Anda di halaman 1dari 19

PERSON

CENTERED
THERAPY
MEET OUR TEAM

ROMBEL 1:
Inda Aulia Reftiani 1511418004
Afida Sri Mulyani 1511418006
Teguh Hidayatullah 1511418008
Nilawati 1511418042
Vita Kusuma Cahyaningrum 1511418096

ROMBEL 2:
Awanda Putri Istiqomah 1511418013
Anang Yuliawan 1511418020
Diah Ayu Citra Ningsih 1511418099
Sotya Paramarta Kerta Yasa 1511418103
LATAR BELAKANG
PERSON CENTERED
THERAPY
1) Pada awal tahun 1940-an Rogers mengembangkan
teori kepribadian yang disebut self theory (teori diri)
dalam praktik konselingnya dan menamakan
pendekatan konseling ini yang disebut Client-
Centered Therapy.

2) Carl Rogers mengembangkan pendekatan ini sebagai


reaksi terhadap keterbatasan mendasar dari terapi
individual yang tradisional, yang berasumsi konselor
adalah seorang ahli dan konseli memerankan peran
yang pasif.

3) Pada tahun 1970-an, pendekatan ini berkembang


pesat dan Rogers mengganti nama pendekatan ini
menjadi pendekatan berpusat pada pribadi (Person
Centered Therapy).

4) Pendekatan ini memandang manusia secara positif.


Pendekatan ini percaya pada kesanggupan klien
untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya
sendiri (Corey, 2005).
KONSEP DASAR PERSON CENTERED
THERAPY
Menurut Rukaya (2019), konsep dasar teori person centered, yaitu:

Kemampuan seseorang
Setiap orang memiliki untuk menghadapi
kapasitas untuk keadaan dapat terjadi
memahami keadaan dan ditingkatkan jika
yang menyebabkan konselor menciptakan
ketidakbahagiaan dan kehangatan, penerimaan,
dapat mengatur dan dapat memahami
kembali kehidupannya relasi (proses konseling)
menjadi lebih baik. yang sedang dibangun.
KONSEP DASAR PERSON CENTERED
THERAPY
Menurut Meador dan Rogers (dalam Semiun, 2006) mengemukakan konsep teori
person centered adalah sebagai berikut:

Teori dasar terapi person centered


dapat dinyatakan secara sederhana
dalam bentuk hipotesis “jika---
maka”. Jika syarat-syarat tertentu ada
dalam sikap-sikap dari orang yang
disebut “terapis” dalam suatu
hubungan, yakni keselarasan
(congruence), penghargaan positif,
dan pemahaman empatik, maka akan
terjadi perubahan pertumbuhan dalam
orang yang disebut “pasien” (1979:
131).
KONSEP DASAR PERSON CENTERED
THERAPY

Terapi person Rogers berpendapat


centered sendiri bahwa seorang terapis
bersandar pada tidak boleh membuat
asumsi bahwa sugesti-sugesti atau
setiap orang penafsiran-penafsiran
memiliki motif dalam terapi karena
aktualisasi diri. dalam pandangannya
motif aktualisasi akan
menuntun pasien dengan
sangat baik.
ISTILAH DALAM PERSON CENTERED
THERAPY
Adapun definisi-definisi dan konsep-konsep lainnya dalam terapi person centered adalah sebagai
berikut:
1. Self-concept (konsep diri) mengenai konsep diri seseorang tentang dirinya
2. Ideal self (diri ideal) mengenai self-concept yang ingin dimiliki seseorang
3. Ketidakselarasan (incongruence) antara diri dan pengalaman yaitu suatu celah yang ada antara
self-concept seseorang dan apa yang dialaminya
4. Ketidakmampuan menyesuaikan diri secara psikologis (psychological maladjustment) dimana
terjadinya karena seseorang menyangkal atau mendistorsikan pengalaman-pengalamannya yang
penting
5. Keselarasan antara diri dan pengalaman, konsep seseorang tentang dirinya sendiri sesuai dengan
apa yang dialaminya
6. Kebutuhan akan penghargaan positif (need for positive regard), kebutuhan untuk dihargai dan
dihormati oleh orang lain
7. Kebutuhan akan harga diri (need for self regard), kebutuhan untuk menghargai diri sendiri
TUJUAN PERSON
CENTERED THERAPY
Membina kepribadian konseli secara integral, berdiri sendiri,
dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah
sendiri.

