Anda di halaman 1dari 87

LUKA BAKAR

Pembimbing :

dr. Wulan Fadinie, M.Ked(An), SpAn

Ricky
Ricky (140100213)
(140100213)
Natalia
Natalia Stefanie
Stefanie (140100042)
(140100042)
Bella
Bella C.P
C.P Marpaung
Marpaung (140100044)
(140100044)
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini
01 disebabkan karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas luka bakar

Pada tahun 2014, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa


terdapat 265.000 kematian yang terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia
02 akibat luka bakar

Di Amerika Serikat terdapat 486.000 kasus luka bakar yang menerima


03 penanganan medis, 40.000 diantaranya harus dirawat di rumah sakit

Di Indonesia, prevalensi luka bakar tahun 2013 adalah sebesar 0.7% dan telah
04 mengalami penurunan sebesar 1.5% dibandingkan pada tahun 2008 (2.2%)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau


kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air
Definisi panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi atau suhu Etiologi
yang sangat rendah

Paparan api, Scalds (air panas, Uap


panas, Gas panas, Aliran listrik, Zat
kimia (asam atau basa), Radiasi .
Derajat I (Superficial)
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga
masih menyisakan banyak jaringan untuk
dapat melakukan regenerasi.
Luka bakar derajat I biasanya sembuh
dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara
Klasifikasi sempurna

Luka Bakar
Derajat II (Partial Thickness)

Lesi melibatkan epidermis dan mencapai


ke dalam dermis namun masih terdapat
epitel vital yang bisa menjadi dasar
regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut
misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, dan pangkal rambut.

Derajat III (Full Thickness)


Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis
hingga mungkin organ atau jaringan
yang lebih dalam.
Luas Luka Bakar
Luas Luka Bakar Menggunakan Rule of Nines

Kepala leher
9 %-- 9 %

Lengan

9 %---18 %

Badan Depan Tungkai


18% --- 36 %
18 %

Badan Belakang Genitalia / perineum


18 % 1%
Kriteria Luka Bakar
MENURUT AMERICAN BURN ASSOCIATION :

Luka Bakar Ringan Luka Bakar Sedang Luka Bakar Berat

• Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada


• Luka bakar derajat II 15-25% orang dewasa
•Luka bakar derajat II <
pada orang dewasa •Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-
15 %
•Luka bakar derajat II 10-20% anak
•Luka bakar derajat II <
pada anak-anak •Luka bakar derajat III 10% atau lebih
10 % pada anak-anak
•Luka bakar derajat III < 10% •Luka bakar mengenai tangan, wajah telinga, mata,
•Luka bakar derajat III < 1
kaki dan genitalia/perineum
%
•Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik,
.
disertai trauma lain
Kategori Luka Bakar
Kategori Luka Bakar Mayor jika didapatkan :

Luka Bakar derajat Dua Luka Bakar derajat Dua Luka Bakar derajat Tiga
01 >25% luas permukaan tu- 02 >20% luas permukaan tu- 03 >10% luas permukaan tu-
buh pada dewasa buh pada anak-anak buh

Mengenai wajah, kedua Semua luka bakar listrik/ Semua luka bakar inhalasi
04 mata, kedua tangan, kaki 05 elektrik 06 dan Luka bakar komplika-
atau perineum si dengan trauma mayor
lain
Patofisiologi

Pembuluh kapiler yang Edema dan bula yang


Berkurangnya volume Bila luka terjadi di wajah,
terpajan suhu tinggi rusak mengandung banyak
cairan intravaskuler dapat terjadi kerusakan
dan permeabilitas meninggi. elektrolit.
mukosa jalan napas
(Edema laring )

CO akan mengikat
Akan mempermudah Kontaminasi pada Keracunan Hemoglobin tak mampu hemoglobin dengan kuat
infeksi kulit mati lagi mengikat oksigen
Your Picture Here Your Picture Here

Fase awal, Fase setelah


Permasalahan Fase akut, syok berakhir,
Luka Bakar Fase syok Fase sub akut

Fase akut berlangsung Masalah utama pada fase ini


selama 0-48 jam Gangguan yang terjadi
01 pada saluran napas 01 adalah Systemic Inflammatory
Response Syndrome (SIRS)
Fase subakut bila mengacu dan Multi-system Organ
pada konsep SIRS, maka Gangguan mekanisme bernapas Dysfunction Syndrome
fase subakut berlangsung
02 dan gangguan sirkulasi (MODS) dan sepsis.

s/d hari ke-32


Fase lanjut
Fase lanjut berlangsung setelah Masalah yang dihadapi
penutupan luka sampai adalah penyulit dari luka
terjadinya maturasi jaringan. bakar seperti parut
hipertrofik, kontraktur
dan deformitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan:


1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
2. Urinalisis
3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
4. Analisis gas darah
5. Radiologi – jika ada indikasi ARDS
6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosis SIRS dan MODS
Tatalaksana
I. PRIMARY SURVEY
• Airway dan cervical spine proteksi – Riwayat pengobatan atau obat-obatan
• Breathing dan ventilasi yang pernah dan atau masih
• Sirkulasi dan kontrol perdarahan dikonsumsi
• Disability- pemeriksaan neurologis – Riwayat alergi
• Exposure
– Riwayat operasi dahulu
II. SECONDARY SURVEY
– Riwayat anestesi dahulu
 Anamnesa
 Pemeriksaan fisik/lengkap mulai kepala-
– Riwayat penyakit sekarang
kaki
– Riwayat penyakit dahulu
Penatalaksanaan Luka Bakar

AIRWAY Perhatian utama ditujukan pada status pernafasan pasien.


