Luka Bakar
Luka Bakar
Pembimbing :
Ricky
Ricky (140100213)
(140100213)
Natalia
Natalia Stefanie
Stefanie (140100042)
(140100042)
Bella
Bella C.P
C.P Marpaung
Marpaung (140100044)
(140100044)
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini
01 disebabkan karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas luka bakar
Di Indonesia, prevalensi luka bakar tahun 2013 adalah sebesar 0.7% dan telah
04 mengalami penurunan sebesar 1.5% dibandingkan pada tahun 2008 (2.2%)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Luka Bakar
Derajat II (Partial Thickness)
Kepala leher
9 %-- 9 %
Lengan
9 %---18 %
Luka Bakar derajat Dua Luka Bakar derajat Dua Luka Bakar derajat Tiga
01 >25% luas permukaan tu- 02 >20% luas permukaan tu- 03 >10% luas permukaan tu-
buh pada dewasa buh pada anak-anak buh
Mengenai wajah, kedua Semua luka bakar listrik/ Semua luka bakar inhalasi
04 mata, kedua tangan, kaki 05 elektrik 06 dan Luka bakar komplika-
atau perineum si dengan trauma mayor
lain
Patofisiologi
CO akan mengikat
Akan mempermudah Kontaminasi pada Keracunan Hemoglobin tak mampu hemoglobin dengan kuat
infeksi kulit mati lagi mengikat oksigen
Your Picture Here Your Picture Here
BREATHING
• Cedera Inhalasi
Suatu terminologi cedera mukosa akibat paparan
terhadap cedera termis dan atau kimiawi yang terjadi pada
luka bakar. Inhalasi sisa pembakaran yang tidak sempurna
(misalnya partikel-partikel karbon dan gas toksik, cedera
kimiawi) yang menyebabkan edema laring, trakeobronkitis
dan pneumonia.
Penatalaksanaan Luka Bakar
BREATHING
• Cedera Inhalasi
Gas lain seperti nitrogen oksida, fosgen, asam
hidroklorid, dan asam sulfur dapat menembus jalan nafas
lebih dalam, sehingga dapat merusak membran alveoli, dan
mengganggu aktivitas surfaktan.
Penatalaksanaan Luka Bakar
Penatalaksaan Cedera Inhalasi
• Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam 2.000 cc glukosa 5%
per 24 jam
Formula Bexter
• Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
• (Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua).
Analgesik
Beberapa preparat antibiotik topikal dapat digunakan untuk luka bakar antara
lain:
• Silver sulfadiazin
• Mafenide asetate
• Gentamisin sulfat
• Bacitracin/polymixin
• Nitrofurantoin
• Mupirocin (Bactroban)
Terapi Pembedahan pada Luka Bakar
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris (debridement) yang
dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca cedera termis.
Tujuannya adalah:
• Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat.
• Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi
• Semakin lama penundaan tindakan eksisi mengakibatkan banyaknya darah keluar saat
dilakukan tindakan operasi
Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
• Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan lebih dari 3
minggu.
• Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.
• Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
• Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang timbul.
Assessment Pre-Op
1. Evaluasi : 2. Pertimbangan pemberian premedikasi di
• Penilaian survai primer ruang perawatan
• Penilaian survai sekunder 3. Pertimbangan analgesi yang adekuat.
• Derajat luka bakar 4. Minimalisir heat loss untuk menghurangi
• Luas luka bakar insiden post-op shivering
• Daerah yanag akan dioperasi 5. Monitoring ketat status haemodinamik
• Evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium 6. Replace blood early
dan penunjang lainnya 7. Harus ada komunikasi yang baik antara
ahli anestesi dan ahli bedah untuk
mempersiapkan pasien dengan optimal.
Management Durante Op
E ( Exposure)
B ( Breathing)
- Temp: 36.6oC
- RR : 22 x/menit
- luka bakar pada daerah kepala, leher,
- SaO2 : 99% dada, perut, lengan, dan tungkai atas
C ( Circulation)
- Tekanan darah : 110/60 mmHg
- Nadi: 112 x/menit, reguler, T/V
cukup
- Akral hangat, merah, dan kering
- CRT < 2”
Secondary Survey
(Tanggal 1/6/2019 pukul 21.30 di IGD)
B1 (Breath) : Airway : clear , RR:22 x/i , SP : vesikular , ST : -/- ,
Wh : -/- , Rh : -, S/G/C : -/-/-
B2 (Blood) : Akral : H/M/K , TD : 110/60, HR : 100 x/i , T/V :
cukup,, Temp : 370C
B3(Brain) : Sensorium : CM , Pupil : Isokor, RC : +/+
B4(Bladder) : UOP (+) berwarna kuning pekat dengan foley kateter
terpasang
B5 (Bowel) : Abdomen soepel, Peristaltik (+)
B6 (Bone) : Edema (-), Fraktur (-), luka bakar di kepala (4,5%),
dada (9%), perut (9%), lengan kanan (9%), lengan kiri
(4,5%), tungkai kanan (9%), dan tungkai kiri (9%).
Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM
Laboratorium Hasil Rujukan
Hematologi
- Hemoglobin 11,8 13 – 18 g/dL Ginjal
- Eritrosit 3,85 4.10-5.10 jt/µL - BUN 23 10 – 20 mg/dl
- Leukosit 11.520 4,000- 11,000/µL - Ureum 49 21 – 43 mg/dl
- Hematokrit 34 - Kreatinin 0.70
- Trombosit 77.000 36 – 47 % 0.6 – 1.1 mg/dl
150,000- AGDA
450,000/µL - PH 7,49 7.35 7.45
Elektrolit - PCO2 30 38 – 42 mmHg
- Natrium 128 - PO2 210 85 – 100
135 – 155 mEq/L mmHg
- Kalium 4,5 - HCO3 22,9
3.6 – 5.5 mEq/L 23,8 22 – 26 U/L
- Klorida 95 96 – 106 mEq/L - Total CO2
0,3 19 – 25 U/L
- BE (-2) – (+2)
Protein 100
- SaO2
- Albumin 1,5 3,5 – 5,0 g/dL 95 – 100%
Pemeriksaan Penunjang
FOTO THORAKS
Hasil:
Trakea di tengah dan hilus tidak menebal
Kedua sinus costophrenicus baik dan diafragma baik
Tidak tampak infiltrat ataupun nodul pada
kedua lapangan paru
Jantung kesan tidak membesar CTR <50% dan aorta
baik
Tulang – tulang dan soft tissue baik
Kesimpulan: Jantung dan paru dalam batas
normal
Diagnosis
2. Persiapan Alat :
• Scope : Stetoscope, laringoscope
• Tube : ETT no. 7,5, LMA
• Airway device : NPA, OPA
• Tape : Hipafix
• Inducer : Stylet
• Connection : L & Y Connector
• Suction : (+)
Penatalaksanaan Anestesi Pre-Operatif
3. Persiapan Obat :
Emergency : SA, epinefrin , efedrine, aminofilin, dexametason
Premedikasi : Midazolam, fentanyl
Induksi : Propofol, ketamin, rocuronium, atracurium
Teknik Anestesi :
o Pasien posisi supine
o Inj. SA 0,25 mg
o Inj. Midazolam 2 mg
o Inj. Fentanil 50 mcg
o Inj. Ketamin 100 mg nistagmus (+) sleep non-apnoe (+)
o Inj. Recuronium 50 mg sleep apnoe (+)
o Intubasi dengan ETT no 7,5 Sp ka = ki
o Maintenance O2 : N2O = 2 : 2 L dan Isoflurane 0,7 – 1 vol %
o Inj. Fentanil 25 mcg sesuai hemodinamik
o Inj. Rocuronium 10 mg / 30 menit
DURANTE OPERASI
TD : 84 – 123/ 60 – 88 mmHg
HR : 72 – 94 x/i
SpO2 : 98 – 99 %
Perdarahan : 300 cc
UOP : 300 cc
Maintenance + penguapan : (2+8) x 75 = 750 cc/ jam
Cairan Durante Op. : RL 1500 cc
Lama operasi : 3 jam 0 menit
Rencana Terapi Post Operatif
Bed rest + head up 30o
O2 nasal canul 2 L/i
Diet MBTKTP ekstra putih telur 4-5 butir/ hari
IVFD RL 30 gtt/i
Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam / IV
Inj. Metilprednisolon 125 mg / 12 jam / IV
Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
Paracetamol 1 gr / 8 jam / IV
Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam / IV
Rawat luka di ruang luka bakar
Mobilisasi aktif
FOLLOW UP
1 Juni 2019
S Luka bakar di wajah, badan, kaki
A Flame Burn injury Mid to deep
dan tangan
Airway clear, SP: vesikular, ST: -/- , dermal 54%
O
RR: 24x/i, SaO2: 99% P Melakukan debridement
Akral H/M/K, TD: 110/80.
HR: 112x/i, T/V : kuat/cukup,
CRT<2”
Sensorium: Compos Mentis,
GCS : 15 (E4M6V5)
UOP (+) Edema (-), fraktur (-)
FOLLOW UP
O Airway clear, SP: vesikular, ST: -/- ,
2 Juni 2019
RR: 24x/i, SaO2: 99%
S Nyeri luka post operasi
Akral H/M/K, TD: 145/87. HR: 122x/i,
T/V : kuat/cukup, CRT<2”
Sensorium: Compos Mentis, GCS : 15
(E4M6V5)
UOP (+) warna kuning, terpasang
kateter
Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
Edema (-), fraktur (-)
FOLLOW UP
- Bedrest + head up 30o
2 Juni 2019 P
- O2 3 L/i via Nasal Canul
A Post debridement d/t Flame burn in- - IVFD RL 20 gtt/i
- Substitusi Albumin:
jury mid to deep dermal 54% Albumin = (3-1,8) x 75 x 0,8
= 72 x 5
= 360 cc albumin 20%
- Inj. Fentanyl 300 mcg dalam 50 NaCl
3 cc/jam
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg /12 jam
Hasil lab 2 Juni 2019 Cek darah lengkap, elektrolit, albumin,
P
KGD, Foto thorax post operasi
Hb/Ht/Leu/Tromb. :
13,8/40/9.980/98.000
pH/pCO2/pO2/HCO3/T.CO2/BE/SaO2 :
7,43/31/140/20,6/21,6/-3/99
Albumin : 1,8
KGDS : 79
BUN/Ur/Cr : 18/39/0,59
Na/K/Cl : 136/4,4/102
FOLLOW UP
Airway clear, SP: vesikular, ST: -/- , RR:
3 Juni 2019 O
18x/i, SaO2: 99%
S Nyeri pada luka bakar (VAS 4) Akral H/M/K, TD: 110/70. HR: 78x/i, T/V :
kuat/cukup, CRT<2”
Sensorium: Compos Mentis, GCS : 15
(E4M6V5)
UOP (+) warna kuning, terpasang kateter
Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
Edema (-), fraktur (-)
Balance cairan : +391 cc
- Bedrest + head up 30o
P
- Diet TKTP ekstra putih telur 4 butir/ hari dan
FOLLOW UP 2 gelas susu
- Mobilisasi miring kiri dan kanan
- Target UOP 0,5-1 cc/kgBB/jam
3 Juni 2019 - Ganti balutan/ rawat luka dengan Burnazin
- Substitusi Albumin Fl. II
A Post debridement d/t Flame burn in- Albumin = (3-1,8) x 75 x 0,8
jury mid to deep dermal 54% = 72 x 5 = 360 cc albumin 20%
Sudah masuk 1 fl albumin 20 % 100 cc,
dilanjutkan 100 cc albumin 20% sampai
dengan 3 bag
- Albumin 20% 100 cc
- IVFD Clinimix 1 fls/ 24 jam
- IVFD RL 500 cc/12 jam
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp / hari
- Inj. Ranitidine 1 amp /12 jam
- Inj. Omeprazole 40 mg/ 12 jam
FOLLOW UP
Airway clear, SP: vesikular, ST: -/- , RR:
4 Juni 2019 O
20x/i, SaO2: 99%
S Nyeri pada luka bakar (VAS 2), demam Akral H/M/K, TD: 137/70. HR: 102x/i,
T/V : kuat/cukup, CRT<2”
dijumpai (T : 39oC) Sensorium: Compos Mentis, GCS : 15
(E4M6V5)
UOP (+) warna kuning, terpasang kateter
Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
Edema (-), fraktur (-). luka bakar mid
dermal to full thickness burn 54 %
TBSA, rembesan (+)
Balance cairan : +274 cc
FOLLOW UP
- Bedrest + head up 30o
4 Juni 2019 P
- Rawat luka bakar dengan kassa
A Post debridement d/t Flame burn in- Burnazin dan elastic verban
- Diet MBTKTP ekstra putih telur 4
jury mid to deep dermal 54% TBSA butir/ hari dan 2 gelas susu
- Target UOP 0,5-1 cc/kgBB/jam
- IVFD Clinimix 1 fls/ 24 jam
- IVFD RL 500 cc/ 12 jam
- Albumin 20% 100 cc
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam
- Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
- IVFD Paracetamol drips/ 8 jam
- Cek lab ulang post koreksi albumin
FOLLOW UP
Airway clear, SP: vesikular, ST: -/- , RR:
5 Juni 2019 O
20x/i, SaO2: 99%
S Nyeri pada luka bakar (VAS 2), Akral H/M/K, TD: 134/80. HR: 104x/i,
T/V : kuat/cukup, CRT<2”
demam dijumpai (T : 390 C) Sensorium: Compos Mentis, GCS : 15
(E4M6V5)
UOP (+) warna kuning, terpasang kateter
Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
Edema (-), fraktur (-). luka bakar mid
dermal to full thickness burn 54 %
TBSA, rembesan (+)
Balance cairan : +78 cc
FOLLOW UP
5 Juni 2019 - Bedrest + head up 30o
P
- Luka bakar dengan kassa Burnazin dan
A Post debridement d/t Flame burn in- elastic verban
jury mid to deep dermal 54% TBSA - Diet TKTP ekstra putih telur 4 butir/
hari dan 2 gelas susu
- Target UOP 0,5-1 cc/kgBB/jam
- IVFD Clinimix 1 fls/ 24 jam
- IVFD RL 500 cc/ 12 jam
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam
- Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
- IVFD Paracetamol drips/ 8 jam
- Cek lab
Hasil Lab 5 Juni 2019 :
Hb/Ht/Leu/Tromb. : 12,1/33/15.810/134.000
Albumin : 2,3
KGDS : 102
BUN/Ur/Cr : 11/24/0,52
Na/K/Cl : 127/4,0/96
FOLLOW UP
6 Juni 2019
A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal
S Nyeri luka bakar berkurang (VAS 2),
burn to full thickness burn + hipoalbumin
demam tidak dijumpai (T : 370 C)
(2,3) + hiponatremia (127)
- Bedrest + head up 30o
P
Status luka bakar - Rawat luka, dibalut kain elastic verban
O - Diet MBTKTP ekstra putih telur 4 butir/hari
A : clear
B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler; Sp dan 2 gelas susu
O2 : 99% - Target UOP : 0,5 - 1 cc/ kgBB/jam
C : Akral hangat; TD : 140/90 mmHg; HR : - IVFD RL 500 cc/12 jam
104 x/i - IVFD Clinimix 1 fl/hari
D : GCS 15 - Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
E : Luka bakar mid dermal + fullthickness - Inj. Omeprazole 40.mg/12 jam IV
burns 54%; rembesan (+) - Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam
F : Balance cairan : +134 cc. UOP : 2,1 cc/ - Koreksi lab
KgBB/jam
FOLLOW UP
Koreksi Lab Hiponatremia = (∆Na) x BB x 0,6
Hipoalbumin = (∆albumin) x BB x 0,8 = (135 - 127) x 85 x 0,6
= (3 - 2,3) x 85 x 0,8 = 408 mEq x 1000 cc
= 47,6 gr x 4 513
= 190,4 cc albumin 25% = 795 cc Nacl 3%
= 2 flash albumin 25% --> = 2 flash Nacl 3% gandeng
1 fl/hari selama 2 hari Nacl 0,9% 10 gtt/i
A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban - IVFD RL 500 cc/12 jam
- vip albumin tab 2x 1 - IVFD Kabiven 1 fl/hari
- Diet MBTKTP ekstra putih telur 4 butir/hari dan 2 - Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
P gelas susu - Inj. Omeprazole 40.mg/12 jam iv
- Target UOP : 0,5 - 1 cc/ kgBB/jam - Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam
Hasil lab post operasi (21:30) Hasil Kultur Spesimen Pus
FOLLOW UP
Hb : 8,5
Albumin : 2,5
Bakteri aerob :
Acinetobacter baumanii
Natrium : 125 Pseudomonas aeruginosa
Koreksi Hb
Hasil Kultur Spesimen Darah ∆Hb x BB x 4
Bakteri aerob : = (10 – 8,5) x 80 x 4
Pseudomonas aeruginosa = 400 cc 3 bag PRC
P Pantoea spp.
Koreksi Albumin
Koreksi Natrium ∆Albumin x BB x 0,8
∆Natrium x BB x 0,6 = (3 – 2,5) x 80 x 0,8
= (135 – 125) x BB x 0,6 = 32 25% Albumin 100 cc
= 480 mEq 1 fl NaCl 3%/hari selama 2 hari. 25% Albumin 50 cc
NaCl 3% 10gtt/i + NaCl 0,9% 10gtt
12 Juni 2019
S Mual (+), Muntah kehitaman, makan dan minum sedikit
Status luka bakar
A : clear
B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 98%
C : Akral hangat; TD : 120/80 mmHg; HR : 92 x/i, CRT<20
O
D : GCS 15
Flame burn injury 54% TBSA, rembesan (+)
UOP (+), balance : -177 cc
Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn + hipoalbumin (2,0) +
A
hiponatremia (127)
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic Hasil Lab 13 Juni 2019 (09:51)
verban Hb/Ht/Leu/Plt : 6.8/19/12.930/307.000
- Diet clear water/air gula
- IVFD RL 500 cc/12 jam Hasil Lab 13 Juni 2019 (18:00)
- NaCl 3% 1 fl/24 jam Hb/Ht/Leu/Plt : 7.3/21/6.400/205.000
P - Amikasin 1 gr/24 jam
- vip albumin tab 2x 1
- Transfusi PRC 2 bag
14 Juni 2019
S Nyeri (-), Demam dijumpai (T : 39,50 C)
Status luka bakar
A : clear
B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 98%
C : Akral hangat; TD : 120/70 mmHg; HR : 92 x/i, CRT<2 0
O
D : GCS 15
Flame burn injury 54% TBSA, rembesan minimal
NGT terdapat 20 cc cairan berwarna cokelat
A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban -Transfusi PRC 2 bag
- Diet clear water/air gula
- IVFD RL 500 cc/12 jam Hasil Lab 14 Juni 2019
- IVFD Paracetamol drips/ 8 jam Hb/Ht/Leu/Plt : 8/23/9.76/152.000
- Inj. Vit K 1 amp/24 jam Albumin : 1.9
P - Asam traneksamat 500 mg/12 jam BUN/Ur/Kr : 17/36/0.47
- Amikasin 1 g/24 jam Na/K/Cl : 129/3.4/101
- vip albumin tab 3 x 2
Rencana : cek lab post operasi
15 Juni 2019
S Nyeri post operasi, demam dijumpai (T : 38,30 C)
Status luka bakar
A : clear
B : spontan; RR : 22 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 98%
O
C : Akral hangat; TD : 110/60 mmHg; HR : 100 x/i, CRT<20
D : GCS 15
Flame burn injury 54% TBSA, rembesan minimal
Post debridement H1 d/t Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn +
A
anemia + hiponatremia + hipoalbuminemia + melena d/t stress ulcer
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic - Inj. Vit K 1 amp/24 jam
verban - Asam traneksamat 500 mg/12 jam
- Diet clear water/air gula - Amikasin 1 g/24 jam
- IVFD NaCl 3% 1 fl/24 jam, 10gtt/i gandeng NaCl - Vip albumin tab 3 x 2
P 0,9% 10gtt - Parasetamol tab 3 x 1gr
- Inj. Fentanyl 300 mcg dalam 50 NaCl 3 - Transfusi PRC 1 bag
cc/jam
Koreksi Hb
∆Hb x BB x 3
= (10 – 7,3) x 81 x 3
= 656 cc 2 bag PRC
Koreksi Albumin
∆Albumin x BB x 0,8
= (3 – 1,9) x 81 x 0,8
= 71,28 20% Albumin fl. I dan 25% Albumin fl. II
Koreksi Natrium
P ∆Natrium x BB x 0,6
= (135 – 129) x 81 x 0,6
= 291,6 mEq NaCl 3% 10gtt/i + NaCl 0,9% 10gtt
Hasil Lab 15 Juni 2019
Hb/Ht/Leu/Plt : 7.3/21/9.430/108.000
A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn
Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn + anemia + hipoalbuminemia +
A
Hiponatremia
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban - Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
- IVFD RL 500 cc/12 jam - Amikasin 1 g/24 jam
- Inj. Vit K 1 amp/24 jam - Sukralfat syrup 3 x C1
- Asam traneksamat 1 amp/8 jam - Vip albumin tab 3 x 2
P - Inj. Esomeprazole 1 amp/24 jam
18 Juni 2019
A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban - Amikasin 1 g/24 jam
- IVFD NaCl 3% 1 fl/24 jam, 10gtt/i gandeng NaCl 0,9% - sukralfat syrup 3 x C1
10gtt - Vip albumin tab 3 x 2
- Inj. Vit K 1 amp/24 jam
- Asam traneksamat 1 amp/8 jam
P - Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
Koreksi Natrium
∆Natrium x BB x 0,6
= (135 – 129) x 81 x 0,6
= 291,6 mEq NaCl 3% 10gtt/i + NaCl 0,9% 10gtt
Koreksi Kalium
∆Kalium x BB x 0,3
= (4-3) x 80 x 0,3 = 24 mEq
Via syringe pump 24 mEq dalam 50 cc NaCl, 20 cc/jam
P Hasil Lab 18 Juni 2019 (08:13)
Hb/Ht/Leu/Plt : 11.2/33/12.590/110.000
Albumin : 2.6
Na/K/Cl : 123/3.0/89
pH/pCO2/pO2/HCO3/BE : 7.51/26/178/20.7/-1.1
Hasil Lab 18 Juni 2019 (23:35)
Na/K/Cl : 131/3.4/100
19 Juni 2019
S Demam (-), BAB hitam (-), muntah (-)
Status luka bakar
A : clear
B : spontan; RR : 20 x/i; SP : Vesikuler; Sp O2 : 98%
O
C : Akral hangat; TD : 110/70 mmHg; HR : 88 x/i, CRT<2 0
D : GCS 15
Flame burn injury 54% TBSA
A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban - Amikasin 1 g/24 jam
- IVFD NaCl 3% 1 fl/24 jam, 10gtt/i gandeng NaCl 0,9% - sukralfat syrup 3 x C1
10gtt - Vip albumin tab 3 x 2
- Inj. Vit K 1 amp/24 jam
P
- Asam traneksamat 1 amp/8 jam
- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
Koreksi Hb
∆Hb x BB x 6 = (10 – 6,4) x 81 x 6 = 1750 cc 5 bag WB 2 bag/hari
Hasil Lab 19 Juni 2019
Hb/Ht/Leu/Plt : 6.4/19/20.290/75.000
Albumin : 2.5
P BUN/Ur/Kr : 27/58/0.58
Na/K : 133/4.6
A Flame Burn injury 54% TBSA mid dermal burn to full thickness burn + PSMBA + anemia + trombositopenia
- Rawat luka dengan kasa, dibalut kain elastic verban - Inj. Esomeprazole 1 amp/24 jam
- IVFD RL 500 cc/12 jam - Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
- IVFD Kabiven 1 fl/hari - Sukralfat syrup 3 x C1
- Fentanyl 300 mg + 50 cc NaCl, 4cc/jam - Asam traneksamat 1 amp/8 jam
P - Inj. Vit K 1 amp/24 jam - Amikasin 1 g/24 jam
- Vip albumin tab 3 x 2
- Parasetamol tab 3 x 1 gr
Diskusi
Teori Kasus
Luka bakar adalah suatu bentuk Tn. II, laki-laki berusia 34
kerusakan atau kehilangan tahun datang dengan keluhan
jaringan yang disebabkan luka bakar akibat ledakan
kontak dengan sumber panas bensin
seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi
Secara umum tingkat keparahan luka bakar ditentukan menurut luas dan - Luka di daerah wajah dan kedua tangan
kedalaman kerusakan jaringan yang diakibatkan.
dengan VAS 4
a. Derajat I (Superficial)
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan
banyak jaringan untuk dapat melakukan regenerasi - Derajat luka bakar: derajat II (Mid
b. Derajat II (Partial thickness) dermal) to full thickness
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis
namun masih terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar
regenerasi dan epitelisasi. - Luas luka bakar : kepala (4,5%), dada
c. Derajat III (full thickness) (9%), perut (18%), lengan kanan (7%),
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau lengan kiri (4,5%), dan tungkai kanan (7%),
jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel
dan tungkai kiri (4%) = 54%
yang dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk
menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit.
Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada
dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak
intak.
• Masalah yang timbul pada luka bakar fase akut terutama berkaitan dengan gangguan Sesak nafas (-),
jalan nafas (cedera inhalasi), gangguan mekanisme bernafas dan gangguan sirkulasi; suara parau (-),
ketiganya menyebabkan gangguan perfusi jaringan yang menyebabkan kematian dalam
waktu singkat; atau bila korban dapat bertahan (hidup) selama fase akut disertai
kemungkinan timbulnya SIRS dan MODS yang berakhir fatal.
• Cedera inhalasi merupakan gangguan mukosa saluran nafas akibat paparan atau kontak
dengan sumber termis (sangat jarang), sisa pembakaran yang tidak sempurna (toxic
fumes), berbagai zat toksik seperti CO dan zat kimia lainnya. Cedera inhalasi ini
umumnya dijumpai pada luka bakar yang disebabkan api, terperangkap di ruang
tertutup, atau terpapar pada zat kimia. Dugaan kuat mengenai adanya cedera inhalasi ini
bila dijumpai luka bakar mengenai muka dan leher, serta adanya tanda bulu hidung
terbakar, sputum dan liur mengandung karbon. Kerusakan mukosa sebagaimana
dijelaskan juga dapat terjadi pada kasus luka bakar yang disebabkan minyak panas, air
panas atau bahan kimia yang mengenai muka, leher dan dada bagian atas.
• Terjadi edema mukosa mulai dari daerah orofaring dan laring (saluran nafas bagian Sesak nafas (-),
atas) sampai membran alveoli (saluran nafas bagian bawah). suara parau (-),
• Gejala yang timbul sangat bervariasi tergantung derajat paparan dan penyebab.
• Edema yang bermakna pada saluran nafas bagian atas dapat menyebabkan
obstruksi, ditandai dengan perubahan suara (serak, stridor), kesulitan bernafas, dan
pasien tampak gelisah (hipoksik). Obstruksi seperti ini relatif jarang dijumpai,
umumnya terjadi dalam waktu kurang dari 8jam pasca cedera dan bersifat fatal bila
tidak ditangani segera.
• Proses inflamasi pada mukosa disertai produksi sekret yang banyak (hipersekresi)
merupakan hal yang umum dan menyebabkan masalah pada saluran nafas.
• Inflamasi pada mukosa berlanjut dengan disrupsi; silia pada mukosa mengalami
nekrosis yang kemudian lepas (sloughing mucosa), disertai fibrin-fibrin yang
terbentuk pada proses dan atau partikel karbon bereaksi dengan sekret membentuk
cast (mucus plug) yang sulit dilepaskan; menyebabkan obstruksi lumen. Obstruksi
seperti ini lebih sering dijumpai, umumnya terjadi hari kedua-keempat pasca
cedera
• Meskipun jalan nafas pasien tampak normal, perlu dipertimbangkan Pada pasien ini telah dilakukan
untuk melakukan intubasi endotrakheal profilaktik. Tidak semua
cedera jalan nafas bermanifestasi segera. Edema jalan nafas yang tatalaksana awal berupa:
berhubungan dengan resusitasi cairan masif dapat mengganggu jalan • O2 nasal kanul 2 L/I
nafas dan mempersulit dilakukannya intubasi trakhea.
• Penatalaksanaan luka bakar tanpa distress pernapasan :
• NPO sejak direncanakan operasi
• Intubasi (pemasangan pipa endotrakeal) tanpa menggunakan • Pasang IV line dengan abbocath bore
pelumpuh otot dan tanpa ventilator besar no 18G, pastikan lancar sebanyak
• Pemberian oksigen 2-4 liter/menit melalui pipa endotrakeal 2 line
• Penghisapan sekret secara berkala
• Humidifikasi dengan pemberian nebulizer setiap 6 jam • Ambil darah untuk pemeriksaan lab dan
• Pemberian bronkodilator (Ventolin inhalasi) dilakukan bila jelas crossmatch
dijumpai gejala dan tanda distress pernapasan
• Pemantauan gejala/tanda distress pernapasan : • Resusitasi cairan dengan Ringer Laktat
Gejala subyektif : gelisah, sesak napas Baxter Formula
Gejala obyektif : peningkatan frekuensi pernapasan (>30 x/ Baxter : Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
menit), sianotik, stridor, aktivitas otot pernapasan bertambah
Untuk pemantauan ini dilakukan pemeriksaan : 54 x 75 x 4 = 16.200
* Analisis gas darah : - 8 jam I : diberikan 50 % 8100 ml = 168
- pada pertama kali penderita ditolong (saat resusitasi) tetes/menit
- pada 8 jam pertama
- dalam 24 jam pasca cedera - 16 jam II: diberikan 50% 8100 ml = 84
- selanjutnya sesuai kebutuhan tetes/menit
* Foto thorax 24 jam pasca cedera
• Syok menjadi faktor utama berperan pada timbul dan • Pasang kateter urin urine
berkembangnya SIRS, dan MODS, sehingga harus ditatalaksanai output berwarna kuning jernih
dengan baik. Resusitasi adekuat dengan pemberian cairan
kristaloid merupakan prosedur resusitasi yang dianggap paling 400 cc
aman untuk substitusi cairan • Balut kasa lembab
• Analgetik Inj. Ketorolac 30
• Dalam 1-3 hari pertama pasca cedera, luka masih dalam keadaan mg + Inj. Ranitidin 50 mg
steril sehingga tidak diperlukan antibiotik. Pada hari ketiga • Antibiotik broad spectrum inj.
sampai ketujuh, luka didominasi oleh bakteri gram positif yang Ceftriaxone 1000 mg IV / 12
berasal dari apendises kulit (folikel rambut, kelenjar sebasea,
dsb), sedangkan setelah 5-7 hari, populasi bakteri digantikan jam
oleh bakteri gram negatif yang lebih virulen. Pemberian • Tetagam 250 U/ IM
antibiotik secara empirik didasari pola ini dan disesuaikan • Informed consent tindakan
dengan pola kuman yang ada anestesi
Kesimpulan
Tn. II, 34 tahun datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan dengan keluhan luka
bakar pada daerah kepala, dada, perut, kedua lengan dan tungkai. Kejadian berawal
saat pasien berjualan bensin dan tiba-tiba terjadi percikan api di toko dan terjadi
ledakan hingga menyambar pasien. Pasien sebelumnya pernah dirawat di rumah
sakit terdekat sebelum pasien dirujuk ke RSUP HAM. Pasien didiagnosis dengan
Flame Burn Injury Mid to Deep Dermal 54%. Kemudian dilakukan tindakan
debridement dengan teknik anestesi GA-ETT. Pasien saat ini dirawat di Ruang
Pelayanan Khusus Luka Bakar (PKLB).
Terima Kasih