Anda di halaman 1dari 46

KELOMPOK 6

Cristina tompul
Della kurnia fratama
Wiranty gajah
Metra fiasalina
Ifhta roza
Serly mei wahyuni
Monica natalia
ADAPTASI FISIOLOGIS
1. Sistem reproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum
hamil.
1. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
2. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berata    uterus 750 gr.
3. Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr
4. Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus 350 gr
5. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 g
b.Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam – macam Lochia
1. Lochia rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post partum.
2. Lochia Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post partum.
3. Lochia serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 – 14 post partum
4. Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu
5. Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6. Lochiastasis : lochia tidak lancar keluarnya
LANJUTAN…
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
manjadi lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan
kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
f. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
1. Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah
persalinan.
2.  Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah
persalinan.
3. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
2. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam peratam.kemungkinan terdapat spasine sfingter dan
edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36
jam sesidah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat
menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
3. Sistem Gastrointestinal
Sering kali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika
sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi
keinginan ke belakang.
4. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali
kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari
ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas,
namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus
dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
ADAPTASI PSIKOLOGIS
Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu primipara.
 Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.

 Respon dan support dari keluarga dan teman dekat.

 Riwayat pengalaman hamil dan melahirklan yang lalu.

 Harapan / keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan melahirkan. Periode ini diexpresikan oleh reva
rubin yang terjadi 3 tahap yaitu :
1.  Talking In period
Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian
terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,
kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat.
2.  Taking Hold Period
Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima
tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif
sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
3.  Letting Go Period
Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima
tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung
dari kesehatan sebagai ibu.
 
KONSEP ASKEP POST PARTUM
Berikut ini penyusunan standart asuhan keperawatan ibu
nifas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
(ANA, 1991).
A. Standar I. Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien nifas
ditentukan oleh kondisi/kebutuhan klien saat ini.
Pengumpulan data ini dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan dengan menggunakan tehnik-tehnik
pengkajian yang tepat dengan melibatkan klien, keluarga
dan tenaga kesehatan lain. Data yang diperoleh
dikomunikasikan dan dicatat secara lengkap.
Riwayat ibu nifas mencakup :
a. Wawancara
– Kebiasaan – Makanan dan cairan – Perubahan berat badan – Pola istirahat dan tidur –
Toleransi aktivitas
b. Pengkajian psikologi – Status emosional – Pola koping – Persepsi terhadap keadaan pasien
c. Pengkajian fisik – Personal higiene – Status nutrisi – Nyeri – Tanda-tanda vital – Keadaan
fisik pada ibu nifas adalah :
 Payu dara – Kekenyalan – Puting susu

 Abdomen – Diastasis recti abdominis – Striae

  Gastro intestinal – Peristaltik

 Uterus – Tinggi fundus uteri – Kontraksi

  Perkemihan – Frekuensi dalam 24 jam pertama

 Lochea – Warna – Encer \ kental – Bau – Jumlah

2. Pengumpulan data dari sumber – Pasien, keluarga, orang yang terdekat – Petugas kesehatan
lain
3. Cara pengumpulan data menggunakan metode – Wawancara – Observasi – Inspeksi –
Auskultasi – Palpasi
 
1. Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan yang
dikaji dari klien dan keluarga bersama petugas kesehatan.Data tersebut
dikomunikasikan dan dicatat untuk memudahkan penentuan hasil dan
perencanaan perawatan yang dilaksanakan.
2. Rasional
Status kesehatan klien nifas dan keluarga merupakan dasar untuk menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Data dianalisa dan dibandingkan dengan nilai
normal.
3. kriteria Pengukuran
1. Status kesehatan klien nifas dibandingkan dengan keadaan normal untuk
menentukan adanya penyimpangan.
2. Kemampuan dan keterbatasan klien dan keluarga diidentifikasi.
3. Diagnosa keperawatan berkaitan dan selaras dengan diagnosa yang dibuat
oleh profesi lain yang memberi asuhan pada klien dan keluarga.
Diagnosa yang sering timbul pada masa nifas antara lain (Bobak, IM Ana
Jenzen)
1. Nyeri sehubungan dengan :
 Involusi uterus

 Trauma perineum

 Episiotomi

 Perdarahan

 Pembengkakan payudara

2.  Kurangnya volume cairan sehubungan dengan


 Perdarahan post partum

3. Konstipasi dan retensio urine sehubungan dengan


 Ketidak nyamanan post partum

  Trauma jaringan atau otot-otot spincter karena persalinan

4. Resiko cedera sehubungan dengan


 perdarahan postpartum

 efek anestesi
C.     Standar III Identifikasi hasil
Identifikasi hasil ditetapkan dari diagnosa keperawatan berdasarkan kriteria yang dapat
diukur dan dirumuskan dengan melibatkan klien, keluarga dan orang yang terdekat bersifat
realistis dalam hubungannya dengan kemampuan klien saat ini dan bersifat potensial.
Hasil dapat dicapai sesuai dengan sumber yang tersedia bagi klien. Untuk mencapai hasil
harus ditetapkan pula target waktu pencapaian.
Rasional :
Pemantapan hasil yang dicapai merupakan bagian terpenting dari perencanaan asuhan
keperawatan.
Kriteria Pengukuran:
1. Hasil ditetapkan dari diagnosa
2. Dirumuskan bersama klien, keluarga dan tenaga kesehatan lain bila memungkinkan.
3. Hasil harus nyata sesuai dengan kemampuan klien saat ini dan kemampuan potensial
4. Hasil apat dicapai sesuai dengan sumber yang tersedia bagi klien.
5. Hasil didokumentasikan sebagai tujuan yang dapat diukur meliputi perkiraan waktu
pencapaian dan memberi arah bagi kelanjutan keperawatan. Pada asuhan keperawatan klien
nifas dan keluarga dapat ditetapkan kriteria hasil sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Kriteria hasil :
1.    Tinggi fundus uteri
1-2 jari pertengahan sympisis dan umbilikus, (selama ± 2 hari akan turun 1 ruas jari per hari). Setelah 9-10 hari uterus tidak teraba
diatas sympisis.
2. Involusi uterus kembali normal setelah 6 minggu.
3. Perineum dikaji setiap 8 jam dengan posisi sims untuk observasi REEDA
4. Lochea
5.Payudara, produksi laktasi kolostrum pada hari ke 2 dan ke 3 puting susu menonjol keluar, kebersihannya, tidak ada tanda infeksi
6. Abdomen, pada postpartum tonus menurun, lembek,longgar dan lemas, striae alba/nigra, adanya pemisahan otot rectus
abdominis pada dua minggu pertama postpartum
7. Gastrointestinal. pada 2 – 3 hari umumnya terjadi konstipasi. Klien merasa sangat haus dan lapar
8. Traktus urinarius, BAK dalam 24 jam pertama terjadi diuresis, B.a.k. harus dalam 6-8 jam setelah melahirkan.
9. Ektremitas bawah, tidak adanya tromboflebitis dan tromboemboli.
10. Istirahat dan tidur, tidak mengalami kesulitan.
11. Psikososial, melihat kemampuan adapatasi ibu menurut Rubbin.
 Taking in, timbul pada jam pertama kelahiran sampai 2-3 hari Refleksi tentang kehamilan dan proses persalinan Berfokus pada
diri sendiri, perlu tidur dan makan Dependen tergantung dan pasif Bertanya-tanya tentang bayinya
 Taking hold, fasenya sampai dengan dua minggu Merawat diri sendiri Tidak sabar atas ketidak nyamananya Fokus melibatkan
bayi dan ingin merawat (independen) Dapat menerima tanggung jawab Waktu yang baik untuk penyuluhan
 Letting go, fase 3-4 minggu Merasa ada yang hilang karena tidak hamil Memandang bayi sebagai bagian dari dirinya yang
terpisah Emosional
 Sosial keluarga Respon ayah Adaptasi sibling Interaksi keluarga Adanya pembagian tugas
D.    Standar IV Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan menggambarkan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan, perencaan ini
meliputi tujuan yang dibuat berdasarkan asuhan keperawatan, prioritas dan pendekatan-pendekatan tindakan
keperawatan yang ditetapkan.
Rasional :
Tindakan keperawatan direncanakan untuk meningkatkan, memelihara dan memperbaiki kesejahteraan klien.
Perencanaan terhadap aktivitas, pergerakan tubuh istirahat/tidur dan keamanan.
1.   Hygiene dan kenyamanan fisik yang meliputi :
  Kebutuhan kebersihan tubuh
  Perawatan mulut
 Perawatan rambut
  Perawatan buah dada
  Perawatan perineum
  Perawatan rektal
  Kebersihan tempat tidur
2. Aktivitas dan kegiatan tubuh yang meliputi :
  Ambulasi
  Latihan aktif maupun pasif
  Posisi yang menyenangkan
3. Istirahat dan tidur 4. Keamanan, meliputi :
 Perhatian keamanan klien pada saat melakukan pergerakan.

 Keamanan klien pada saat dipindahkan

 Perhatikan kondisi lingkungan yang membahayakan klien.

 Mencegah infeksi.

 Rambu-rambu tanda keamanan.

 Menggunakan alat pengaman pada pemakaian alat elektronik.

 Gunakan label pada tempat obat yang dipergunakan.

 Untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan nutrisi, keseimbangan cairan dan


elektrolit, eliminasi, kebutuhan oksigen, mekanisme regulasi, fungsi
kognitif/sensori, respon fisiologis dan terapi dan lainnya. Menetapkan intervensi
diperlukan untuk mengetahui respon tubuh selama kehamilan dan melahirkan.
1. Nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
 Catat cairan yang keluar dan masuk

 Status elektrolit diperoleh dari pengkajian klien dan hasil laboratorium

 Kaji terapi intra vena jika klien mendapatkan Intra vena Fluid Drip (IVFD)
 Eliminasi :
  Buang air besar
  Kaji eliminasi
 Kaji pemberian laksatif
3.  Perkemihan
 kaji pemberian diuretik
 Kaji drainase vagina
  Fungsi kognitif/sensori
 Mengkaji persepsi sensori secara baik
5.  Respon fisiologis
 Observasi : warna kulit, tanda vital, kesadaran, reaksi verbal dan tinggi fundus uteri.
Perawat memberikan dukungan pada klien dan keluarga untuk reaksi emosional klien postpartum.
1.  Kebutuhan emosional :
 Memberikan dukungan pada klien
 Respek terhadap klien
 Sebagai pendengar yang baik
 Observasi dan mencatat tingkah laku
 Berikan dorongan pada keluarga
2. Kebutuhan spiritual :
 Bantu klien untuk informasi pelayanan religius yang ada di rumah sakit

 Perawat membantu klien dan keluarga selama fase pertengahan postpartum

 Dapat mengambil keputusan untuk memnuhi kebutuhan klien.

3. Informasikan dan motivasi kepada klien dan keluarga :


 Membantu dalam orientasi lingkungan

 Memberitahukan klien sebelum dilakukan pemeriksaan

 Mengembangkan rencana perawatan klien

 Demonstrasikan perawatan mandiri selama periode postpartum dan perawatan


bayi selama perioda infant
 Bantu klien dan keluarga dalam perawatan dirumah

 Belajar secara menetail tentang situasi hidup dan kembali kearah realita

 Rencanakan rujukan bila perlu

 Diskusikan rencana selanjutnya dengan anggota kesehatan lain, klien dan


anggota keluarga.
Implementasi merupakan intervensi yang diidentifikasi dari rencana keperawatan
bersifat konsisten dengan rencana keperawatan yang dibuat serta
didokumentasikan.
Rasional :
Klien dan keluarga secara terus-menerus dilibatkan dalam asuhan keperawatan
untuk meningkatkan dan pemeliharaan kesehatan.
Kriteria :
1.   Tindakan keperawatan :
 Konsiten dengan rencana asuhan keperawatan.

 Didasarkan pada prinsip ilmiah

 Bersifat individu spesifik untuk situasi tertentu

  Digunakan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan terapiutik

 Memberikan kesempatan belajar mengajar pada klien

 Memanfaatkan berbagai sumber yang tepat

2.  Tindakan keperawatan ditentukan oleh kondisi fisik, fisiologis, psikologis dan


perilaku sosial klien.
F. Standar VI Evaluasi
Evaluasi bersifat sistematis dan berkesinambungan yang digunakan
untuk merevisi diagnosa hasil dan rencana keperawatan yang dibutuhkan
berdasarkan respon klien terhadap intervensi yang didokumentasikan.
Dalam evaluasi ini klien, keluarga dan petugas kesehatan ikut terlibat.
Rasional:
Proses keperawatan tetap sama tetapi masukan berupa informasi baru
dapat mengarahkan kepada pendekatan baru.
Kriteria Pengukuran :
1. Pengkajian ulang diarahkan oleh tercapai tidaknya tujuan.
2. Prioritas dan tujuan baru diterapkan secara pendekatan keperawatan
lebih lanjut dilakukan dengan tepat dan akurat.
3. Tindakan keperawatan yang baru ditetapkan dengan tepat dan cermat.
KONSEP INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)
Prinsip menyusui/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara
eksklusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, biarkan kontak
kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih, sampai bayi
dapat menyusui sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi diberi topi dan
Protokol evidence based baru yang telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF
mengenai asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan sebagai
berikut :
1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit satu jam.
2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat
mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu, serta memberi bantuan jika
diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru
lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti:
memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain.
Faktor-Faktor Pendukung Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Kesiapan fisik dan psikologi ibu yang sudah dipersiapkan sejak awal kehamilan :
1. Informasi yang diperoleh ibu mengenai Inisiasi Menyusu Dini.
2.  Tempat bersalin dan tenaga kesehatan.(16)
Lima Tahapan Perilaku (Pre-Feeding Behaviour) Sebelum Bayi Berhasil Menyusu
Bayi baru lahir yang mendapatkan kontak kulit ke kulit segera setelah lahir, akan melalui lima
tahapan perilaku sebelum ia berhasil menyusu
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Yang Dianjurkan
Langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan :
1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2.  Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya.
3.  Tali pusat di potong lalu diikat.
4.   Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini
membuat nyaman kulit bayi.
5.  Tanpa digendong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi
dan kulit ibu. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
Pendapat Yang Menghambat Kontak Dini Kulit Dengan Kulit Bayi
Baru Lahir
1. Bayi kedinginan.
2. Ibu lelah setelah melahirkan.
3. Kurang tersedia tenaga kesehatan.
4. Ibu harus dijahit.
5. Bayi perlu diberi Vitamin K dan tetes mata segera.
6. Bayi harus segera dibersihkan, ditimbang dan diukur.
7. Bayi kurang ‘alert’.
8. Kolostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak baik, bahkan bahaya untuk
bayi.
9. Suhu kamar bersalin, kamar operasi harus dingin dan biasanya AC sentral.
10. Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya kesempatan
inisiasi menyusu dini pada bayi lahir dengan Operasi Caesar.
Faktor-Faktor Yang Menghambat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada Persalinan
Normal
Beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan program IMD pada pasien dengan
persalinan normal tersebut, antara lain :
a.  Kondisi ibu yang masih lemah (bagi ibu post partum normal, dalam kondisi
kelemahan ini, ibu tidak mampu untuk melakukan program IMD).
b.  Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja dari pada harus kesulitan membantu
membimbing anaknya untuk berhasil melakukan program IMD.
Akibat Kegagalan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
1.  Kegagalan inisiasi menyusu dini tersebut akan berpengaruh pada produksi ASI ibu.
2.  Hal ini disebabkan karena hormon oksitosin yang berpengaruh pada produksi ASI ibu
akan dilepaskan jika dipacu dengan isapan bayi pada puting ibu saat menyusui.
3.  Sementara itu, bayi tetap membutuhkan ASI sebagai nutrisi dan juga menigkatkan
imunitas tubuhnya.
4.  Jika tida tejadi keseimbangan antara produksi ASI ibu denag kebutuhan ASI yang
diperlukan oleh bayi, maka akan berakibat kegagalan program ASI eksklusif 6 bulan
pada bayi.
1. Pemeriksaan fisik postpartum
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

2) Persiapan alat

3) Pemeriksaan umum

Tanda-tanda vital
 Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada ibu. Periksa tanda-
tanda
 vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan

 atau sampai stabil, kemudian periksa setiap 30 menit untuk jam-jam

 berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan

 adanya infeksi. Tekanan darah mungkin sedikit meningkat karena upaya

 untuk persalinan dan keletihan.Tekanan darah yang menurun perlu

 diwaspadai kemungkinan adanya perdarahan postpartum


TINDAKAN KEPERAWATAN PADA MASA
POSTPARTUM
1. Pemeriksaan fisik postpartum
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

2) Persiapan alat

3) Pemeriksaan umum

Tanda-tanda vital
 Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada ibu. Periksa tanda-
tanda
 vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan

 atau sampai stabil, kemudian periksa setiap 30 menit untuk jam-jam

 berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan

 adanya infeksi. Tekanan darah mungkin sedikit meningkat karena upaya

 untuk persalinan dan keletihan.Tekanan darah yang menurun perlu

 diwaspadai kemungkinan adanya perdarahan postpartum


Tekanan darah
 Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah
tersebutbisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari pos
partum..Setelah persalinan sebagian besar wanita mengalami
peningkatan tekananan darah sementara waktu.
Tanda-tanda vital
 Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada ibu. Periksa
tanda-tanda vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam
pertama setelah melahirkan atau sampai stabil, kemudian periksa
setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya. Nadi dan suhu diatas
normal dapat menunjukan kemungkinan adanya infeksi. Tekanan
darah mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk persalinan
dan keletihan.Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai
kemungkinan adanya perdarahan postpartum.
Suhu
 Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38C.Pada hari ke 4 setelah persalinan
suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas
payudara.Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai
hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
Nadi
 Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi ibu akan melambat
sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu
dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama
post partum.Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat
Pernafasan
 Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi lambat atau
bahkan normal.Mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi cepat pospartum
(> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
4. Kepala dan wajah
Rambut
 Melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan kerontokan rambut.

Wajah
 Adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam

Mata Konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena perdarahan saat
persalinan.
Hidung
 Kaji dan tanyakan pada ibu ,apakah ibu menderita pilek atau sinusitis.Infeksi pada ibu
postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi
Mulut dan gigi
 Tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis,atau gigi yang berlubang. Gigi yang

berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme dan bisa beredar secara
sistemik
Leher
 Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar tiroid.Kelenjar limfe
yang membesar dapat menunjukan adanyanfeksi,ditunjang dengan adanya data yang lain
seperti hipertermi,nyeri dan bengkak
5. Pemeriksaan thorak
1.a. Payudara
Inspeksi
- Kaji ukuran dan bentuk, ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap
produksi asi, perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif,
gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi
- Kontur atau permukaan : Kaji kondisi permukaan,permukaan yang tidak rata
seperti adanya depresi,retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan
kemungkinan adanya tumor.
Palpasi
- Konsistensi
Kaji konsistensi payudara, pada ibu PP konsistensi lebih keras karena laktasi
- Massa
- Putting susu
Kaji putting susu, pemeriksaan putting susu merupakan hal yang penting dalam
mempersiapkan ibu menyusui.
6. Pemeriksaan abdomen
Palpasi
Fundus uteri
Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam
kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap
hari.
 Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat

 Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah pusat

 Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-symfisis

 Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.

Kontraksi : kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan konteraksi


uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan.
Posisi : posisi fundus apakah sentral atau lateral.Posisi lateral biasanya
terdorong oleh bladder yang penuh.
Diastatis rectusmenyerupai celah memanjang dari prosessus
Xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan
lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti
sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu
untuk melakukan senam nifas.Cara memeriksa diastasis rektus
abdominis adalah dengan meminta ibu untuk tidur terlentang
tanpa bantal dan mengangkat kepala, tidak diganjal. Kemudian
palpasi abdomen dari bawah prosessus xipoideus ke umbilikus
kemudian ukur panjang dan lebar diastasis.
Keadaan kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urne di kandung kemih.
Kandung kemih yang bulat dan lembut menunjukan jumlah urine
yang tertapung banyak dan hal ini dapat mengganggu involusi
uteri,sehingga harus dikeluarkan.
7. Ekstremitas atas dan bawah
Varises
Melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak. Pemeriksaan varises
sangat penting karena ibu setelah melahirkan mempunyai kecenderungan
untuk mengalami varises pada beberapa pembuluh darahnya. Hal ini
disebabkan oleh perubahan hormonal.
Edema
Palpasi adanya edema pada ekstremitas.Tanda homan’s Tanda homan
positif menunjukan adanya tromboflebitis sehingga dapat menghambat
sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda homan adalah
memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi,kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis,
Refleks patella
Mintalah ibu duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan
apa yang akan dilakukan. Rabalah tendon dibawah lutut/ patella. Dengan
menggunakan hammer ketuklan rendon pada lutut bagian depan. Tungkai
bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila reflek lutut
negative kemungkinan pasien mengalami kekurangan vitamin B1. bila
gerakannya berlebihan dan capat maka hal ini mungkin merupakan tanda
pre eklamsi.
 Respons refleks sering dikelaskan dengan nilai 0 sampai 4+.

 4+ : hiperaktif dengan klonus terus menerus

 3+ : hiperaktif

 2+ : normal

 1+ : hipoaktif

 0 : tidak ada refleks


8. Perineum
Kebersihan
Perhatikan kebersihan perineum ibu. Kebersihan perineum menunjang
penyembuhan luka. Serta adanya hemoroid derajat 1 normal untuk ibu hamil
dan pasca persalinan.
REEDA
REEDA adalah singkatan yang sering digunakan untuk menilai kondisi
episiotomi atau laserasi perinium. REEDA singkatan (Redness /kemerahan
edema, Ecchymosis / ekimosis, Discharge / keluaran, dan Approximate /
perlekatan) pada luka episiotomy.
Lochea
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhea pada ibu postpartum.Perubahan
warna harus sesuai.
Varises
Perhatikan apakah terjadinya varises di dalam vagina dan vulva. Jika ada yang
membuat perdarahan yang sangat hebat
PEMANTAUAN INVOLUSI
Ischemi pada miometrium disebut juga lokal ischemia, yaitu kekurangan
darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan
retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh
pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena
uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin.
Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat
mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak
diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa.
Dan aliran darah dialirkan ke buah dada sehingga peredaran darah ke buah
dada menjadi lebih baik. Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus
akan mengalami kekurangan darah sehingga jaringan otot-otot uterus
mengalami otropi kembali kepada ukuran semula.
Teknik Pengukuran Involusi Uteri
 Pengukuran involusi uteri dilakukan dengan cara palpasi, yaitu dengan
mengumpulkan uterus, setelah itu diraba dan diukur dengan jari seberapa
jarak uterus antara pusat sampai simpisis.
PERAWATAN VULVA
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah
sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau
tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus
istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi,
pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan setiap
hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan
dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai membuang
hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih
muda dan sehat, daerah daerah yang tertekan tetap
memerlukan perhatian serta perawatan protektif
Tujuan
a. Untuk mencegah infeksi
b. Untuk penyembuhan luka jahitan perineum.
c. Untuk kebersihan perineum, vulva juga memberikan rasa nyaman bagi klien.
3. Persiapan Alat
a. Kapas sumblimat
b. Alas pantat
c. Botol cebok berisi larutan desinfektan sesuai dengan kebutuhan
d. Betadin dan kain kasa
e. Bengkok
4. Cara Ibu Nifas Melakukan Vulva Hygiene Sendiri.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri Ibu nifas adalah sebagai berikut :
1) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Langkah pertama ibu membersihkan daerah
sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah anus. Dan
sebaiknya ibu membersihkan daerah sekitar vulva setiap kali selesai BAK atau BAB.
2) Mengganti pembalut atau kain pembalut 2 kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci
dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
3) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
4) Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah tersebut (Saifuddin, 2002).
SENAM NIFAS
1.Berbaring dengan lutut di tekuk. Tempatkan tangan diatas perut di bawah area iga-iga.
Napas dalam dan lambat melalui hidung dan kemudian keluarkan melalui mulut,
kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan paru-paru

2.Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka keatas. Kendurkan
lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan. Pada waktu yang bersamaaan rilekskan
kaki kiri dan regangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian
kanan tubuh.
3.Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit
diregangkan. Tarik dasar panggul, tahan selama tiga detik
dan kemudian rileks.

4.Memiringkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk.


Kontraksikan/kencangkan otot-otot perut sampai tulang
punggung mendatar dan kencangkan otot-otot bokong tahan
3 detik kemudian rileks.

5.Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke


lutut. Angkat kepala dan bahu kira-kira 45 derajat, tahan 3
detik dan rilekskan dengan perlahan.
6.Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di bagian luar lutut kiri.

7.Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki diluruskan. angkat
kedua kaki sehingga pinggul dan lutut mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu
luruskan dan angkat kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan
kembali ke lantai.

8.tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan meletakkan kursi di ujung
kasur, badan agak melengkung dengan letak pada dan kaki bawah lebih atas. Lakukan
gerakan pada jari-jari kaki seperti mencakar dan meregangkan. Lakukan ini selama
setengah menit.
9.Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam dan dari dalam keluar.
Lakukan gerakan ini selama setengah menit.

10.Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti gerakan menggergaji.
Lakukan selama setengah menit.

11.Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan dimana lutut mendekati badan,
bergantian kaki kiri dan kaki kanan, sedangkan tangan memegang ujung kaki, dan urutlah mulai dari
ujung kaki sampai batas betis, lutut dan paha. Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.
12.berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan
di bawah kepala. Jepitlah bantal diantara kedua kakidan
tekanlah sekuat-kkuatnya. Pada waktu bersamaan angkatlah
pantat dari kasur dengan melengkungkan badan. Lakukan
sebanyak 4 sampai 6 kali selama setengah menit.

13.Tidur telentang, kaki terangkat ke atas, kedua lengan di samping


badan. kaki kanan disilangkan di atas kaki kiri dan tekan yang kuat.
Pada saat yang sama tegangkan kaki dan kendorkan lagi perlahan-lahan
dalam gerakan selama 4 detik. Lakukanlah ini 4 sampai 6 kali selama
setengah menit.
Penkes pada ibu postpartum
Menunjukkan teknik menyusui yang benar
 Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada
bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar
(Perinasia, 1994).
 Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.
Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak
serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan
tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan,
perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak.
Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah
makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam. Persiapan
memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
1.Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel
yang lepas tidak menumpuk.
2.Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
3.Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah bayi lahir tanpa
dimandikan terlebih dahulu langsung diletakkan pada perut
ibu. Secara naluri bayi akan mencapai dan dapat menghisap
puting ibu dalam waktu 30 menit. Dengan demikian,
kolostrum atau ASI yang berwarna kekuning-kuningan,
ASI yang pertama keluar akan langsung dihisap oleh sang
bayi. Sebagaimana kita ketahui kolostrum mengandung zat
kekebalan yang lebih banyak dari Air Susu yang keluar
pada hari-hari berikut setelah kelahiran bayi. Kontak fisik
pertama antara ibu dan bayi akan semakin merekatkan rasa
kasih sayang ibu dan bayi. Lalu dilanjutkan dengan
pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian
ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi
berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak
diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
PERAWATAN BAYI
1. Tali pusat
Tali pusat menjadi urutan pertama dalam daftar cara merawat bayi baru lahir,
karena banyak ibu baru yang bingung dengannya.
Perawatan tali pusat harus hati-hati, karena mudah terkena infeksi. Jika tali pusat
terkena air saat bayi dimandikan, keringkan dengan cotton buds atau kasa steril.
Jangan bubuhi ramuan apa pun pada pangkal tali pusat. Biasanya, tali pusat akan
putus antara 1-2 minggu setelah kelahiran, tapi bisa juga lebih cepat atau lambat.
Setelah tali pusat putus, jika kotor bersihkan dengan baby oil dengan lembut dan
hati-hati.

2. Mata bayi
Untuk membersihkan kotoran di mata, basuh dengan menggunakan kapas steril
yang dibasahi air matang. Selalu gunakan satu kapas steril untuk tiap mata. Usap
dengan arah dari dalam ke luar.
Baca juga bantahan dokter atas mitos cara merawat bayi baru lahir yang belekan:
Ulasan Dokter tentang Mata Bayi Belekan
3. Kulit
Bayi baru lahir minimal dimandikan sehari sekali karena ia belum tahan dingin.
Entah dengan cara berendam di bak mandi atau dilap dengan waslap basah yang
sudah diberi sabun bayi.
Untuk mencegah munculnya biang keringat, atur temperatur ruangan/kamar
bayi senyaman mungkin. Jangan sampai bayi kepanasan. Sirkulasi udara dalam
kamar harus baik.

4. Kulit kepala
Kerak kulit atau cradle crap sering muncul di kulit kepala bayi. Hal ini
disebabkan kulit kepala terkena debu, keringat dan polusi udara. Kerak kulit
dapat dibersihkan menggunakan baby oil.
Caranya, diamkan baby oil di atas kerak kulit kira-kira sekitar 10-15 menit, lalu
bersihkan dengan kapas atau cotton bud secara lembut, dilanjutkan dengan
pencucian.
Lakukan dengan lembut, di daerah ini terdapat satu peredaran darah di kepala
yang menyambung dengan otak.
Usahakan kulit kepala tetap sejuk dan kering, karena kerak ini akan makin
parah jika kulit kepala berkeringat.
5. Rambut
Cuci rambut bayi menggunakan shampo khusus bayi dua kali seminggu. Basahi rambutnya
dengan semprotan halus atau basuh dengan tangan.
Tambahkan satu-dua tetes sampo dan gosok lembut sampai berbusa. Jangan sampai shampo
mengenai mata. Basuh sampai bersih dengan tangan.

6. Hidung
Bagian dalam hidung punya daya pembersih sendiri dan tak perlu perawatan khusus. Jika ada
cairan atau kotoran yang kelihatan keluar, bersihkan bagian luar hidung saja.
Jika bayi punya banyak lendir karena pilek dan mengganggu pernapasan, sedot keluar
dengan cara dengan aspirator hidung bayi yang bersih. Tutup sebelah lubang hidung dengan
jari, lalu isap sebelahnya. Lakukan secara bergantian.

7. Telinga
Banyak ibu baru bingung dengan cara merawat bayi baru lahir yang satu ini.Seperti hidung,
bagian dalam telinga juga tak boleh dibersihkan. Bunda boleh membersihkan jika kotoran itu
sudah mencapai "pintu" keluar atau setelah melewati "tikungan" di dalam liang telinga luar.
Ada pendapat bahwa cotton buds justru membuat kotoran masuk ke dalam liang telinga. Cara
yang disarankan adalah meneteskan 1 tetes baby oil ke liang telinga, dan kotoran akan keluar
dengan sendirinya beberapa hari kemudian. Tak percaya bukan? Yuk kita coba.
Sementara daun telinga dapat dibersihkan tiap kali memandikan bayi. Gunakan cotton buds
atau kapas yang dibasahi air hangat. Lakukan secara lembut
8. Mulut
Mulut bayi tak perlu perawatan khusus. Jika lidah putih karena endapan susu formula, bisa
dibersihkan dengan kasa steril yang dibahasi dengan air matang.
Jaga kebersihan tangan Bunda, karena pada beberapa kasus ditemui jamur candida muncul di
mulut bayi. Jika hal ini terjadi segera berobatlah ke dokter.

9. Kuku
Kuku sebaiknya dijaga kebersihannya dengan memotongnyanya secara berkala. Lakukan secara
hati-hati, jangan sampai kulitnya ikut tergunting. Gunakan gunting kuku khusus bayi.
Untuk mencegah kuku-kuku bayi menggores bagian-bagian yang membahayakan, tutuplah
dengan sarung tangan saat bayi sedang tak diawasi.
Selama ia dalam pengawasan, tangannya tak usah diberi sarung. Sebab, tangan merupakan bagian
dari pancaindera yang harus dikembangkan.

10. Pantat bayi


Pantat adalah daerah yang sensitif dengan bahan kimia deterjen, diapers dan kotoran sisa air
kencing/tinja. Bila tidak bersih, sering kali timbul gatal-gatal dan merah di sekitar bokong.
Untuk mencegahnya usahakan pantat dalam kondisi kering dan bersih. Sebaiknya gunakan diaper
cream setelah pantat benar-benar kering, baru kemudian pakaikan diaper atau popok.
Jika sudah terlanjur timbul iritasi, cara alami yang dapat dilakukan adalah membiarkan pantat
terbuka saat berjemur di pagi hari dengan terkena sinar matahari pagi. Tengkurapkan bayi di
pangkuan Bunda.
Jika dalam 1-2 hari tidak membaik bahkan lecet atau berbintil-bintil kecil

Anda mungkin juga menyukai