Anda di halaman 1dari 31

MYCOBACTERIA

Berbentuk batang dan sulit diwarnai


Bila berhasil diwarnai sulit dihapus Basil
Tahan Asam (BTA):
- Dinding sel tebal
- Terdiri dari lapisan lilin dan lemak
mikolat
Sifat tahan asam berbeda (M. leprae (lemah
dibandingkan M. tuberculosis)
Tidak dapat diwarnai dengan cara Gram bila
berhasil diwarnai Gram positif
• ICSB 41 spesies
• Sebagian saprofitMycobacteria
atipic
• Patogen: Mycobacterium tuberculosis
dan M. leprae
• Spesies dibedakan berdasarkan sifat
bertumbuhan:
1. Kecepatan pertumbuhan
2. Suhu pertumbuhan
3. Pembentukan pigmen
4. Uji biokimia
Runyon (1959) berdasarkan waktu
pertumbuhan dan pembentukan pigmen,
membagi mikobakteria atipik menjadi 4
grup:
1. Runyon grup I: Fotokromogen
Warna koloni menjadi lebih tua bila terkena
cahaya.
- Mycobacterium kansasii (yellow bacillus)
2. Runyon grup II: Skotokromogen
Warna koloni tidak dipengaruhi cahaya,
- Mycobacterium scrofulaceum.
3. Runyon III: Nonfotokromogen
Koloni tidak berwarna, contohnya
Mycobacterium intracellulare
4. Runyon Rapid growers
Tumbuh cepat (3-7) hari pada
perbenihan sederhana, contohnya
Mycobacterium fortuitum dan
Mycobacterium smegmatis
Mycobacterium leprae
Ditemukan oleh
Armauer Hansen
(1873)
Taksonomi
 M. leprae termasuk dalam
- Genus Mycobacterium
- Famili Mycobacteriaceae,
- Ordo Actinomycetales,
- Klas Schyzomycetes
Morfologi
Berbentuk pleomorf lurus
Batang ramping
Biasanya berbentuk paralel dengan
kedua ujungnya bulat
Ukuran panjangnya 1 - 8 um dan
lebar 0,3 - 0,5 um.
Basil ini menyerupai kuman
berbentuk batang gram positif
 tidak bergerak dan tidak berspora
Bila menggunakan mikroskop elektron:
 Dinding sel yang terdiri dari peptidoglikan
dan lapisan padat
 Pada bagian dalam yang terdiri dari
lipopolisakarida dan lipopolisakarida-
protein kompleks.
 Dinding polisakarida dari M. leprae adalah
suatu arabinogalaktan yang diesterifikasi
oleh asam mikolat (mycolic acid) yang
membedakan M .leprae dari mikobakteria
lain
 Dinding sel juga berisi protein yang telah
diidentifikasi sebagai target sel T, antara
lain protein 17 kDa, 14 kDa, 36 kDa, 65
kDa yang membentuk dinding sel
Sifat pertumbuhan (I)
 M. leprae merupakan parasit obligat
intraseluler
 Berkembang biak di dalam makrofag dan
sel Schwann saraf tepi pada manusia.
 Selain itu M. leprae juga dapat
berkembang biak pada otot bergaris.
 Basil ini dapat ditemukan pada mukosa
hidung, ulkus, erosi dari penderita
 Tempat pada tubuh dengan suhu kurang
dari 37C (optimum 27-30C) merupakan
tempat yang baik untuk pertumbuhan
basil ini.
Sifat Pertumbuhan (II)
 Stor pada tahun 1971 menginokulasikan M.
leprae pada armadillo dimana M. leprae
berkembang biak pada hati, limpa, dan noduli
lymphatici yang memiliki suhu 30-36C
 M. leprae belum berhasil dibiakkan dalam
medium buatan.
 Pembiakan yang bisa dilakukan saat ini adalah
secara in vivo, yaitu dengan menginokulasikan
M. leprae pada telapak kaki mencit atau pun
pada jaringan tubuh hewan armadillo dari
Amerika serta sejenis kera Mangabey dari Afrika
Sifat Pertumbuhan (III)
Berkembang biak secara lambat dengan cara
binary fision
Memerlukan waktu 11-13 hari untuk
menyelesaikan pembelahan selnya.
Lamanya berkembang biak adalah tampaknya
sesuai dengan masa inkubasi dan kronisitas
penyakit kusta pada manusia

M. leprae mempunyai 5 sifat khas yang banyak


dikenal sebagai kriteria untuk diagnostik :
1. Merupakan organisme obligat intraseluler yang
tidak bisa dibiakkan dalam media buatan;
2. Sifat mengikat asamnya dapat diekstraksi dengan
pyridine, sesuatu yang tidak pernah ditemukan
pada genus Mycobacterium lainnya;
3. Merupakan satu-satunya jenis mikobakterium
yang mampu mengoksidasi zat D-dihirodxy
phenylalanin (D-DOPA);
4. Merupakan satu-satunya mikobakterium yang
menginvasi serta hidup dalam saraf tepi;
5. Sediaan yang mengandung kuman yang utuh
maupun ekstrak terlarutnya mengandung
komponen antigenik yang stabil terhadap
panas, dengan aktivitas imunologik yang khas,
termasuk di antaranya dapat menimbulkan tes
kulit yang positif pada penderita kusta tipe
tuberculoid dan negatif pada tipe lepromatous.
Penyakit Kusta
Definisi
Penyakit kusta (lepra, Morbus Hansen) adalah penyakit
infeksi menahun yang disebabkan oleh oleh kuman
Mycobacterium leprae, yang primer menyerang saraf
tepi, selanjutnya menyerang kulit dan berbagai organ
lainnya. Penyakit ini dapat mengakibatkan kecacatan
tubuh bila tidak segera diobati dan menimbulkan
masalah psikososial akibat adanya stigma atau predikat
buruk dari penyakit dalam pandangan masyarakat
(WHO, 1998).
Sejarah
 Penyakit kusta adalah penyakit yang setua
peradaban manusia
 Telah lama diketahui dan ditulis dalam kitab-kitab
kuno. Dalam kitab Sushrat Samhita di zaman
India Kuno (1300 SM)
 telah tercantum adanya penyakit yang disebut
khust dengan deskripsi penyakit sesuai dengan
kusta yang dikenal saat ini
 Dalam kitab-kitab kuno Tiongkok serta tulisan
pada daun Papyrus di Mesir, telah tercantum hal
mengenai penyakit yang sesuai dengan kusta
yang dikenal saat ini.
 Istilah lepra sendiri berasal dari bahasa Yunani
kuno dalam Kitab Perjanjian Baru, yang
merupakan terjemahan dari istilah zaraath dari
bahasa Ibrani kuno yang tercantum dalam Kitab
Perjanjian Lama (Trutman, 1994).
Non-human Resources of
M. leprae
Wild animals :
armadillo, green
monkeys, ‘lepra
bubalorum’
Soil
Water resources
Plants
Epidemiologi
 Sebelum tahun 1980 lebih 12 juta orang.
 Tahun 1993 WHO telah mencanangkan program
“Elimination of Leprosy by the year 2000”,
dimana seluruh negara di dunia harus
menurunkan prevalensi kusta di bawah 1 per
10.000 penduduk agar kusta tidak lagi menjadi
masalah kesehatan
 Pengobatan Multi Drug Therapy (MDT) sejak
tahun 1980
 Penderita turun secara dramatik dari 5,4 juta
orang yang terdaftar (dari estimasi total 10-12
juta) ditahun 1985, menjadi tinggal 770.000
orang (dari estimasi total 1,6 juta) di tahun 2000
(WHO, 2000).
Distribusi penyebaran penderita kusta M.leprae di dunia
PETA PENYEBARAN KUSTA DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (2006)
72
   
71 COD
E KABUPATEN

   
08
01 SIMEULUE
09 74
10
02 ACEH SINGKIL
11

16
03 ACEH SELATAN (4,1)
05 04 ACEH TENGGARA (1,4)
73
06
05 ACEH TIMUR
07
06 ACEH TENGAH
14
15 07 ACEH BARAT (3,3)
13 08 ACEH BESAR

12 09 PIDIE (1,6)
10 BIREUEN (1,1)
11 ACEH UTARA (1,9)
04
12 ACEH BARAT DAYA (7,3)

03 13 GAYO LUES (1,8)


14 ACEH TAMIANG
15 NAGAN RAYA (1,4)
01
02 16 ACEH JAYA
17 BANDA ACEH
72 SABANG
78 LANGSA
74 LHOKSUMAWE (1,9)
Perjalanan Klinik
 Perjalanan klinik penyakit kusta sangat lambat
dan berjalan bertahun-tahun,
 Penderita tidak menyadari adanya proses
penyakit di dalam tubuhnya.
 Sebagian besar penduduk di daerah endemik
kusta pernah terinfeksi kuman M. leprae.
 Karena adanya kekebalan alamiah, hanya sekitar
15% dari mereka yang mungkin akan terjadi
sakit.
 Masa inkubasi yang cukup lama (sekitar 2-5
tahun)
 Gejala awal penyakit yang bentuknya belum
khas, berupa bercak-bercak dengan sedikit
gangguan sensasi pada kulit disertai dengan
berkurangnya produksi keringat setempat.
THE ICE-BERG
PHENOMENA IN LEPROSY TARGET
OF
M.D.T

MANIFEST / OVERT LEPROSY


Gambaran Klinis
Gambaran klinis penyakit kusta pada seseorang pasien
mencerminkan tingkat kekebalan Gambaran klinis
penyakit kusta, perlu dicari tanda-tanda pokok atau
cardinal signs yaitu (Depkes, 2004):
1. Bercak kulit yang mati rasa
Bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar
(macula) atau meninggi (plak). Mati rasa pada bercak
bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa raba, rasa
suhu, dan rasa nyeri.
2. Penebalan saraf tepi
Dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau
tanpa gangguan fungsi saraf yang terkena.
3. Ditemukan kuman tahan asam
Bahan pemeriksaan adalah sayatan cuping telinga dan
lesi kulit pada bagian yang aktif. Kadang-kadang bahan
diperoleh dari biopsi kulit atau saraf.
Klasifikasi Ridley-Jopling
Berdasarkan klasifikasi Ridley dan
Jopling ini penyakit kusta dibagi
menjadi 5 jenis, yaitu:
Tuberculoid leprosy (TT)
Bordeline tuberculod leprosy (BT)
Mid bordeline leprosy (BB)
Bordeline lepromatous leprosy (BL)
Lepromatous leprosy (LL)
Klasifikasi Madrid
Klasifikasi ini merupakan yang paling
sederhana yang didasarkan atas kriteria
klinik, bakteriologis, dan histopatologis
sesuai dengan rekomendasi dari
International Leprosy Association di Madrid
tahun 1953. Dalam klasifikasi ini penyakit
kusta dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
Indeterminate (I)
Tuberculoid (T)
Bordeline (B)
Lepromatosa (L)
Klasifikasi WHO
WHO mengklasifikasikan penyakit kusta
menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Pausibasilar (PB)
Termasuk kusta tipe TT dan BT menurut
kriteria Ridley dan Jopling atau tipe I dan
T menurut klasifikasi Madrid dengan BTA
negatif.
2. Multibasilar (MB)
Termasuk kusta tipe BB, BL, dan LL
menurut kriteria Ridley dan Jopling atau B
dan L menurut klasifikasi Madrid dan
semua tipe kusta dengan BTA positif.
Diagnosis
1. Bercak kulit yang mati rasa
2. Penebalan saraf tepi
3. Ditemukan kuman tahan asam
Bahan pemeriksaan adalah sayatan
cuping telinga dan lesi kulit pada
bagian yang aktif. Kadang-kadang
bahan diperoleh dari biopsi kulit
atau saraf.
Tanda-tanda tersangka kusta (suspek) menurut Depkes
(2004) sebagai berikut:
1. Tanda-tanda pada kulit
a. Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di
bagian tubuh.
b. Kulit mengkilap
c. Bercak yang tidak gatal
d. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat
atau tidak berambut
e. Lepuh tidak nyeri
2. Tanda-tanda pada saraf
a. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri padaanggota
badan atau muka
b. Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka
c. Adanya cacat (deformitas)
d. Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh
Pengobatan
Setelah diagnosis kusta ditegakkan,
harus segera dilakukan tindakan
atau tatalaksana yang meliputi:
1. Pengobatan secara kausal
2. Pengobatan untuk penyulit yang
timbul
3. Pengobatan suportif
4. Rehabilitasi medik
5. Rehabilitasi sosial
KOTA BANDA ACEH SEBELUM TSUNAMI DILIHAT DARI
SEKITAR MASJID RAYA BAITURRAHMAN

Anda mungkin juga menyukai