Anda di halaman 1dari 11

Garda Tujuh Buana

Oleh:
Jesslyn Faustina - 125170108
Theresia Sherin - 125170338
Yolanda Pricilla - 125170468
1. GTBO sendiri memiliki area konsesi pertambangan Batubara di Pulau Bunyu, Kabupaten
Bulungan, Propinsi Kalimantan Timur. Lokasi tambang GTBO di Pulau Bunyu, dapat dicapai
kira-kira dalam 1 jam perjalanan dengan speed boat dari Pelabuhan Tarakan, Kabupaten
Bulungan, Provinsi Kalimantan Timur.

2. Luas Kuasa Pertambangan GTB hanya sebesar menjadi 710 Ha yang berada di sebelah
Utara bagian tengah Pulau Bunyu yang tidak berpenduduk.

3. GTBO memproduksi batubara termal yang mengandung abu rendah dan belerang rendah
dengan koefisien kalori antara 4.800 kcal/kg sampai 5.100 kcal/kg.

4. Batubara yang di produksi GTBO di gunakan sebagai pembangkit listrik tenaga batubara baik
di pasar dalam negeri maupun pasar ekspor.
Proses IPO GTBO
• PT Garda Tujuh Buana Tbk, GTBO, pada tanggal 30 Juni 2009, memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham GTBO (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.834.755.000 dengan nilai nominal
Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp115,- per saham. Saham-saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 9 Juli 2009.

Jenis Pencatatan Jumlah Saham Beredar Jumlah Nominal Saham

Saham Perdana @ Rp115,- 1.834.755.000 210.996.825.000

Pencatatan Saham Pendiri (Company Listing) 665.245.000 66.524.000.000


Masalah selama IPO GTBO
• Kinerja keuangan GTBO memang baru
menanjak mulai tahun 2011, dari yang
sebelumnya defisit karena akumulasi rugi
sebesar Rp21,52 Milyar pada akhir tahun
2010 menjadi positif Rp52,34 Milyar pada
akhir tahun 2011.

• Hal tersebut ditunjang dengan pendapatan


yang meningkat pesat pada tahun 2011
yang mencapai Rp319,70 Milyar. Laporan
keuangan GTBO per 31 Desember 2011
juga menyebutkan laba bersihnya melejit
ke Rp74 Milyar dari tahun sebelumnya.
• GTBO sendiri melakukan jual-beli batubaranya pada harga US$ 37-40 per ton, dimana
harga ini jauh lebih murah dibanding harga batubara dengan kualitas sama milik
perusahaan lain di tanah air, yaitu sekitar US$ 55-60 per ton.

• Terkait harga jual yang murah itulah, yang mungkin bisa dijadikan alasan kenapa Agrocom
Limited, sebuah perusahaan perdagangan komoditas asal United Arab Emirates (UAE),
berani membayar tunai untuk transaksi pembelian batubara dengan GTBO.

• Pada tanggal 14 Juni 2012, kedua perusahaan (GTBO dan Agrocom) menandatangani
perjanjian jual beli batubara sebanyak 10 juta ton dengan harga US$ 25 per ton, dimana
batubara tersebut akan dikirim secara bertahap ke markas Agrocom di UAE hingga tahun
2015.

• Harga batubara yang dijual oleh GTBO ke Agrocom disepakati US$ 39 per ton. Namun
karena biaya produksi batubara yang sebesar US$ 14 per ton ditanggung oleh Agrocom,
maka Agrocom kemudian hanya membayar US$ 25 per ton batubara kepada GTBO.
• Kontrak itu menyebutkan, pengiriman batubara akan dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, pengiriman
3 juta ton sebelum 31 Desember 2014. Kedua, sebanyak 3,5 juta ton akan dikirimkan sebelum 31
Desember 2015. Dan ketiga, pengiriman sebanyak 3,5 juta ton sebelum 31 Desember 2016.

• Kemudian kedepannya, GTBO hampir bisa dipastikan akan menerima pendapatan lagi dari
pembayaran yang dilakukan oleh Agrocom, dengan rincian sebagai berikut:

1. Pembayaran tahap I senilai US$ 75 juta, dibayar sebelum tanggal 30 Juni 2012

2. Pembayaran tahap II senilai US$ 87.5 juta, dibayar sebelum tanggal 30 Juni 2013, dan

3. Pembayaran tahap III senilai US$ 87.5 juta, dibayar sebelum tanggal 30 Juni 2014. Jadi totalnya:
US$ 250 juta.

• Dan sebagian dari US$ 250 juta tersebut, tepatnya US$ 75 juta atau setara dengan Rp711,15 milyar,
sudah dibayarkan oleh Agrocom di hari ketika perjanjiannya ditanda tangani, yaitu 14 Juni 2012.
• Oleh GTBO, uang sebesar Rp711,15 milyar
tersebut dicatat sebagai pendapatan. Hal ini
mendorong kinerja keuangan GTBO melesat
tinggi, padahal emiten batubara lain sendiri
tengah sekarat saat itu.

• Inilah yang mendorong pendapatan dan laba


bersih GTBO di Kuartal II 2012 tiba-tiba saja
melonjak tajam, karena GTBO meraih
kenaikan pendapatan 3.075% year on year
menjadi Rp 1,15 triliun di semester I 2012.
Laba bersih GTBO juga meningkat dari yang
tadinya Rp 12,71 miliar di semester I 2011
menjadi Rp 939,81 miliar.
Data Pergerakan Harga Saham
8000

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
09-Juli-09 30-Dec-09 23-Dec-10 12-Dec-11 29-Mar-12 03-May-12 14-Sep-12 26-Sep-12

• Dan hasilnya, saham GTBO yang sebelumnya memang sudah naik sangat-sangat
banyak kemudian naik lagi hingga pada 14 September 2012, sebesar Rp7.200. Namun,
hal ini tidak berlangsung lama karena pada 26 September 2012, hanya selisih 12 hari,
GTBO longsor lagi sebesar 47,22% ke Rp3.800.
• Pada 31 Mei 2013, terjadi pembatalan kontrak jual-beli batubara antara PT Garda Tujuh Buana Tbk
(GTBO) dengan Agrocom Ltd tersebut.

• Manajemen GTBO dalam Dalam surat kepada BEI per 31 Mei 2013 menjelaskan, pembatalan
kontrak merupakan permintaan Agrocom. Dikatakan, Agrocom terpaksa membatalkan kontrak
pembelian dari GTBO karena pasar batubara dunia sedang tidak kondusif. Sejak pertengahan
2012, harga batubara dunia terus anjlok seiring melorotnya permintaan batubara dari China dan
India.

• Pembatalan kontrak membuat pengakuan penjualan atas hak pemasaran Rp 711,15 miliar ikut
batal. GTBO bahkan harus mengakui utang usaha kepada Agrocom senilai 90% kontrak.

• Akibatnya, BEI kemudian mensuspensi perdagangan saham GTBO pada 23 Mei 2013. BEI
memandang suspensi perlu dilakukan untuk melindungi investor publik. GTBO juga diharuskan
melakukan Public Expose (PE) untuk memberikan penjelasan kepada pemegang sahamnya.
• Dengan pengakhiran perjanjian itu maka laba sebelum pajak akan
berkurang sebesar Rp711,15 miliar di dalam laporan keuangan 2012.
• Setelah suspensi dicabut pada 5 September 2013, GTBO kemudian
bisa diperdagangkan.

Anda mungkin juga menyukai