Anda di halaman 1dari 23

STABILISASI PASIEN SAAT BENCANA

Manajemen bencana kelompok 2


Nama kelompok
1. Alfa Nur Husna 20176523004

2. Fanny Trianti 20176523025

3. Khadroji Muhammad Ilyas 2076513042

4. Mutiara Annisa 20176523079

6. Nurul Hidayatika 20176523-96

7. Weni Nurfalah 20176523110


Stabilisasi
1. Definisi Stabilisasi
Stabilisasi adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/pasien agar tetap stabil selama pertolongan pertama
1. Prinsip Stabilisasi

2. Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungandengan keadaan yang dialami

3. Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil

4. Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasangbidai tidak berubah

5. Menjaga agar perdarahan tidak bertambah.

6. Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh padakeadaan yang lebih buruk lagi
Stabilisasi Untuk Transportasi
1. Stabilitasi Airway dan Breathing

Patensi jalan nafas selama transportasi penting. Potensi gangguan jalan nafas harus diantisipasi
sebelum pengangkutan sehingga tindakan yang tepat dapat diambil untuk memastikan bahwa saluran
udara terlindungi

Intubasi endotrakeal harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang memiliki potensi berkurangnya
patensi saluran napas karena aspirasi, pembengkakan, atau edema.

Oksigen tambahan harus dipertimbangkan dan biasanya dianggap sebagai terapi standar selama
transportasi. Semua pasien yang diangkut berisiko mengalami hipoksia
2. Stabilisasi Hemodinamik

Pemeliharaan tanda-tanda vital dan status peredaran darah adalah tujuan stabilisasi hemodinamik.
Awalnya, kontrol perdarahan harus dimulai dengan resusitasi volume. Tergantung pada status pasien,
dua jalur IV besar harus dimulai sebelum transportasi; sisipan selama transportasi sangat sulit
Resusitasi cairan IV dapat dilakukan dengan satu atau dua strip IV. Hukum Murphy berlaku di
lingkungan transportasi: jika Anda hanya memiliki satu jalur IV, itu akan terputus, jika Anda memiliki
dua jalur IV, keduanya akan tetap ada. Kantong plastik IV direkomendasikan; masalah pemuaian gas
tidak terjadi dan, jika terjadi pergerakan yang signifikan, botol kaca dapat dengan mudah pecah.
Produk darah dapat diberikan melalui transportasi. Status irama jantung harus dinilai secara teratur
menggunakan monitor jantung portabel. Pemantauan berkelanjutan harus dimulai sebelum
pengangkutan dan dilakukan langsung selama pengalihan.
3. Stabilisasi CNS

Penurunan tingkat kesadaran pasien harus dihindari selama pengangkutan. Banyak stresor selama
transportasi menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Transportasi harus waspada untuk
menghindari kejadian ini.

Pasien dengan trauma medulla spinalis dan defisit neurologis memerlukan perhatian khusus selama
transportasi untuk mencegah penurunan status neurologis lebih lanjut. Tindakan pencegahan tulang
belakang harus mencakup penggunaan papan belakang dan kerah serviks yang keras. Seperti yang
telah dibahas, nyeri akibat stres adalah komplikasi yang umum selama pengangkutan panjang dan
perawatan harus dilakukan untuk melindungi semua penonjolan tulang
4. Stabilisasi Pasien dengan Cedera Muskuloskeletal

Perawatan dalam transportasi pasien dengan cedera otot harus mencakup imobilisasi bagian yang
patah, perawatan luka, dan pemberian obat yang benar sesuai resep atau kebutuhan.

Pasien yang membutuhkan transplantasi untuk reimplantasi anggota tubuh memerlukan perawatan
khusus. Bagian yang dipotong harus dijaga dengan bungkus plastik dengan bagian dalamnya berisi
kain kasa lembab dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Kantong plastik kemudian harus
ditempatkan dalam wadah plastik, seperti bak emesis atau sampel urin dalam cangkir. Wadah ini harus
diletakkan di atas es di refrigeran. Bagian yang retak tidak dibiarkan membeku karena kerusakan
jaringan dapat terjadi, sehingga mencegah penanaman kembali.
5. Stablilisasi Pendarahan
Merupakan istilah kedokteran yang digunakan untuk menjelaskan ekstravasasi atau keluarnya darah dari
tempatnya semula yaitu pembuluh darah

Jenis pendarahan

1. Perdarahan luar (terbuka), bila kulit juga cedera sehingga darah bisa keluar dari tubuh dan terlihat ada di
luar tubuh.

2. Perdarahan dalam (tertutup), jika kulit tidak rusak sehingga darah tidak bisa mengalir langsung keluar
tubuh.
Penyebab

1. Perdarahan luar : luka tusuk, lecet, tembak, kecelakaan, luka jatuh, dll

2. Perdarahan dalam : infeksi / luka pd lambung, hati atau organ2 lainnya, trauma

Penanganan

Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan :

1. Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban.

2. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan

3. Cucilah tangan segera setelah selesai merawat

4. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban.
1. Pada perdarahan besar:

a. Tenangkan penderita agar tidak terlalu banyak bergerak.

b. Baringkan penderita. Usahakan bagian tubuh yang terluka dalam posisi yang lebih tinggi dari tubuhnya. Dengan demikian aliran darah
ke tubuh yang terluka akan mengalir lebih lambat.

c. Jangan buang waktu mencari penutup luka

d. Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau dengan bahan lain.

e. Bila pada luka terdapat potongan kaca

f. Tekan bagian bawah dan atas luka.

g. Jangan tekan langsung pada lukanya

h. Pertahankan dan tekan cukup kuat.

i. Bila perdarahan berhenti jangan bersihkan darah-darah yang mengering pada permukaan luka.

j. Darah yang mengering merupakan reaksi alami tubuh untuk mencegah perdarahan lebih lanjut.

k. Pasang pembalutan penekan

l. Setelah itu segera panggil dokter atau bawa ke rumah sakit


1. Pada perdarahan ringan atau terkendali:

a. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka

b. Tekan sampai perdarahan terkendali

c. Pertahankan penutup luka dan balut

d. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama


1. Pembidaian

Pembidaian adalah Suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistim muskuloskeletal untuk
mengistirahatkan ( immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat.

Tujuan pembidaian:

- Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami dislokasi

- Untuk meminimalisasi / mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang yang

patah

- Untuk mengurangi perdarahan & bengkak yang timbul

- Untuk mencegah terjadinya syok

- Untuk mengurangi nyeri


Prinsip pembidaian

1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan

dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke

tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan

pembidaian.

2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan

dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi

kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.

Tanda dan gejala patah tulang:


Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang: pembengkakan, memar,
rasa nyeri.

- Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah akan memberikan
nyeri yang hebat pada penderita.

- Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama bentuk dan
panjangnya. Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak dapat
digunakan lagi.

3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.


Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera

1. Pembidaian leher

Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan. Pembalutan dilakukan dengan hati-
hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala. Pembalutan dianggap efektif jika mampu meminimalisasi
pergerakan daerah leher. Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar.

2. Tulang klavikula

Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu dengan “ransel bandage”
(lihat gambar 2). Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk traksi dan fiksasi, sehingga kedua ujung
fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi yang seanatomis mungkin, sehingga memungkinkan
penyembuhan fraktur dengan hasil yang cukup baik.
3. Lengan atas

- Pasanglah sling untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga sendi siku membentuk sudut 90%, dengan cara :

- Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari sling berada pada bahu sisi
lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk
sudut 10°). ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan disisi siku.

- Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian sisi lateral dinding thoraks.

- Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas yang mengalami fraktur.

- Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral) dan dinding thorax (pada sisi medial).

- Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan menggunakan kain yang lebar.
Persiapan Transportasi:

- Penderita

- Tempat Tujuan

- Sarana Alat Personil

Penilaian Lain Pindah Kondisi “Stabil”

- A – Airway (jalan napas)

- B – Breathing (pernapasan)

- C – Circulation (aliran darah)

- D – Disability (kesadaran)
Aturan dalam penanganan dan pemindahan korban:

- Pemindahan korban dilakukan apabila diperlukan betul dan tidak membahayakan penolong

- Terangkan kepada korban secara jelas tentang apa yang akan dilakukan sehingga korban kooperatif

- Libatkan penolong lain. Yakinkan penolong lain mengerti apa yang akan dikerjakan

- Pertolongan pemindahan korban dibawah satu komando agar dapat dikerjakan bersamaan

- Pakailah cara mengangkat korban dengan benar


- Perlengkapan Pertolongan Pertama

- Jangan melepaskan stabilisasi manual pada tulang yang cedera sampai pembidaian sempurna dilakukan

- Jangan coba-coba mereposisi atau menekan fragmen tulang yang keluar Kembali ketempat semula

- Expose / buka pakaian yang menutupi tulang yang patah sebelum memasang bidai

- Lakukan balut tekan pada fraktur terbuka sebelum memasang bidai

- Bidai harus melewati sendi proksimal dan sendi distal dari tulang yang patah

- Bila sendi yang cedera ,lakukan pembidaian pada tulang proksimal & distal

- Bila ekstremitas sangat bengkak, cynnotik , nadi distal tak teraba ? Realignment deformitas dengan
melakukan tarikan (Gentle traction) sebelum memasang bidai
Your best quote that reflects your
approach… “It’s one small step for
man, one giant leap for mankind.”

- NEIL ARMSTRONG

Anda mungkin juga menyukai