Adanya cedera inhalasi dicurigai pada kasus-kasus seperti
dibawah ini:

1. Riwayat terbakar di dalam ruang tertutup


2. Riwayat terpapar pada ledakan
3. Luka bakar mengenai muka
4. Bulu hidung dan alis terbakar
5. Dijumpai deposit karbon dan tanda-tanda radang akut
daerah orofaring
6. Sputum mengandung karbon.
Penatalaksanaan Luka Bakar

BREATHING
• Cedera Inhalasi
Suatu terminologi cedera mukosa akibat paparan
terhadap cedera termis dan atau kimiawi yang terjadi pada
luka bakar. Inhalasi sisa pembakaran yang tidak sempurna
(misalnya partikel-partikel karbon dan gas toksik, cedera
kimiawi) yang menyebabkan edema laring, trakeobronkitis
dan pneumonia.
Penatalaksanaan Luka Bakar

BREATHING
• Cedera Inhalasi
Gas lain seperti nitrogen oksida, fosgen, asam
hidroklorid, dan asam sulfur dapat menembus jalan nafas
lebih dalam, sehingga dapat merusak membran alveoli, dan
mengganggu aktivitas surfaktan.
Penatalaksanaan Luka Bakar
Penatalaksaan Cedera Inhalasi

1. Intubasi dan atau krikotiroidotomi


2. Pemberian oksigen 2-4 liter/menit melalui pipa endotrakea
3. Penghisapan sekret secara berkala
4. Humidifikasi dengan melalui pipa endotrakea dan atau kanula krikotiroidotomi
selama 24 jam

5. Lavase bronko-alveolar (bronchial washing, pulmonary toilet)


6. Pemberian bronkodilator-selektif secara inhalasi
7. Pemantauan gejala dan tanda distres pernafasan
8. Pelaksanaan intubasi-krikotiroidotomi dan perawatan jalan nafas dilakukan
di Ruang Resusitasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Penatalaksanaan Luka Bakar
Penatalaksaan Cedera Inhalasi

9. Tindakan resusitasi jalan nafas dilakukan sebelum tindakan resusitasi


cairan
10. Penatalaksanaan di ruang intensif selanjutnya adalah perawatan saluran
nafas (trakeostomi atau krikotiroidotomi) dengan penghisapan sekret secara
periodik.
11. Prosedur rehabilitasi pernafasan dilakukan dengan cara mengatur posisi
pasien (duduk atau setengah duduk, pronasi), vibrasi dan latihan otot-otot
pernafasan baik secara pasif maupun aktif, latihan refleks batuk dsb dimulai
sejak awal
Resusitasi Cairan
Formula Evans
• Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam

• Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam 2.000 cc glukosa 5%
per 24 jam

Formula Bexter
• Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL

• (Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua).
Analgesik

• Morfin Intravena 0,05-0,1 mg/KgBB jika nyeri dengan dosis titrasi


• Methadone (5-10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam.
• Benzodiazepine
Penatalaksanaan Luka Bakar
Pemberian Antibiotik

Beberapa preparat antibiotik topikal dapat digunakan untuk luka bakar antara
lain:

• Silver sulfadiazin
• Mafenide asetate
• Gentamisin sulfat
• Bacitracin/polymixin
• Nitrofurantoin
• Mupirocin (Bactroban)
Terapi Pembedahan pada Luka Bakar
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris (debridement) yang
dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca cedera termis.

Tujuannya adalah:
• Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat.
• Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi
• Semakin lama penundaan tindakan eksisi mengakibatkan banyaknya darah keluar saat
dilakukan tindakan operasi
Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
• Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan lebih dari 3
minggu.
• Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.
• Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
• Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang timbul.
Assessment Pre-Op
1. Evaluasi : 2. Pertimbangan pemberian premedikasi di
• Penilaian survai primer ruang perawatan
• Penilaian survai sekunder 3. Pertimbangan analgesi yang adekuat.
• Derajat luka bakar 4. Minimalisir heat loss untuk menghurangi
• Luas luka bakar insiden post-op shivering
• Daerah yanag akan dioperasi 5. Monitoring ketat status haemodinamik
• Evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium 6. Replace blood early
dan penunjang lainnya 7. Harus ada komunikasi yang baik antara
ahli anestesi dan ahli bedah untuk
mempersiapkan pasien dengan optimal.
Management Durante Op

• Monitoring kejadian blood loss.


• Pemasangan elektrokardiogram
• Pemasangan monitor invasif (kateter vena sentral) sesuai indikasi
• Monitor temperatur
Management Post-Op

• Kebutuhan oksigen pasien


• Kebutuhan pasien untuk nyeri post operative
• Temperatur tubuh pasien, kemungkinan membutuhkan
penghangat
• Kebutuhan cairan pasien
• Kebutuhan nutrisi pasien
Komplikasi
• Infeksi dan sepsis
• SIRS (Systemic inflammatory response
syndrome )
• Gangguan perfusi
• Kegagalan multi-organ
• Sindroma respiratori akut
• Pembentukan sikatrik dan kontraktur otot
• Deformitas
• Gangguan pergerakan jangka panjang -
akibat luka bakar di daerah sendi
• Gangguan psikologis - Post traumatic stress
disorder, depresi, ansietas
Prognosis

• Prognosis dan penanganan luka bakar terutama


tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka
bakar, dan penanganan sejak awal hingga
penyembuhan.
• Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan
keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan
kecepatan penyembuhan.
• Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien.
• Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal
ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta
parut hipertrofik dan kontraktur.
Status Orang Sakit
Identitas Pasien
Nama :II
Umur : 34 tahun
Alamat : Jalan Amaliun Gang Bandung No 10
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk : 01-06-2019
Berat Badan : 75 kg
Tinggi Badan : 170 cm
Alloanamnesis
Keluhan Utama : Luka bakar di kepala, leher, dada, perut, lengan, dan tungkai atas
Telaah :
Hal ini dialami os ± 2 hari sebelum masuk RSUP HAM. Kejadian berawal saat pasien
berjualan bensin dan tiba-tiba terjadi percikan api di toko dan terjadi ledakan hingga
menyambar pasien. Pasien sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit terdekat
sebelum pasien dirujuk ke RSUP HAM. Sesak nafas (-), suara parau (-),
nyeri pada luka (+), VAS 4.
RPT : Tidak dijumpai
RPO : Ringer laktat, seftriakson, paracetamol, ketorolac
Time Sequences

1 Juni 2019 1 Juni2019 02 Juni 2019


2 Juni 2019
(21.05) (21.30) (03.15)
(00.15)
Pasien
dikonsulkan ke Dilakukan
Pasien tiba di anestesi untuk tindakan Pasien dipindahkan
IGD RSUP Haji pemasangan anestesi ke Ruang Pelayanan
Adam Malik CVC serta pemasangan
Medan Khusus Luka Bakar
tindakan CVC, (PKLB)
debridement Debridement I,
dan pemberian
oksigen,
ACC tindakan
pemasangan
anestesi
NGT
Primary Survey
(Tanggal 1/6/2019 pukul 21.05 di IGD)
A ( Airway) D (Disability)
- Airway clear - Sensorium: compos mentis
- Snoring (-), gargling (-), crowing (-) - Pupil isokor

E ( Exposure)
B ( Breathing)
- Temp: 36.6oC
- RR : 22 x/menit
- luka bakar pada daerah kepala, leher,
- SaO2 : 99% dada, perut, lengan, dan tungkai atas
C ( Circulation)
- Tekanan darah : 110/60 mmHg
- Nadi: 112 x/menit, reguler, T/V
cukup
- Akral hangat, merah, dan kering
- CRT < 2”
Secondary Survey
(Tanggal 1/6/2019 pukul 21.30 di IGD)
B1 (Breath) : Airway : clear , RR:22 x/i , SP : vesikular , ST : -/- ,
Wh : -/- , Rh : -, S/G/C : -/-/-
B2 (Blood) : Akral : H/M/K , TD : 110/60, HR : 100 x/i , T/V :
cukup,, Temp : 370C
B3(Brain) : Sensorium : CM , Pupil : Isokor, RC : +/+
B4(Bladder) : UOP (+) berwarna kuning pekat dengan foley kateter
terpasang
B5 (Bowel) : Abdomen soepel, Peristaltik (+)
B6 (Bone) : Edema (-), Fraktur (-), luka bakar di kepala (4,5%),
dada (9%), perut (9%), lengan kanan (9%), lengan kiri
(4,5%), tungkai kanan (9%), dan tungkai kiri (9%).
Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM
Laboratorium Hasil Rujukan
Hematologi    
- Hemoglobin 11,8 13 – 18 g/dL Ginjal    
- Eritrosit 3,85 4.10-5.10 jt/µL - BUN 23 10 – 20 mg/dl
- Leukosit 11.520 4,000- 11,000/µL - Ureum 49 21 – 43 mg/dl
- Hematokrit 34 - Kreatinin 0.70 
- Trombosit 77.000 36 – 47 % 0.6 – 1.1 mg/dl
150,000- AGDA  
450,000/µL - PH 7,49 7.35 7.45
Elektrolit     - PCO2 30 38 – 42 mmHg
- Natrium 128 - PO2 210 85 – 100
135 – 155 mEq/L mmHg
- Kalium 4,5 - HCO3 22,9
3.6 – 5.5 mEq/L 23,8 22 – 26 U/L
- Klorida 95 96 – 106 mEq/L - Total CO2
0,3 19 – 25 U/L
- BE (-2) – (+2)
Protein     100
- SaO2
- Albumin 1,5 3,5 – 5,0 g/dL 95 – 100% 
Pemeriksaan Penunjang
FOTO THORAKS

Hasil:
Trakea di tengah dan hilus tidak menebal
Kedua sinus costophrenicus baik dan diafragma baik
Tidak tampak infiltrat ataupun nodul pada
kedua lapangan paru
Jantung kesan tidak membesar CTR <50% dan aorta
baik
Tulang – tulang dan soft tissue baik
 
Kesimpulan: Jantung dan paru dalam batas
normal
Diagnosis

Flame Burn Injury Mid


To Deep Dermal 54%
Penatalaksanaan di IGD
1. O2 nasal kanul
2. NPO sejak direncanakan operasi
3. Pasang IV line dengan abbocath bore besar no 18G, pastikan lancar
sebanyak 2 line
4. Ambil darah untuk pemeriksaan lab dan crossmatch
5. Resusitasi cairan dengan Ringer Laktat  Baxter Formula
Baxter : Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
54 x 75 x 4 = 16.200
8 jam I : diberikan 50 %  8100 ml = 168 tetes/i (pada tiap IV line)
16 jam II : diberikan 50%  8100 ml = 84 tetes/i (pada tiap IV line)
 
Penatalaksanaan
7. Pasang kateter urin  urine output berwarna kuning jernih 400 cc
8. Balut kasa lembab
9. Analgetik  Inj. Ketorolac 30 mg + Inj. Ranitidin 50 mg
10. Antibiotik broad spectrum inj. Ceftriaxone 1000 mg IV / 12 jam
11. Tetagam 250 U / IM
12. Informed consent tindakan anestesi
Penatalaksanaan Anestesi Pre-Operatif
1. Persiapan Pasien:
• Puasa sejak pukul 20.00 WIB
• Pasang IV line dengan abbocath bore besar no 18G, pastikan lancar sebanyak 2 line
• Ambil darah untuk pemeriksaan lab dan crossmatch
• Cairan pre-loading : 500 cc Kristaloid

2. Persiapan Alat :
• Scope : Stetoscope, laringoscope
• Tube : ETT no. 7,5, LMA
• Airway device : NPA, OPA
• Tape : Hipafix
• Inducer : Stylet
• Connection : L & Y Connector
• Suction : (+)
Penatalaksanaan Anestesi Pre-Operatif
3. Persiapan Obat :
Emergency : SA, epinefrin , efedrine, aminofilin, dexametason
Premedikasi : Midazolam, fentanyl
Induksi : Propofol, ketamin, rocuronium, atracurium

Teknik Anestesi :
o Pasien posisi supine
o Inj. SA 0,25 mg
o Inj. Midazolam 2 mg
o Inj. Fentanil 50 mcg
o Inj. Ketamin 100 mg  nistagmus (+)  sleep non-apnoe (+)
o Inj. Recuronium 50 mg  sleep apnoe (+)
o Intubasi dengan ETT no 7,5  Sp ka = ki
o Maintenance O2 : N2O = 2 : 2 L dan Isoflurane 0,7 – 1 vol %
o Inj. Fentanil 25 mcg sesuai hemodinamik
o Inj. Rocuronium 10 mg / 30 menit
DURANTE OPERASI