Membantu konseli yang dilayani memiliki diri (self) yang lebih


matang untuk mampu mewujudkan diri sendiri (self
actualization).

Membebaskan konseli dari masalah yang telah membuat diri


konseli terganggu dalam beraktivitas atau mengaktualisasikan
dirinya.
TUJUAN PERSON CENTERED
THERAPY
Menurut Rukaya (2019) konseling person centered
01 bertujuan untuk membantu konseli dalam
menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat
komunikasi dalam konseling, dimana konselor
mendudukkan konseli sebagai orang yang memiliki
potensi positif dengan penerimaan tanpa syarat atau
konselor menerima konseli apa adanya.

Adapun menurut Lubis (2011) tujuan dasar dari


02 person centered adalah menciptakan suasana
konseling yang kondusif untuk membantu
klien/konseli menjadi pribadi yang dapat
berfungsi secara utuh dan positif.

Jadi, titik berat dari tujuan person centered


03 adalah menjadikan tingkah laku
klien/konseli kongruen atau autentik
(klien/konseli tidak lagi berpura-pura dalam
kehidupannya).
POLA HUBUNGAN ANTARA
KONSELOR DAN KONSELI
Hubungan yang terjalin Konselor merasakan
diantara konselor dan lonseli perhatian positif tak
diwarnai dengan kehangatan bersyarat terhadap
dan saling percaya. konseli.

Konseli merupakan narator


Konseli adalah orang yang aktif membangun
yang ada dalam keadaan konseling secara interaktif dan
tidak selaras, peka, cemas sinergis agar tercipta
dan membutuhkan perubahan yang positif.
bantuan.

Konselor memperlakukan
Konselor adalah ahli yang akan
konseli sebagai orang yang
membantu konseli dalam
mampu mengambil
menangani permasalahannya.
keputusan bagi dirinya
sendiri dan bertanggung
jawab atas keputusannya.
TEKNIK KONSELING
Acceptance Congruance

Non-Judgemental Understanding
PENGALAMAN KONSELI DALAM
KONSELING
Klien datang ke konselor dalam
01 keadaan incongruence.

Pada awalnya klien mengharapkan untuk menemukan


02 “jalan” melalui bimbingan konselor.

Selama konseling berlangsung, klien dapat


03 mengeksplorasikan perasaannya.

Yang menyembuhkan klien adalah diri mereka


04 sendiri.
PERAN KONSELOR DALAM PERSON
CENTERED THERAPY

Konselor tidak memimpin dan mengatur proses konseling, tetapi


hal tersebut dilakukan oleh konseli itu sendiri.

Konselor merefleksikan perasaan-perasaan konseli,


sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh konseli.

Konselor menerima konseli dengan sepenuhnya


dalam keadaan seperti apapun.

Konselor memberi kebebasan pada konseli untuk


mengeksperesikan perasaan-perasaannya dengan
sedalam-dalamnya.
TUGAS KONSELOR DALAM PERSON
CENTERED THERAPY

A
Menciptakan hubungan yang bersifat permisif.

Menciptakan hubungan yang penuh pengertian, penuh penerimaan, kehangatan,


terhindar dari segala bentuk ketegangan.

Mendorong pertumbuhan pribadi.

Kemampuan memecahkan masalah.


B
SYARAT KONSELOR PERSON
CENTERED THERAPY

Kongruensi (congruence) Penghargaan positif tanpa


Dapat diartikan sebagai syarat (Unconditional
“menunjukkan diri sendiri” positive regard)
sebagaimana adanya dan yang Konselor yang menunjukkan
sesungguhnya, berpenampilan sikap menghargai secara
secara terus terang, ada kesesuaian positif tanpa syarat artinya
antara apa yang dikomunikasikan tidak mengharapkan simpati
secara verbal dengan yang non dari apa yang dilakukannya.
verbal. Selain itu juga konselor
bersikap toleran atau
menyetujui tentang apa yang
dilakukan dan diungkapkan
oleh orang lain.

Empati (empathy)
Empati adalah kemampuan untuk memahami cara pandang dan perasaan orang lain. Empati
tidak berarti memahami orang lain secara objektif, tetapi sebaliknya berusaha memahami
pikiran dan perasaan orang lain dengan cara orang lain tersebut berpikir dan merasakan atau
melihat dirinya sendiri.
KARAKTERISTIK
PERSON
CENTERED
THERAPY
1) Konseli dapat bertanggungjawab, memiliki
kesanggupan dalam memecahkan masalah dan
memilih perilaku yang dianggap pantas bagi
dirinya.

2) Menekankan dunia fenomenal konseli.

3) Prinsip-prinsip psikoterapi berdasarkan bahwa


hasrat kematangan psikologis manusia itu
berakar pada manusia sendiri.

4) Pendekatan ini berfokus pada person.


TERAPAN PERSON CENTERED
THERAPY
Judul Jurnal : Penerapan Person Centered Therapy Di Sekolah (Emphaty, Congruance,
Unconditional Positive Regards Dalam Manajemen Kelas
Nama Jurnal: Jurnal Of Education Technology
Tahun : 2017
Jenis Terapan : Person Centered Therapy
Hasil Penelitian :
1) Hubungan yang terjadi dalam person centered therapy antara terapis dengan kliennya adalah bahwa dunia klien
menjadi konteks pusat dalam hubungan tersebut. Idealnya, diharapkan bahwa untuk memasuki proses person centered
therapy, klien akan mengalami tiga kondisi inti yaitu kongruensi, hal positif tanpa syarat, dan empati. Seorang guru
dapat melakukan pendekatan terhadap manajemen perilaku siswa dengan cara yang lebih pro aktif melalui hubungan
yang positif dan saling percaya. Guru membuat dirinya peduli dengan keberadaan siswa baik di dalam maupun di luar
sekolah. Hal itu akan menciptakan suatu atmosfer dimana kepercayaan diri siswa dapat berkembang.
2) Ketiga kondisi tersebut kemudian berinteraksi dengan kondisi baik siswa, yang kemudian akan memulai hubungan
yang dapat membantu perubahan dan pertumbuhan dalam diri siswa. Hal yang penting bagi terapis adalah membangun
sebuah lingkungan yang sesuai untuk proses penyembuhan diri. Untuk itu, ahli terapis person centered therapy
mungkin tidak menawarkan solusi yang siap jadi atau mengarahkan klien untuk mengikuti strategi mengatasi masalah
tertentu. Apa yang terapis lakukan adalah menggunakan kesempatan dalam hubungan kepercayaan melalui penghargaan
terhadap klien sehingga masalah yang dihadapi dapat diselesaikan. Secara keseluruhan, klien diasumsikan dapat
memiliki kemampuan untuk membuat solusi atas permasalahannya, dan terapis hanya bertindak sebagai teman dalam
proses penyembuhan.
3) Guru pembimbing agar kiranya dapat memahami teori-teori konseling melalui pelatihan atau bahan- bahan bacaan yang
tersedia. Selain itu, guru pembimbing diharapkan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh instansi terkait
seperti Universitas untuk meningkatkan keterampilan atau menambah wawasan dirinya. Seringlah mempraktekan teori
yang dipelajari dalam proses pemberian layanan konseling baik konseling individual maupun konseling lainnya.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PERSON
CENTERED THERAPY
KELEBIHAN KELEMAHAN
1) Pemusatan pada konseli dan bukan pada 1) Terapi berpusat pada konseli dianggap
terapis. terlalu sederhana.
2) Identifikasi dan hubungan terapi sebagai 2) Terlalu menekankan aspek afektif,
wahana utama dalam mengubah emosional, perasaan.
kepribadian. 3) Tujuan untuk setiap konseli yaitu
3) Lebih menekankan pada sikap terapi dari memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan
pada teknik. umum sehingga sulit untuk menilai
4) Memberikan kemungkinan untuk individu.
melakukan penelitian dan penemuan 4) Tidak cukup sistematik dan lengkap
kuantitatif. terutama yang berkaitan dengan konseli
5) Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan yang kecil tanggungjawabnya.
afektif dalam terapi. 5) Sulit bagi terapis untuk bersifat netral dalam
6) Konseli memiliki pengalaman positif situasi hubungan interpersonal.
dalam terapi ketika mereka fokus dalam 6) Terapi  menjadi tidak efektif ketika konselor
menyelesaiakan masalahnya. terlalu non-direktif dan pasif.
7) Konseli merasa mereka dapat Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah
mengekpresikan dirinya secara penuh cukup.
ketika mereka mendengarkan dan tidak 7) Tidak bisa digunakan pada penderita
dijustifikasi. psikopatology yang parah.
8) Minim teknik untuk membantu konseli
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai