melakukan fungsinya selama
pembentukan cairan
Diagnosis
• Diagnosis yang paling tepat bila telah keluarnya gelembung mola. namun, bila kita
menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena
pengeluaran gelembung umunya disertai perdarahan yang banyak dan keadaan umum
pasien menurun.
• Terbaik ialah bila dapat mendiagnosis mola sebelum keluar. Pada
• TM II gambaran tidak spesifik, sehingga sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik,
missed abortion, abortus inkompletus, atau mioma uteri.
• Pada TM III gambaran lebih spesifik. ovum uteri berisi masa ekogenik bercampur
bagian-bagian anekoik vesitibular berd
Intervensi
• Perbaikan keadaan umum dengan transfuse, pemberian cairan
• Pengeluaran jaringan mola
• Pemberian profilaksis
• Test HCG
• Anjurkan klien untuk tidak hamil dulu
Pengkajian
• Mola Face
• Riwayat abbortus
• Uterus membesar tetapi tidak sesuai kehamilan
• Tidak ada ballotemen ( Lembet)
• Tidak terdengar DJJ
Diagnosa
• Nyeri
• Resiko Kekuranagn Cairan dan ELEKTROLIT
• Infeksi
• Cemas

Anda mungkin juga menyukai