TD : 84 – 123/ 60 – 88 mmHg
HR : 72 – 94 x/i
SpO2 : 98 – 99 %
Perdarahan : 300 cc
UOP : 300 cc
Maintenance + penguapan : (2+8) x 75 = 750 cc/ jam
Cairan Durante Op. : RL 1500 cc
Lama operasi : 3 jam 0 menit
Rencana Terapi Post Operatif
 Bed rest + head up 30o
 O2 nasal canul 2 L/i
 Diet MBTKTP ekstra putih telur 4-5 butir/ hari
 IVFD RL 30 gtt/i
 Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam / IV
 Inj. Metilprednisolon 125 mg / 12 jam / IV
 Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
 Paracetamol 1 gr / 8 jam / IV
 Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam / IV
 Rawat luka di ruang luka bakar
 Mobilisasi aktif
FOLLOW UP
1 Juni 2019
S Luka bakar di wajah, badan, kaki
A Flame Burn injury Mid to deep
dan tangan
Airway clear, SP: vesikular, ST: -/- , dermal 54%
O
RR: 24x/i, SaO2: 99% P Melakukan debridement 
Akral H/M/K, TD: 110/80.
HR: 112x/i, T/V : kuat/cukup,
CRT<2”
Sensorium: Compos Mentis,
GCS : 15 (E4M6V5)
UOP (+) Edema (-), fraktur (-)
FOLLOW UP
O Airway clear, SP: vesikular, ST: -/- ,
2 Juni 2019
RR: 24x/i, SaO2: 99%
S Nyeri luka post operasi
Akral H/M/K, TD: 145/87. HR: 122x/i,
T/V : kuat/cukup, CRT<2”
Sensorium: Compos Mentis, GCS : 15
(E4M6V5)
UOP (+) warna kuning, terpasang
kateter
Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
Edema (-), fraktur (-)
FOLLOW UP
- Bedrest + head up 30o
2 Juni 2019 P
- O2 3 L/i via Nasal Canul
A Post debridement d/t Flame burn in- - IVFD RL 20 gtt/i
- Substitusi Albumin:
jury mid to deep dermal 54% Albumin = (3-1,8) x 75 x 0,8
= 72 x 5
= 360 cc albumin 20%
- Inj. Fentanyl 300 mcg dalam 50 NaCl
 3 cc/jam
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg /12 jam
Hasil lab 2 Juni 2019 Cek darah lengkap, elektrolit, albumin,
P
KGD, Foto thorax post operasi
Hb/Ht/Leu/Tromb. :
13,8/40/9.980/98.000
pH/pCO2/pO2/HCO3/T.CO2/BE/SaO2 :
7,43/31/140/20,6/21,6/-3/99
Albumin : 1,8
KGDS : 79
BUN/Ur/Cr : 18/39/0,59
Na/K/Cl : 136/4,4/102
FOLLOW UP
Airway clear, SP: vesikular, ST: -/- , RR:
3 Juni 2019 O
18x/i, SaO2: 99%
S Nyeri pada luka bakar (VAS 4) Akral H/M/K, TD: 110/70. HR: 78x/i, T/V :
kuat/cukup, CRT<2”
Sensorium: Compos Mentis, GCS : 15
(E4M6V5)
UOP (+) warna kuning, terpasang kateter
Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
Edema (-), fraktur (-)
Balance cairan : +391 cc
- Bedrest + head up 30o
P
- Diet TKTP ekstra putih telur 4 butir/ hari dan
FOLLOW UP 2 gelas susu
- Mobilisasi miring kiri dan kanan
- Target UOP 0,5-1 cc/kgBB/jam
3 Juni 2019 - Ganti balutan/ rawat luka dengan Burnazin
- Substitusi Albumin Fl. II
A Post debridement d/t Flame burn in- Albumin = (3-1,8) x 75 x 0,8
jury mid to deep dermal 54% = 72 x 5 = 360 cc albumin 20%
Sudah masuk 1 fl albumin 20 % 100 cc,
dilanjutkan 100 cc albumin 20% sampai
dengan 3 bag
- Albumin 20% 100 cc
- IVFD Clinimix 1 fls/ 24 jam
- IVFD RL 500 cc/12 jam
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp / hari
- Inj. Ranitidine 1 amp /12 jam
- Inj. Omeprazole 40 mg/ 12 jam
FOLLOW UP
Airway clear, SP: vesikular, ST: -/- , RR:
4 Juni 2019 O
20x/i, SaO2: 99%
S Nyeri pada luka bakar (VAS 2), demam Akral H/M/K, TD: 137/70. HR: 102x/i,
T/V : kuat/cukup, CRT<2”
dijumpai (T : 39oC) Sensorium: Compos Mentis, GCS : 15
(E4M6V5)
UOP (+) warna kuning, terpasang kateter
Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
Edema (-), fraktur (-). luka bakar mid
dermal to full thickness burn 54 %
TBSA, rembesan (+)
Balance cairan : +274 cc
FOLLOW UP
- Bedrest + head up 30o
4 Juni 2019 P
- Rawat luka bakar dengan kassa
A Post debridement d/t Flame burn in- Burnazin dan elastic verban
- Diet MBTKTP ekstra putih telur 4
jury mid to deep dermal 54% TBSA butir/ hari dan 2 gelas susu
- Target UOP 0,5-1 cc/kgBB/jam
- IVFD Clinimix 1 fls/ 24 jam
- IVFD RL 500 cc/ 12 jam
- Albumin 20% 100 cc
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam
- Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
- IVFD Paracetamol drips/ 8 jam
- Cek lab ulang post koreksi albumin
FOLLOW UP
Airway clear, SP: vesikular, ST: -/- , RR:
5 Juni 2019 O
20x/i, SaO2: 99%
S Nyeri pada luka bakar (VAS 2), Akral H/M/K, TD: 134/80. HR: 104x/i,
T/V : kuat/cukup, CRT<2”
demam dijumpai (T : 390 C) Sensorium: Compos Mentis, GCS : 15
(E4M6V5)
UOP (+) warna kuning, terpasang kateter
Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
Edema (-), fraktur (-). luka bakar mid
dermal to full thickness burn 54 %
TBSA, rembesan (+)
Balance cairan : +78 cc
FOLLOW UP
5 Juni 2019 - Bedrest + head up 30o
P
- Luka bakar dengan kassa Burnazin dan
A Post debridement d/t Flame burn in- elastic verban
jury mid to deep dermal 54% TBSA - Diet TKTP ekstra putih telur 4 butir/
hari dan 2 gelas susu
- Target UOP 0,5-1 cc/kgBB/jam
- IVFD Clinimix 1 fls/ 24 jam
- IVFD RL 500 cc/ 12 jam
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam
- Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
- IVFD Paracetamol drips/ 8 jam 
- Cek lab
Hasil Lab 5 Juni 2019 :

Hb/Ht/Leu/Tromb. : 12,1/33/15.810/134.000
Albumin : 2,3
KGDS : 102
BUN/Ur/Cr : 11/24/0,52
Na/K/Cl : 127/4,0/96
FOLLOW UP
6 Juni 2019
A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal
S Nyeri luka bakar berkurang (VAS 2),
burn to full thickness burn + hipoalbumin
demam tidak dijumpai (T : 370 C)
(2,3) + hiponatremia (127)
- Bedrest + head up 30o
P
Status luka bakar - Rawat luka, dibalut kain elastic verban
O - Diet MBTKTP ekstra putih telur 4 butir/hari
A : clear
B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler; Sp dan 2 gelas susu
O2 : 99% - Target UOP : 0,5 - 1 cc/ kgBB/jam
C : Akral hangat; TD : 140/90 mmHg; HR : - IVFD RL 500 cc/12 jam
104 x/i - IVFD Clinimix 1 fl/hari
D : GCS 15 - Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
E : Luka bakar mid dermal + fullthickness - Inj. Omeprazole 40.mg/12 jam IV
burns 54%; rembesan (+) - Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam
F : Balance cairan : +134 cc. UOP : 2,1 cc/ - Koreksi lab
KgBB/jam
FOLLOW UP
Koreksi Lab Hiponatremia = (∆Na) x BB x 0,6
Hipoalbumin = (∆albumin) x BB x 0,8 = (135 - 127) x 85 x 0,6
= (3 - 2,3) x 85 x 0,8 = 408 mEq x 1000 cc
= 47,6 gr x 4 513
= 190,4 cc albumin 25% = 795 cc Nacl 3%
= 2 flash albumin 25% --> = 2 flash Nacl 3% gandeng
1 fl/hari selama 2 hari Nacl 0,9% 10 gtt/i

- Debridement besok di KBE dengan


R
persiapan darah 1 kantong PRC.
- Kultur darah hari ini
FOLLOW UP
Status luka bakar
7Juni 2019 O
A : clear
S Nyeri berkurang (VAS 2), demam ti- B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler;
Sp O2 : 99%
dak dijumpai (T : 370 C) C : Akral hangat; TD : 126/80 mmHg;
HR : 87 x/i
D : GCS 15
Luka bakar mid dermal + full thickness
burns 54%; rembesan (+)
Balance cairan : +6 cc. UOP : 1,8 cc/
KgBB/jam
FOLLOW UP
- Bedrest + head up 30o
7 Juni 2019 P
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain
A Flame Burn injury 54% TBSA mid elastic verban
- Pasien batal koreksi albumin 25% 100
dermal burn to full thickness burn + cc 2 flash karena baru koreksi --> ganti
hipoalbumin (2,3) + hiponatremia dengan vip albumin tab 2x 1
- Diet MBTKTP ekstra putih telur 4
(127) butir/hari dan 2 gelas susu
- Target UOP : 0,5 - 1 cc/ kgBB/jam
- IVFD RL 500 cc/12 jam
- IVFD Clinimix 1 fl/hari
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam IV
- Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam
- Debridement hari ini di KBE tanpa
R
persiapan darah.
- Kultur pus hari ini saat debridement
- Cek lab post debridement besok
FOLLOW UP
Status luka bakar
9Juni 2019 O
A : clear
S Nyeri berkurang (VAS 2), demam B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler;
Sp O2 : 99%
tidak dijumpai (T : 370 C) C : Akral hangat; TD : 120/70 mmHg;
HR : 112 x/i, CRT<20
D : GCS 15
E : Luka bakar mid dermal + full
thickness burns 54%; rembesan (+)
F : Balance cairan : +140 cc. UOP : 1,2
cc/ KgBB/jam
FOLLOW UP
- Bedrest + head up 30o
P
9 Juni 2019 - Rawat luka dengan kasa, dibalut kain
A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn
elastic verban
to full thickness burn + hipoalbumin (2,0) +
- Vip albumin tab 2x 1
- Diet MBTKTP ekstra putih telur 4
hiponatremia (127)
butir/hari dan 2 gelas susu
- Target UOP : 0,5 - 1 cc/ kgBB/jam
- IVFD RL 500 cc/12 jam
- IVFD Clinimix 1 fl/hari
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj. Omeprazole 40.mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam
Hasil Lab 8 Juni 2019 :

Hasil Lab 8 Juni 2019


Hb/Ht/Leu/Plt : 10.6/30/16.030/202.000
Albumin : 2.0
KGDS : 132
Na/K/Cl : 127/4.2/98
Procalcitonin : 2.69

Susul hasil kultur darah dan pus.


R
FOLLOW UP
Status luka bakar
10 Juni 2019 O
A : clear
S Nyeri luka bakar (VAS 2) B : spontan; RR : 20 x/i; SP :
Vesikuler; Sp O2 : 99%
C : Akral hangat; TD : 120/70 mmHg;
HR : 112 x/i, CRT<20
D : GCS 15
Luka bakar mid dermal + full thickness
burns 54%; rembesan (+)
UOP : 1,2 cc/KgBB/jam
FOLLOW UP
- Bedrest + head up 30o
10 Juni 2019 P
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain
A Flame Burn injury 54% TBSA mid elastic verban
- Vip albumin tab 2x 1
dermal burn to full thickness burn + hi- - Kabiven 1900 ml 1 fl/24 jam
poalbumin (2,0) + hiponatremia (127) - Diet MBTKTP ekstra putih telur 4
butir/hari dan 2 gelas susu
- Target UOP : 0,5 - 1 cc/ kgBB/jam
- IVFD RL 500 cc/12 jam
- IVFD Clinimix 1 fl/hari
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj. Omeprazole 40.mg/12 jam iv
- Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam
11 Juni 2019
S
FOLLOW UP
Nyeri luka operasi (VAS : 3), demam tidak dijumpai (T : 37 0 C)
Status luka bakar
A : clear
B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 99%

O C : Akral hangat; TD : 130/80 mmHg; HR : 80 x/i, CRT<2 0


D : GCS 15
Luka bakar mid dermal + fullthickness burns 54%; rembesan (+)
Balance cairan : +100 cc. UOP : 1,6 cc/KgBB/jam

A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban - IVFD RL 500 cc/12 jam
- vip albumin tab 2x 1 - IVFD Kabiven 1 fl/hari
- Diet MBTKTP ekstra putih telur 4 butir/hari dan 2 - Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
P gelas susu - Inj. Omeprazole 40.mg/12 jam iv
- Target UOP : 0,5 - 1 cc/ kgBB/jam - Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam
Hasil lab post operasi (21:30) Hasil Kultur Spesimen Pus

FOLLOW UP
Hb : 8,5
Albumin : 2,5
Bakteri aerob :
Acinetobacter baumanii
Natrium : 125 Pseudomonas aeruginosa
Koreksi Hb
Hasil Kultur Spesimen Darah ∆Hb x BB x 4
Bakteri aerob : = (10 – 8,5) x 80 x 4
Pseudomonas aeruginosa = 400 cc 3 bag PRC

P Pantoea spp.
Koreksi Albumin
Koreksi Natrium ∆Albumin x BB x 0,8
∆Natrium x BB x 0,6 = (3 – 2,5) x 80 x 0,8
= (135 – 125) x BB x 0,6 = 32  25% Albumin 100 cc
= 480 mEq  1 fl NaCl 3%/hari selama 2 hari.  25% Albumin 50 cc
NaCl 3% 10gtt/i + NaCl 0,9% 10gtt  
12 Juni 2019
S Mual (+), Muntah kehitaman, makan dan minum sedikit
Status luka bakar
A : clear
B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 98%
C : Akral hangat; TD : 120/80 mmHg; HR : 92 x/i, CRT<20
O
D : GCS 15
Flame burn injury 54% TBSA, rembesan (+)
UOP (+), balance : -177 cc

A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal to full thickness


- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban - Amikasin 1 gr/24 jam
- Pemasangan NGT
- Inj. Novalgin 1 amp/8 jam
- Transfusi PRC 2 bag
- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
- IVFD RL 500 cc/12 jam
- Inj. Ondansetron 1 amp/8 jam
P - NaCl 3% 1 fl/24 jam
- Vip albumin tab 3 x 2
-IVFD Kabiven 1 fl/hari
- Konsul KGEH
Jawaban konsul GEH :
Pasien didiagnosis dengan PSMBA ec stress ulcer dan diberikan tatalaksana berupa:
- Pasien dipuasakan selama 6 jam
- Spooling NGT
- Inj. Esomeprazole 1 amp/12 jam
- Asam traneksamat 1 amp/8 jam
- Sukralfat syrup 3 x C1
P  
Hasil Lab 12 Juni 2019
Hb/Ht/Leu/Plt : 5.4/15/12.500/269.000
pH/pCO2/pO2/HCO3/BE : 7.54/19/201/16.2/-4.2
KGDS : 135
BUN/Ur/Kr : 21/45/0.6
 
13 Juni 2019
S Nyeri berkurang, mual (-)
Status luka bakar
A : clear
B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 97%
O
C : Akral hangat; TD : 120/70 mmHg; HR : 86 x/i, CRT<20
D : GCS 15
Flame burn injury 54% TBSA, rembesan (+)

Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn + hipoalbumin (2,0) +
A
hiponatremia (127)
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic Hasil Lab 13 Juni 2019 (09:51)
verban Hb/Ht/Leu/Plt : 6.8/19/12.930/307.000
- Diet clear water/air gula  
- IVFD RL 500 cc/12 jam Hasil Lab 13 Juni 2019 (18:00)
- NaCl 3% 1 fl/24 jam Hb/Ht/Leu/Plt : 7.3/21/6.400/205.000
P - Amikasin 1 gr/24 jam
- vip albumin tab 2x 1
- Transfusi PRC 2 bag
14 Juni 2019
S Nyeri (-), Demam dijumpai (T : 39,50 C)
Status luka bakar
A : clear
B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 98%
C : Akral hangat; TD : 120/70 mmHg; HR : 92 x/i, CRT<2 0
O
D : GCS 15
Flame burn injury 54% TBSA, rembesan minimal
NGT terdapat 20 cc cairan berwarna cokelat

A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban -Transfusi PRC 2 bag
- Diet clear water/air gula
- IVFD RL 500 cc/12 jam Hasil Lab 14 Juni 2019
- IVFD Paracetamol drips/ 8 jam Hb/Ht/Leu/Plt : 8/23/9.76/152.000
- Inj. Vit K 1 amp/24 jam Albumin : 1.9
P - Asam traneksamat 500 mg/12 jam BUN/Ur/Kr : 17/36/0.47
- Amikasin 1 g/24 jam Na/K/Cl : 129/3.4/101
- vip albumin tab 3 x 2
Rencana : cek lab post operasi
15 Juni 2019
S Nyeri post operasi, demam dijumpai (T : 38,30 C)
Status luka bakar
A : clear
B : spontan; RR : 22 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 98%
O
C : Akral hangat; TD : 110/60 mmHg; HR : 100 x/i, CRT<20
D : GCS 15
Flame burn injury 54% TBSA, rembesan minimal

Post debridement H1 d/t Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn +
A
anemia + hiponatremia + hipoalbuminemia + melena d/t stress ulcer
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic - Inj. Vit K 1 amp/24 jam
verban - Asam traneksamat 500 mg/12 jam
- Diet clear water/air gula - Amikasin 1 g/24 jam
- IVFD NaCl 3% 1 fl/24 jam, 10gtt/i gandeng NaCl - Vip albumin tab 3 x 2
P 0,9% 10gtt - Parasetamol tab 3 x 1gr
- Inj. Fentanyl 300 mcg dalam 50 NaCl  3 - Transfusi PRC 1 bag
cc/jam
Koreksi Hb
∆Hb x BB x 3
= (10 – 7,3) x 81 x 3
= 656 cc  2 bag PRC
 
Koreksi Albumin
∆Albumin x BB x 0,8
= (3 – 1,9) x 81 x 0,8
= 71,28  20% Albumin fl. I dan 25% Albumin fl. II
 
Koreksi Natrium
P ∆Natrium x BB x 0,6
= (135 – 129) x 81 x 0,6
= 291,6 mEq  NaCl 3% 10gtt/i + NaCl 0,9% 10gtt
 
 
Hasil Lab 15 Juni 2019
Hb/Ht/Leu/Plt : 7.3/21/9.430/108.000

Rencana : cek lab post operasi


16 Juni 2019
S Nyeri dijumpai (VAS : 4), demam dijumpai (T : 38,20 C)
Status luka bakar
A : clear
B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 98%
O
C : Akral hangat; TD : 110/70 mmHg; HR : 89 x/i, CRT<2 0
D : GCS 15
Flame burn injury 54% TBSA, rembesan (-)

A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn

- Asam traneksamat 500 mg/12 jam


- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban
- Amikasin 1 g/24 jam
- Diet clear water/air gula
- Vip albumin tab 3 x 2
- IVFD RL 500 cc/12 jam
P - Parasetamol tab 3 x 1gr
- Inj. Novalgin 1 amp/8 jam
- Albumin 25% 100 cc fl. II
- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
- Transfusi PRC 1 bag
- Inj. Vit K 1 amp/24 jam
17 Juni 2019
S Demam (-), BAB hitam (+)

Status luka bakar


A : clear
B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 97%
C : Akral hangat; TD : 110/70 mmHg; HR : 118 x/i, CRT<20
O
D : GCS 15
Flame burn injury 54% TBSA, rembesan (-)
Balance : - 630 cc

Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn + anemia + hipoalbuminemia +
A
Hiponatremia
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban - Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
- IVFD RL 500 cc/12 jam - Amikasin 1 g/24 jam
- Inj. Vit K 1 amp/24 jam - Sukralfat syrup 3 x C1
- Asam traneksamat 1 amp/8 jam - Vip albumin tab 3 x 2
P - Inj. Esomeprazole 1 amp/24 jam
18 Juni 2019

S Demam (-), BAB hitam (-), muntah (-)

Status luka bakar


A : clear
B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 98%
C : Akral hangat; TD : 110/70 mmHg; HR : 88 x/i, CRT<2 0
O
D : GCS 15
Flame burn injury 54% TBSA

A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban - Amikasin 1 g/24 jam
- IVFD NaCl 3% 1 fl/24 jam, 10gtt/i gandeng NaCl 0,9% - sukralfat syrup 3 x C1
10gtt - Vip albumin tab 3 x 2
- Inj. Vit K 1 amp/24 jam
- Asam traneksamat 1 amp/8 jam
P - Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
Koreksi Natrium
∆Natrium x BB x 0,6
= (135 – 129) x 81 x 0,6
= 291,6 mEq  NaCl 3% 10gtt/i + NaCl 0,9% 10gtt
 
Koreksi Kalium
∆Kalium x BB x 0,3
= (4-3) x 80 x 0,3 = 24 mEq
Via syringe pump 24 mEq dalam 50 cc NaCl, 20 cc/jam
 
P Hasil Lab 18 Juni 2019 (08:13)
Hb/Ht/Leu/Plt : 11.2/33/12.590/110.000
Albumin : 2.6
Na/K/Cl : 123/3.0/89
pH/pCO2/pO2/HCO3/BE : 7.51/26/178/20.7/-1.1
 
Hasil Lab 18 Juni 2019 (23:35)
Na/K/Cl : 131/3.4/100
19 Juni 2019
S Demam (-), BAB hitam (-), muntah (-)
Status luka bakar
A : clear
B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 98%
O
C : Akral hangat; TD : 110/70 mmHg; HR : 88 x/i, CRT<2 0
D : GCS 15
Flame burn injury 54% TBSA

A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban - Amikasin 1 g/24 jam
- IVFD NaCl 3% 1 fl/24 jam, 10gtt/i gandeng NaCl 0,9% - sukralfat syrup 3 x C1
10gtt - Vip albumin tab 3 x 2
- Inj. Vit K 1 amp/24 jam
P
- Asam traneksamat 1 amp/8 jam
- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
Koreksi Hb
∆Hb x BB x 6 = (10 – 6,4) x 81 x 6 = 1750 cc  5 bag WB  2 bag/hari
 
Hasil Lab 19 Juni 2019
Hb/Ht/Leu/Plt : 6.4/19/20.290/75.000
Albumin : 2.5
P BUN/Ur/Kr : 27/58/0.58
Na/K : 133/4.6

Rencana : Transfusi trombosit concentrate 1 bag


Cek lab post koreksi
20 Juni 2019
S Nyeri dijumpai, Demam dijumpai (T : 38,40 C),
Pucat (+), BAB hitam (+)
Status luka bakar
A : clear
B : spontan; RR : 22 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 98%
O
C : Akral hangat; TD : 110/70 mmHg; HR : 120 x/i, CRT<20
D : GCS 15
Flame burn injury 54% TBSA

A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn + PSMBA + anemia + trombositopenia
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban - Inj. Esomeprazole 1 amp/24 jam
- IVFD RL 500 cc/12 jam - Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
- IVFD Kabiven 1 fl/hari - Sukralfat syrup 3 x C1
- Fentanyl 300 mg + 50 cc NaCl, 4cc/jam - Asam traneksamat 1 amp/8 jam
P - Inj. Vit K 1 amp/24 jam - Amikasin 1 g/24 jam
- Vip albumin tab 3 x 2
- Parasetamol tab 3 x 1 gr
Diskusi

Teori Kasus
Luka bakar adalah suatu bentuk Tn. II, laki-laki berusia 34
kerusakan atau kehilangan tahun datang dengan keluhan
jaringan yang disebabkan luka bakar akibat ledakan
kontak dengan sumber panas bensin
seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi
 
Secara umum tingkat keparahan luka bakar ditentukan menurut luas dan - Luka di daerah wajah dan kedua tangan
kedalaman kerusakan jaringan yang diakibatkan.
dengan VAS 4
a. Derajat I (Superficial)
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan  
banyak jaringan untuk dapat melakukan regenerasi - Derajat luka bakar: derajat II (Mid
b. Derajat II (Partial thickness) dermal) to full thickness
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis
 
namun masih terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar
regenerasi dan epitelisasi. - Luas luka bakar : kepala (4,5%), dada
c. Derajat III (full thickness) (9%), perut (18%), lengan kanan (7%),
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau lengan kiri (4,5%), dan tungkai kanan (7%),
jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel
dan tungkai kiri (4%) = 54%
yang dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk
menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit.  
Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada
dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak
intak.
• Masalah yang timbul pada luka bakar fase akut terutama berkaitan dengan gangguan Sesak nafas (-),
jalan nafas (cedera inhalasi), gangguan mekanisme bernafas dan gangguan sirkulasi; suara parau (-),
ketiganya menyebabkan gangguan perfusi jaringan yang menyebabkan kematian dalam
waktu singkat; atau bila korban dapat bertahan (hidup) selama fase akut disertai
kemungkinan timbulnya SIRS dan MODS yang berakhir fatal.
• Cedera inhalasi merupakan gangguan mukosa saluran nafas akibat paparan atau kontak
dengan sumber termis (sangat jarang), sisa pembakaran yang tidak sempurna (toxic
fumes), berbagai zat toksik seperti CO dan zat kimia lainnya. Cedera inhalasi ini
umumnya dijumpai pada luka bakar yang disebabkan api, terperangkap di ruang
tertutup, atau terpapar pada zat kimia. Dugaan kuat mengenai adanya cedera inhalasi ini
bila dijumpai luka bakar mengenai muka dan leher, serta adanya tanda bulu hidung
terbakar, sputum dan liur mengandung karbon. Kerusakan mukosa sebagaimana
dijelaskan juga dapat terjadi pada kasus luka bakar yang disebabkan minyak panas, air
panas atau bahan kimia yang mengenai muka, leher dan dada bagian atas.
• Terjadi edema mukosa mulai dari daerah orofaring dan laring (saluran nafas bagian Sesak nafas (-),
atas) sampai membran alveoli (saluran nafas bagian bawah). suara parau (-),
• Gejala yang timbul sangat bervariasi tergantung derajat paparan dan penyebab.
• Edema yang bermakna pada saluran nafas bagian atas dapat menyebabkan
obstruksi, ditandai dengan perubahan suara (serak, stridor), kesulitan bernafas, dan
pasien tampak gelisah (hipoksik). Obstruksi seperti ini relatif jarang dijumpai,
umumnya terjadi dalam waktu kurang dari 8jam pasca cedera dan bersifat fatal bila
tidak ditangani segera.
• Proses inflamasi pada mukosa disertai produksi sekret yang banyak (hipersekresi)
merupakan hal yang umum dan menyebabkan masalah pada saluran nafas.
• Inflamasi pada mukosa berlanjut dengan disrupsi; silia pada mukosa mengalami
nekrosis yang kemudian lepas (sloughing mucosa), disertai fibrin-fibrin yang
terbentuk pada proses dan atau partikel karbon bereaksi dengan sekret membentuk
cast (mucus plug) yang sulit dilepaskan; menyebabkan obstruksi lumen. Obstruksi
seperti ini lebih sering dijumpai, umumnya terjadi hari kedua-keempat pasca
cedera
• Meskipun jalan nafas pasien tampak normal, perlu dipertimbangkan Pada pasien ini telah dilakukan
untuk melakukan intubasi endotrakheal profilaktik. Tidak semua
cedera jalan nafas bermanifestasi segera. Edema jalan nafas yang tatalaksana awal berupa:
berhubungan dengan resusitasi cairan masif dapat mengganggu jalan • O2 nasal kanul 2 L/I
nafas dan mempersulit dilakukannya intubasi trakhea.
• Penatalaksanaan luka bakar tanpa distress pernapasan :
• NPO sejak direncanakan operasi
• Intubasi (pemasangan pipa endotrakeal) tanpa menggunakan • Pasang IV line dengan abbocath bore
pelumpuh otot dan tanpa ventilator besar no 18G, pastikan lancar sebanyak
• Pemberian oksigen 2-4 liter/menit melalui pipa endotrakeal 2 line
• Penghisapan sekret secara berkala
• Humidifikasi dengan pemberian nebulizer setiap 6 jam • Ambil darah untuk pemeriksaan lab dan
• Pemberian bronkodilator (Ventolin inhalasi) dilakukan bila jelas crossmatch
dijumpai gejala dan tanda distress pernapasan
• Pemantauan gejala/tanda distress pernapasan : • Resusitasi cairan dengan Ringer Laktat 
Gejala subyektif : gelisah, sesak napas Baxter Formula
Gejala obyektif : peningkatan frekuensi pernapasan (>30 x/ Baxter : Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
menit), sianotik, stridor, aktivitas otot pernapasan bertambah
Untuk pemantauan ini dilakukan pemeriksaan : 54 x 75 x 4 = 16.200
* Analisis gas darah : - 8 jam I : diberikan 50 %  8100 ml = 168
- pada pertama kali penderita ditolong (saat resusitasi) tetes/menit
- pada 8 jam pertama
- dalam 24 jam pasca cedera - 16 jam II: diberikan 50%  8100 ml = 84
- selanjutnya sesuai kebutuhan tetes/menit
* Foto thorax 24 jam pasca cedera
• Syok menjadi faktor utama berperan pada timbul dan • Pasang kateter urin  urine
berkembangnya SIRS, dan MODS, sehingga harus ditatalaksanai output berwarna kuning jernih
dengan baik. Resusitasi adekuat dengan pemberian cairan
kristaloid merupakan prosedur resusitasi yang dianggap paling 400 cc
aman untuk substitusi cairan • Balut kasa lembab
• Analgetik  Inj. Ketorolac 30
• Dalam 1-3 hari pertama pasca cedera, luka masih dalam keadaan mg + Inj. Ranitidin 50 mg
steril sehingga tidak diperlukan antibiotik. Pada hari ketiga • Antibiotik broad spectrum inj.
sampai ketujuh, luka didominasi oleh bakteri gram positif yang Ceftriaxone 1000 mg IV / 12
berasal dari apendises kulit (folikel rambut, kelenjar sebasea,
dsb), sedangkan setelah 5-7 hari, populasi bakteri digantikan jam
oleh bakteri gram negatif yang lebih virulen. Pemberian • Tetagam 250 U/ IM
antibiotik secara empirik didasari pola ini dan disesuaikan • Informed consent tindakan
dengan pola kuman yang ada anestesi
Kesimpulan

Tn. II, 34 tahun datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan dengan keluhan luka
bakar pada daerah kepala, dada, perut, kedua lengan dan tungkai. Kejadian berawal
saat pasien berjualan bensin dan tiba-tiba terjadi percikan api di toko dan terjadi
ledakan hingga menyambar pasien. Pasien sebelumnya pernah dirawat di rumah
sakit terdekat sebelum pasien dirujuk ke RSUP HAM. Pasien didiagnosis dengan
Flame Burn Injury Mid to Deep Dermal 54%. Kemudian dilakukan tindakan
debridement dengan teknik anestesi GA-ETT. Pasien saat ini dirawat di Ruang
Pelayanan Khusus Luka Bakar (PKLB).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai