Askep Depresi Postpartum
Askep Depresi Postpartum
OLEH:
1. SELVIANA KALIMATUS SA’DIYAH (201804051)
2. MUHAMMAD FARID ALFARIZI (201804070)
3. FARDHATUL JANNAH (201804086)
D3 KEPERAWATAN 2B
Defenisi
Kartono (2002) menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai
dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan aktifitas fisik maupun
mental dan kesulitan dalam berpikir. Gangguan depresi disertai kecemasan, kegelisahan dan
keresahan, perasaan bersalahan, perasaan menrunnya martabat diri atau kecendrungan bunuh diri.
Trisna (Hadi 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaa sedih atau sendu yang
biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung
sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu yakin tidak melakukan apapun untuk
mengubahnya dan merasa bahwa respon apapun yang dilakukan tidak akan berpengaruh pada hasil
yang muncul.
Sloane dan Bennedict (2002), depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan,
mungkin seorang ibu baru akan merasa benar benar tidak berdaya dan merasa serba kurang
mampu, tertindih oleh beban tanggung jawab terhadap bayi dan keluarganya, tidak bisa melakukan
apapun untuk menghilangkan perasaan itu.
Monks dkk (2001),
Gangguan mood selama periode postpartum
merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi pada wanita baik primipara maupun
multiparaMenurut DSM-IV, gangguan pascasalin
diklasifukasikan dalam 3 tahap, yaitu
1. Baby blues
Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja.
Gejalanya berupa perasaan sedih, uring0uringan, dan khawatir tanpa alasan yang jelas.
Tahapan baby blues ini hanya berlangsung beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat
pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.
2. Depresi postpartum
Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang memebdekannya
adalah ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai
setahun setelah melahirkan.
3. Psychosis postpartum
Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat megalami halusinasi, memiliki keinginan
untuk bunuh diri. Tidak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung secara
keseluruhan.
ETIOLOGI
Disebabkan karena perubahan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi postpartum adalah prolaktin, sterois, dan
progesteron. Ada 4 penyebab depresi postpartum :
1.Faktor konstitusional
Gangguan postpartum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah
ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan yang lalu dan terjadi pada wanita primipara. Wanita primipara lebih banyak yang mengalami
baby blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada pada proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi
lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
2.Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik
dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drasti setelah melahirkan dan periode laten
selam dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Kadang progesteron naik dan estrogen menurun secara cepat setelah melahirkan
merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
3.Faktor psikologis
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada
penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk
memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu-ibu, selain kurangnya dukungan
dalam perkawinan.
PATOFISIOLOGIS
Depresi postpartum dipengarhi oleh beberapa faktor :
Biologis
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron, dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
Faktor umur
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseornaf perempuan untuk melahirkan pada usia 20-30 tahun, dan hal ini mendukung masalah
periode optimal bagi perawatan bayi oleh seseorang ibu. Faktor usia yang perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali diakitkan dengan
kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
Faktor pengalaman
Penelitian mengatakan bahwa depresi postpartum lebih banyak ditemukan pada wanita primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan
dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru baginya dan dapat menimbulkan stress.
Faktor pendidikan
Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntuan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau
melakukan aktifitasnya diluar rumah dengan peran merak sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anak mereka.
Hal ini mencakup lamanya proses persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan
pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkin perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi
postpartum.
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang
Pathway
Post partum
Faktor psikologis
Perubahan biologis Faktor sosek rendah
dan karakteristik ibu
Kebutuhan
Kesedihan Penurunan respon Depresi mental bertambah
mendalam stimulus
Faktor keluarga
Ansietas
Koping keluarga
Penurunan nafsu inefektif
Stress
kelahiran makan
Gejala yang menonjol dalam depresi postpartum adalah trias depresi yaitu :
1. Berkurangnya energi
2. Penurunan efek
3. Hilang minat (anhedonia)
Gejala depresi postpartum yang dialami 60 % wanita mempunyai karakteristik dan spesifik
antara lain :
1. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2. Kelelahan dan perubahan mood
3. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4. Tidak mau berhubungan dengan orang lain
5. Tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayinya dan dirinya sendiri
Pemeriksaan diagnostik depresi
postpartum
Terapi bicara
Adalah sesi bicara dengan terpai, psikologis atau pekerja sosial
untuk mengubah apa yang dipikirkan, rasa dan lakukan oleh
penderita akibat menderita depresi.
Obat medis
Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum
mengkonsumsi obat anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar
obat mana yang yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi
untuk ibu hamil dan menyusui.
PENCEGAHAN
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawat perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang
diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga
dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajian pada pasien depresi post partum menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya meliputi ;
1. Identitas klien.
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain-lain
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan, sedih murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa
terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri
Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien
Riwayat kesehatan keluarga
2. Sirkulasi
3. Eliminasi
4. Makanan/cairan
5. Neurosensori
6. Pernapasan
8. Integritas ego
Klien ansietas,gelisah
9. Seksualitas
10. TTV