Anda di halaman 1dari 13

KUSTA

Kelompok 4 :
1. Indria Ningsih ( I1A019018 )
2. Anita Rahma U ( I1A019019)
ETIOLOGI
• Kusta merupakan penyakit infeksi kronis di sebabkan oleh Mycobacterium
Leprae sejenis bakteri yang tumbuh dengan lambat yang menyerang kulit,
saraf tepi, serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung dan
jaringan tubuh lainnya.
• Penularan kusta bisa melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan pen
gidapnya. Disamping itu, kusta juga bias ditularkan lewat inhalasi alias me
nghirup udara beberapa hari dalam bentuk droplet di udara. Namun, sebe
narnya penyakit kusta bukanlah penyakit yang mudah menular. Hal yang
perlu diperhatikan adalah kusta juga bias menular melalui kontak langsun
g dengan binatang tertentu, seperti armadillo. Kusta memerlukan waktu in
kubasi yang cukup lama antara 40 hari sampai 40 tahun. Rata-rata memb
utuhkan 3-5 tahun setelah tertular sampai timbulnya gejala.
PATOGENESIS
• Fakor genetik dipertimbangkan karena memiliki peranan yang besar untuk
terjadinya kusta pada suatu kelompok tertentu. Respon yang terjadi akiba
t infeksi Mycobacterium Leprae dapat sangat berbeda, keadaan ini terjadi
di bawah kontrol secara genetika. Factor genetik yang berperan salah
satunya berada di bawah sistem Human Leucocyte Antigen (HLA). HLA
adalah suatu antigen dipermukaan sel yang merupakan hasil produk yang
di cetak biru oleh gen yang terletak di kromosom 6 manusia, pada suatu
daerah (locus) yang disebut Major histocompatibility Complex (MHC).
Dikenal MHC class I (menghasilkan HLA-A, B dan C) dan MHC class II
(menghasilkan HLA D) yang banyak dihubungkan dengan imunitas
terhadap bakteri termasuk hasil kusta.
PENULARAN
• Pada manusia, bakteri kusta banyak ditemukan pada bagian mukosa
hidung. Tidak heran, karena banyak sel saraf terdapat pada hidung dan
sel saraf menjadi tempat terbaik bakteri ini berkembang biak
• Ada dua cara yang paling mendekati, yaitu melalui lender dari hidung
atau melalui kulit. Sederhananya, penularan terjadi jika bakteri yang utuh
keluar dari tubuh pengidap melalui batuk atau bersin atau saat
bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh irang sehat. Sementara itu,
pendapat lain mengemukakan seseorang sehat harus berinterkasi denga
n pengidap dalam kurun waktu lama hingga bias tertular penyakit ini. Pa
dahal mereka telah mendapatkan penanganan dengan konsumsi MDT at
au Multi Drug Therapy biasanya tak lagi menjadi penular.
DIAGNOSIS
• Tanda utama (cardial sign) dari lepra adalah lesi kulit (hipopigmentasi atau eritema)
yang mati rasa, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan neurologis seperti mati
rasa, kelemahan otot dan kulit kering, serta ditemukannya bakteri tahan asam (BTA)
pada apusan kulit. Adapun diagnosis yang dapat dilihat dengan 2 cara yaitu
1. Bakteri masuk ke dalam tubuh
Mula-mula bakteri penyebab kusta akan masuk ke dalam hidung dan kemudian organ
pernapasan manusia. Setelah itu, bakteri akan berpindah ke jaringan saraf dan masuk
ke dalam sel-sel saraf. Karena bakteri penyebab penyakit kusta suka dengan tempat
yang bersuhu dingin, maka bakteri akan masuk ke sel saraf tepi dan sel saraf kulit
yang memiliki suhu yang lebih dingin. Bakteri ini memerlukan waktu 12-14 hari
untuk membelah diri menjadi dua. Biasanya sampai di tahap ini, seseorang yang
terinfeksi belum memunculkan gejala kusta secara kasat mata.
DIAGNOSIS
2. Sistem kekebalan tubuh pun bereaksi
Seiring berjalannya waktu, bakteri penyebab penyakit kusta akan
berkembang semakin banyak. Secara otomatis, sistem imun secara alami
memperkuat pertahannya. Sel-sel darah putih yang menjadi pasukan
pelindung utama tubuh pun diproduksi semakin banyak untuk
menyerang bakteri penyebab penyakit kusta. Saat sistem kekebalan
tubuh sudah menyerang bakteri, barulah timbul gejala kusta yang dapat
dilihat pada tubuh, seperti munculnya bercak-bercak putih pada kulit.
Pada tahap ini, gejala kusta seperti mati rasa sudah mulai muncul. Jika
gejala kusta yang satu ini tidak segera ditangani, maka bakteri dengan
cepat akan menimbulkan berbagai gangguan lain di tubuh.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik dilakukan di tempat dengan penerangan yang baik. Temuan pada pemeriksa
an fisik dapat meliputi hipestesia, lesi kulit, dan neuropati perifer. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
diantaranya:
• Inspeksi
Inspeksi dilakukan dari kepala sampai kaki. Perhatikan setiap makula, nodul, jaringan parut dan
penebalan kulit. Perhatikan apakah ada deformitas pada wajah, tangan dan kaki.
• Palpasi
Palpasi dilakukan untuk memeriksa apakah ada penebalan saraf tepi atau tidak. Tempat-tempat di
mana sering terjadi penebalan saraf adalah pada nervus ulnaris di siku, nervus medianus dan radia
lis superfisial di pergelangan tangan, nervus peroneus komunis di fossa poplitea, dan nervus aur
ikularis di leher.
• Pemeriksaan Fungsi Sensorik
Gunakan sepotong kapas yang sudah dipilin pada ujungnya. Berikan penjelasan pada pasien bila
merasakan sentuhan maka pasien harus menunjuk bagian mana yang terasa. Pasien ditutup mat
anya saat melakukan pemeriksaan. Lesi di kulit diperiksa secara bergantian dengan kulit yang
normal untuk mengetahui apakah ada anestesi atau hipestesia.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang pada diagnosis penyakit kusta dilakukan dengan beberapa pemeriksaan seperti pemerik
saan bakteriologis/mikroskopis, histopatologis, serologis, dan molekular.
• Pemeriksaan bakteriologis, pada pemeriksaan ini dilakukan pada kasus yang meragukan untuk mempercepat pe
negakan doagnosis. Sampel yang diambil setidaknya 6 lokasi yaitu cuping telinga kanan dan kiri serta 2-4 lesi kulit
lain yang aktif. Bila ditemukan hasil yang solid maka menandakan adanya mikroorganisme yang hidup dan dapat de
ngan mudah terlihat pada pasien yang belum diobati.
• Pemeriksaan hispatologis, pada pemeriksaan ini dilakukan pada kasus dengan mengambil irisan lesi kulit atau saraf, l
alu dilakukan pewarnaan hematoksilin-eosin (H&E) atau Faraco-Fite untuk mencari BTA. Fragmen kuliy uang diambil
adalah yang aktif. Pemeriksaan hispatologis bertujuan untuk melihat perubahan jaringan tersebut yang dikarenakan i
nfeksi.
• Pemeriksaan serologis, pada pemeriksaan ini didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh seseorang akiba
t infeksi. Adanya antibodi anti PGL-1 dapat menunjukan adanya bakteri, membantu menentukan tipe kusta, dan mem
antau hasil terapi. Pemeriksaan serologis meruapakan pemeriksaan terbaik untuk mendeteksi pasien dengn imunitas
humoralnya rendah.
• Pemeriksaan molekular, pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi, mengjitung jumlah hasil, dan menentukan viab
ilitas M. Leprae. Sampel yang dapat diambil dari berbagai tempat misalnya kerokan jaringan kulit, biopsi kulit, saliva,
swab atau biopsi mukosa mulut, swab atau diopsi fragmen konka hidung, urin, saraf, darah, sputum, nodus limfatik
us dan rambut.
PENGOBATAN
• Metode pengobatan utama penyakit kusta atau lepra adalah dengan
obat antibiotik. Penderita kusta akan diberi kombinasi beberapa jenis
antibiotik selama 6 bulan hingga 2 tahun. Jenis, dosis, dan durasi
penggunaan antibiotik ditentukan berdasarkan jenis kusta yang diderita.
Contoh antibiotik yang digunakan untuk pengobatan kusta adalah
rifampicin, dapsone, clofazimine, minocycline, dan ofloxacin. Di Indonesia
pengobatan kusta dilakukan dengan metode MDT (multi drug therapy).
PENCEGAHAN
• Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat merupakan pencegahan yang
paling baik untuk mencegah komplikasi sekaligus mencegah penularan
lebih luas. Selain itu, menghindari kontak dengan hewan pembawa
bakteri kusta juga penting untuk mencegah kusta.

1. Lingkungan tetap hangat


2. Jaga daya tahan tubuh
FAKTOR RESIKO
1. Jenis pekerjaan umum
2. Kelelahan fisik dan stres
3. Kontak dengan penderita yang serumah
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai