Anda di halaman 1dari 20

MINERAL

AnalisisMIKRO
Makanan dan Kosmetik
Kelompok 3
Nathania Korengkeng 18101105057
Ni Wayan Meliawati 18101105058
Kezia Pangemanan 18101105082
Trifena Tulangow 18101105064
Vinny Kaitu 18101105066
Given Mamusung 18101105079
William Runtuwene 18101105077
Yecia Sasenga 18101105069
Sarai Korban 18101105086
Violeta Tambingon 18101105091
Melisa Hehakaya 18101105094
Penggolongan Mineral

Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral


(logam) dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam esensial
dan nonesensial.
• Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan,
sehingga logam golongan ini merupakan unsur nutrisi penting
yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses
fisiologis atau disebut penyakit defisiensi mineral.
• Logam nonesensial adalah golongan logam yang tidak berguna,
atau belum diketahui kegunaannya dalam tubuh hewan,
sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal dapat
menyebabkan keracunan.
Penggolongan Mineral

Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok,


yaitu
• Mineral makro : diperlukan atau terdapat dalam jumlah relatif
besar
• Mineral mikro : mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat
sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan
konsentrasi sangat kecil.
Beberapa Mineral Mikro Esensial Dalam Tubuh

Tembaga (Cu)
merupakan mineral mikro karena keberadaannya dalam tubuh
sangat sedikit namun diperlukan dalam proses fisiologis. Di
alam, Cu ditemukan dalam bentuk senyawa sulfida (CuS).

Besi (Fe)
merupakan mineral makro dalam kerak bumi, tetapi dalam
sistem biologi tubuh merupakan mineral mikro. Besi dalam
tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel
darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan
hasil penyerapan pada saluran pencernaan

Cobalt (Co)
merupakan unsur mineral esensial untuk pertumbuhan hewan,
dan merupakan bagian dari molekul vitamin B12. Konversi Co
dari dalam tanah menjadi vitamin B12 pada makanan hingga
dicerna hewan nonruminansia kadang-kadang disebut sebagai
siklus kobalt.
Beberapa Mineral Mikro Esensial Dalam Tubuh

Iodine (I)
diperlukan tubuh untuk membentuk tiroksin, suatu hormon
dalam
kelenjar tiroid. Tiroksin merupakan hormon utama yang
dikeluarkan oleh kelenjar tiroid. Setiap molekul tiroksin
mengandung empat atom iodin
Seng (Zn)
ditemukan hampir dalam seluruh jaringan hewan. Seng lebih
banyak terakumulasi dalam tulang dibanding dalam hati yang
merupakan organ utama penyimpan mineral mikro. Jumlah
terbanyak terdapat dalam jaringan epidermal (kulit, rambut, dan
bulu), dan sedikit dalam tulang, otot, darah, dan enzim
Peran Mineral Mikro Esensial Dalam Tubuh
Penyakit Defisiensi Mineral Mikro Esensial
Infographic Style
Tembaga (Cu)
2017 2019
merupakan mineral mikro
Add Contents Title Add Contents Title
karena keberadaannya
dalam tubuh sangat sedikit PowerPoint Presentation PowerPoint Presentation
namun diperlukan dalam Get a modern PowerPoint
Get a modern PowerPoint
proses fisiologis.
Contents Title Contents Title

Add Contents Title Add Contents Title


PowerPoint Presentation PowerPoint Presentation
Get a modern PowerPoint Get a modern PowerPoint
Contents Title Contents Title

2016 2018
METODE ANALISIS MINERAL
Beberapa metode analisis logam
telah ditemukan, meliputi metode
kualitatif (untuk mengetahui ada
tidaknya logam dalam sampel) dan
kuantitatif (untuk mengetahui
kandungan logam dalam sampel).
Metode sensitif dan spesifik
merupakan dasar dalam mengukur
kadar logam pada konsentrasi yang
sangat rendah. Dengan sensitivitas
analisis yang tinggi akan diketahui
jenis logam dan pengaruhnya
terhadap sistem biologis hewan
(Ewing 1990; Darmono 1995).
METODE ANALISIS MINERAL
• Alat :
1. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

