Anda di halaman 1dari 14

Program Studi Hukum Pidana Islam

Institut Agama Islam Negeri Jember 2018

Review Jurnal :
Eksistensi Hukum Adat Dalam Penyelesaian Konflik Pada Daerah Otonom
oleh:
1. Alya Cholifah Arifin (S20181015)
2. Linda Agustin (S20181028)
3. Lailia Nailur Rahma Dani (S20181047)
4. Ali Mutakim (S20184009)
Penyusun Jurnal

Penulis Jurnal : Sri Warjiyati


Jurnal : eksistensi hukum adat dalam penyelesaian konflik
pada daerah otonom
Volume : Volume 6, No.2
Bulan dan Tahun : November 2018
Tanggal Review : 17 maret 2020
Latar Belakang penelitian
1. Sejarahnya berlakunya hukum Indonesia mencatat bahwa banyak para ahli hukum justru mempelajari hukum
adat sebagai hukum yang hidup di masyarakat di Indonesia. Van Vollenhoven misalnya, menyatakan bahwa
apabila “seseorangingin mendapatkan pengetahuan dan keterangan tentang hukum yang hidup di bumi justru
karena keragaman bentuk pada zaman lampau dan sekarang dan keseluruhan aturan hindia merupakan
sumber yang tak kunjung kering untuk dipelajari.
2. Dalam hukum di Indonesia selain Hukum tertulis yang merupakan produk hukum penguasa yaitu praturan
perundang-undangan, banyak pula hukum yang tidak tertulis yaitu hukum yang tumbuh, berkembang, dan
terpelihara dalam masyarakat yang lebih dikenal dengan Hukum Adat.
3. Perkembangan hukum di Indonesia yang cendrung lebih memilih civil law dan common law system dan
politik hukum Indonesia yang mengarah pada kodifikasi dan unifikasi hukum, mempercepat lenyapnya
pranata hukum adat.
Rumusan masalah

 Mengetahui eksistensi hukum adat dalam daerah otonom.


 Mengetahui eksistensi hukum adat dalam penyelesaian konflik dalam daerah
otonom.
 Mengetahui fungsi hukum adat dalam penyelesaian konflik dalam daerah otonom.
 Mengetahui hukum adat sebagai masukan pembentukan hukum Nasional.
Metode penelitian
 Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif,
dimana data dan informasi yang akan dikumpulkan baik dari segi pengkajiannya maupun dari segi
pengelolaannya dilakukan secara interdisipliner dan multidisipliner serta lintas sektoral. Data dan informasi
tersebut kemudian dianalisis secara yuridis normatif dengan mendalam sehingga diperoleh gambaran
mengenai hukum adat.
 Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. Hasil studi kepustakaan kemudian
dianalisis dengan menggunakan metode analisa data secara kualitatif artinya kesimpulan tidak didasarkan
pada angka-angka statistik melainkan disimpulkan berdasarkan keterkaitan antara asas-asas hukum, kaidah-
kaidah hukum dan teori hukum dengan fenomena yang terjadi dalam masyarakat (melalui interpretasi
yuridis).
Hasil Penelitian

Hukum adat dalam menyelesaikan konflik di Hukum adat sebagai masukan pembentukan hukum
Daerah Otonom Nasional

Sosial Kontrol Sosial Engineering


1. Sosial Kontrol
Hukum adat berperan sebagai salah satu alat pengendali sosial. Kontrol sosial menggambarkan
aspek normatif kehidupan sosial dan juga dapat dinyatakan sebagai pemberi istilah tingkah
laku yang tidak sesuai atau menyimpang dan akibat-akibat yang tidak ditimbulkannya, seperti
berbagai tautan, pemberian ganti rugi, dan larangan.
2. Sosial Engineering.
Sosial Engineering atau disebut rekayasa sosial yang pada fungsinya merupakan fungsi hukum yang dapat
merubah dan di arahkan pada aturan-aturan tertentu dalam suatu masyarakat. Dalam menyelaraskan diri
dengan perubahan, maka hukum adat sebagai a tool of engineering berfungsi sebgai alat untuk merubah
masyarakat ke suatu tujuan yang diinginkan bersama atau sebagai perekayasa sosial baik dalam arti
mengokohkan suatu adat atau kebiasaan menjadi sesuatu yang lebih ditaati dan lebih diyakini, maupun
dalam wujud perkembangan lainnya. Mengenai otonomi daerah diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2014
dalam pasal 1 ayat 6 disebutkan bahwa Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem NKRI. Selanjutnya pada pasal 1 ayat 12 disebutkan bahwa Daerah Otonom yang
selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah
yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI.
Mengenai otonomi daerah diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 dalam pasal 1 ayat 6
disebutkan bahwa Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem NKRI. Selanjutnya pada pasal 1 ayat 12 disebutkan bahwa Daerah Otonom yang selanjutnya
disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI. Dan hukum adat
dipertahankan karena proses penyelesaian perkara bersifat musyawarah dan selalu mengedepankan
prinsip asas kekeluargaan, perdamaian, kerukunan, keikhlasan, dan dapat menghubungkan kembali
ikatan-ikatan yang sudah rusak antara pelaku kejahatan dengan korban serta terwujud keseimbangan
dalam masyarakat keseluruhan.
Hukum adat sebagai masukan pembentukan hukum Nasional

Hubungan antara hukum adat dengan hukum nasional dalam rangka pembangunan hukum
nasional adalah hubungan yang bersifat fungsional, artinya hukum adat sebagai sumber utama dalam
mengambil bahan-bahan yang diperlukan dalam rangka pembangunan hukum nasional. Dalam hal
eksistensi hukum adat dalam pembentukan hukum nasional diantaranya harus memperhatikan nilai-
nilai dan kearifan lokal yang hidup dalam masyarakat, karena nilai, norma, dan kaidah-kaidah yang
hidup dalam masyarakat merupakan sumber hukum dalam pembentukan hukum positif di Indonesia.
Kelebihan Jurnal

 Disajikan table relevansi Hukum Adat dalam Penyelesaian Konflik pada


Daerah Otonom.
 Terdapat beberapa pasal yang mengatur dalam hukum adat.
 keberadaan masyarakat dalam aktivitas di masa kini adalah mengenai pengelolaan
sumber daya alam di Asia dan Amerika Latin yang telah membuktikan bahwa
masyarakat adat memiliki kapasitas budaya, sistem pengetahuan, dan teknologi,
religi, tradisi,serta modal sosial seperti etika dan kearifan lingkungan, norma-
norma, dan institusi hukum untuk mengelola sumber daya alam secara bijaksana
dan berkelanjutan. Hal yang sama diakui di Timor Leste, bahwa hak milik atas
tanah dapat dikuasai oleh masyarakat untuk kepentingan bersama.
Kekurangan Jurnal

 Tidak terdapat hipotesis


 Daftar pustaka banyak tetapi menurut dari beberapa pihak atau ahli sangat kurang
 Undang-undang yang ada sangkutan dengan masalah ini juga tidak begitu jelas
 Pembentukan perundang-undangan di Indonesia dalam implementasinya
kadangkala menimbulkan benturan dengan rasa keadilan masyarakat di Indonesia
Kesimpulan

Di dalam berbagai daerah di Indonesia kata adat dipakai dengan istilah lain seperti
di Gayo, memakai istilah “adat”, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dipakai istilah
“ngadat”, di Minangkabau dipakai istilah “lembaga” atau “adat lembaga”, di
Minahasa dan Maluku dipakai istilah “adat kebiasaan”, dan Batak Karo dipakai
istilah “basa” atau “bicara”.
Menurut R. Soepomo dalam bukunya yang berjudul Bab-bab tentang Hukum
Adat mengemukakan bahwa hukum adat adalah hukum nonstotutoir yang
sebagian besar adalah hukum kebiasaan dan sebagian kecil hukum Islam
Hukum adat melingkupi hukum yang berdasarkan keputusan-keputusan hakim yang berisi asas-
asas hukum dalam lingkungan dimana memutuskan perkara. Hukum adat berakar pada kebudayaan
tradisional. Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup karena menjelmakan perasaan hukum yang
nyata dari rakyat. Sesuai dengan fitrahnya sendiri, hukum adat terus-menerus dalam keadaan
tumbuh dan berkembang seperti hidup itu sendri.

Anda mungkin juga menyukai