• Bahan :
1. Bahan nabati (tanaman, bahan pakan dan
pangan)
2. bahan hewani (daging, hati, ginjal, darah,
rambut)
3. Serta bahan air dan sedimen (air minum, air
laut, dan endapan laut).
Bahan nabati, pakan, dan pangan
1. Digesti kering (pengabuan)
Cawan porselen yang bersih direndam dalam HNO3 10% dan dibilas dengan
akuades lalu dikeringkan dan ditimbang. Selanjutnya sampel dimasukkan ke
dalamnya dan ditimbang, lalu dikeringkan dalam oven 60o C selama 3 hari.
Sampel ditimbang lagi dan dihitung berat keringnya. Berat sampel diusahakan
sekitar 3−5 g. Setelah dingin, sampel dimasukkan ke dalam furnase pada suhu
100o C dan perlahanlahan dinaikkan sampai 550o C minimal selama 8 jam.
Sampel lalu didinginkan dan dilarutkan dalam asam khlorida pekat 10 ml,
lalu dipanaskan sampai volume tinggal 5 ml. Sampel lalu dilarutkan dalam HCl
10%, kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur melalui kertas saring Whatman
42 dengan menggunakan corong plastik sampai volume menjadi 50 ml,
kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik SSA.
2. Digesti basah
Sampel dengan berat 2−5 g dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer,
kemudian ditambahkan campuran HNO3 pekat: HClO4 = 4 : 1 sebanyak
10 ml dan ditutup dengan gelas erlogi (1 malam), lalu dipanaskan di atas
hotplate pada suhu 115o C selama 6−8 jam sampai larutan berwarna
bening. Larutan hasil destruksi lalu dimasukkan dalam labu ukur 10 ml
dan ditambah HNO3 10% sampai tanda batas. Larutan tersebut siap untuk
pengukuran dengan SSA (Ewing 1990; Darmono 1995).
Bahan organ hewan dan manusia
Digesti 1
Sampel dimasukkan dalam cangkir porselen bersih kemudian dikeringkan,
ditambah 8 ml HNO3 pekat kemudian dipanaskan di atas hotplate pada suhu 75 o C
selama 3 jam atau lebih dan dibiarkan mengering. Sampel lalu dilarutkan dalam
HNO3 10%, disaring melalui kertas Whatman 42, dimasukkan ke dalam gelas ukur
sampai volume 50 ml, kemudian dianalisis dengan menggunakan SSA .

Digesti 2
Sampel dengan berat 2−5 g dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 10 ml HNO3 pekat dan ditutup dengan gelas erlogi (1 malam), lalu
dipanaskan di atas hotplate pada suhu 115o C selama 6−8 jam sampai larutan
berwarna bening. Larutan hasil destruksi dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan
ditambah HNO3 10% sampai tanda batas. Larutan siap untuk dilakukan pengukuran
dengan SSA (Ewing 1990; Darmono 1995).
Bahan darah

Ada tiga bentuk sampel darah untuk analisis logam, yaitu plasma, serum,
dan darah keseluruhan. Sampel dalam bentuk plasma dan serum tidak perlu
digesti dan dapat langsung diencerkan. Untuk analisis Ca dan Mg, semua
sampel dilarutkan dalam LaCl3 dan HCl dengan prosedur sebagai berikut:
0,10 ml sampel dilarutkan dalam 5 ml dari 1% LaCl3 dalam 0,10 M HCl,
kemudian dibaca dalam SSA.
Untuk analisis Cu dan Zn, prosedurnya sebagai berikut: 2 ml sampel
dilarutkan dalam 4 ml akuabides kemudian dianalisis menggunakan SSA
dengan larutan standar Cu dan Zn yang dilarutkan dalam gliserol 10%
ANALISA KUANTITATIF MINERAL MIKRO
ANALISA KANDUNGAN MINERAL TOTAL (KADAR ABU)

CARA KERING
• Digunakan untuk penetapan kadar abu (mineral total) dalam makanan secara gravimetri
sampai diperoleh bobot konstan (bobot yang diperoleh dari 2 kali penimbangan dengan
selisih ≤ 0,5mg/g sampel).
• Prinsip : abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan penimbangan sisa mineral hasil
pembakaran bahan organik pada suhusekitar 550ºC

CARA BASAH
• Prinsip : bahan organik dimusnahkan dan dioksidasi dengan bantuan campuran asam
pengoksidasi kuat yang didihkan bersama-sama dalam labu kjeldahl. Pereaksi yang
digunakan asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, asam perklorat, atau hidrogen peroksida
(H2O2 ) 30% (perhidrol).
ANALISA MINERAL DENGAN SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM
(SSA)

• SSA digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah


kelumit (trace) dan ultra kelumit (ultra trace).
• Unsur yg dapat diukur menggunakan SSA : Fe, Mn, Cu, Se dan Zn
• Prinsip : setelah bahan organik dalam sampel dimusnahkan melalui pengabuan
kering atau pengabuan basah, sisa abu dilarutkan dalam asamencer. Logam yang
diatomisasi dalam nyala akan menyerap energy tertentu yang diemisikan oleh
lampu katoda. Jumlah energy terserap oleh logam sebanding dengan konsentrasi
mineral dalam sampel. Logam-logam tertentu seperti Na, K, dan Ca dpt
ditetapkan dengan pengukuran emisi yang terjadi setelah logam tersebut
tereksitasi dalam nyala
KESIMPULAN DAN SARAN
Mineral mikro esensial mempunyai peran sangat
penting dalam kelangsungan hidup hewan.
Kekurangan atau kelebihan mineral mikro esensial
dapat menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi
mineral serta keracunan pada ternak, baik ruminansia
maupun nonruminansia, merupakan salah satu
kendala dalam perkembangan ternak.
Oleh karena itu, status mineral mikro perlu
diperhatikan, dan kadarnya dalam tubuh hewan
(serum) maupun pakan yang akan diberikan dianalisis
dengan menggunakan SSA. Pemberian mineral mikro
esensial dalam pakan harus sesuai dengan
kebutuhan hewan atau ternak untuk mencegah
terjadinya penyakit defisiensi atau keracunan.
DAFTAR PUSTAKA
A, Zainal. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem
Biologi Dan Metode Analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3)
: 99 – 105.
Ewing, G.W. 1990. Analytical Instrumentation Handbook, 1st Edition,
Marcel Dekker Inc., New York.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai