Cristina tompul
Della kurnia fratama
Wiranty gajah
Metra fiasalina
Ifhta roza
Serly mei wahyuni
Monica natalia
ADAPTASI FISIOLOGIS
1. Sistem reproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum
hamil.
1. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
2. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berata uterus 750 gr.
3. Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr
4. Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus 350 gr
5. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 g
b.Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam – macam Lochia
1. Lochia rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post partum.
2. Lochia Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post partum.
3. Lochia serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 – 14 post partum
4. Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu
5. Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6. Lochiastasis : lochia tidak lancar keluarnya
LANJUTAN…
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
manjadi lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan
kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
f. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
1. Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah
persalinan.
2. Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah
persalinan.
3. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
2. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam peratam.kemungkinan terdapat spasine sfingter dan
edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36
jam sesidah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat
menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
3. Sistem Gastrointestinal
Sering kali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika
sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi
keinginan ke belakang.
4. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali
kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari
ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas,
namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus
dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
ADAPTASI PSIKOLOGIS
Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu primipara.
Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.
Harapan / keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan melahirkan. Periode ini diexpresikan oleh reva
rubin yang terjadi 3 tahap yaitu :
1. Talking In period
Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian
terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,
kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat.
2. Taking Hold Period
Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima
tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif
sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
3. Letting Go Period
Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima
tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung
dari kesehatan sebagai ibu.
KONSEP ASKEP POST PARTUM
Berikut ini penyusunan standart asuhan keperawatan ibu
nifas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
(ANA, 1991).
A. Standar I. Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien nifas
ditentukan oleh kondisi/kebutuhan klien saat ini.
Pengumpulan data ini dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan dengan menggunakan tehnik-tehnik
pengkajian yang tepat dengan melibatkan klien, keluarga
dan tenaga kesehatan lain. Data yang diperoleh
dikomunikasikan dan dicatat secara lengkap.
Riwayat ibu nifas mencakup :
a. Wawancara
– Kebiasaan – Makanan dan cairan – Perubahan berat badan – Pola istirahat dan tidur –
Toleransi aktivitas
b. Pengkajian psikologi – Status emosional – Pola koping – Persepsi terhadap keadaan pasien
c. Pengkajian fisik – Personal higiene – Status nutrisi – Nyeri – Tanda-tanda vital – Keadaan
fisik pada ibu nifas adalah :
Payu dara – Kekenyalan – Puting susu
2. Pengumpulan data dari sumber – Pasien, keluarga, orang yang terdekat – Petugas kesehatan
lain
3. Cara pengumpulan data menggunakan metode – Wawancara – Observasi – Inspeksi –
Auskultasi – Palpasi
1. Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan yang
dikaji dari klien dan keluarga bersama petugas kesehatan.Data tersebut
dikomunikasikan dan dicatat untuk memudahkan penentuan hasil dan
perencanaan perawatan yang dilaksanakan.
2. Rasional
Status kesehatan klien nifas dan keluarga merupakan dasar untuk menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Data dianalisa dan dibandingkan dengan nilai
normal.
3. kriteria Pengukuran
1. Status kesehatan klien nifas dibandingkan dengan keadaan normal untuk
menentukan adanya penyimpangan.
2. Kemampuan dan keterbatasan klien dan keluarga diidentifikasi.
3. Diagnosa keperawatan berkaitan dan selaras dengan diagnosa yang dibuat
oleh profesi lain yang memberi asuhan pada klien dan keluarga.
Diagnosa yang sering timbul pada masa nifas antara lain (Bobak, IM Ana
Jenzen)
1. Nyeri sehubungan dengan :
Involusi uterus
Trauma perineum
Episiotomi
Perdarahan
Pembengkakan payudara
efek anestesi
C. Standar III Identifikasi hasil
Identifikasi hasil ditetapkan dari diagnosa keperawatan berdasarkan kriteria yang dapat
diukur dan dirumuskan dengan melibatkan klien, keluarga dan orang yang terdekat bersifat
realistis dalam hubungannya dengan kemampuan klien saat ini dan bersifat potensial.
Hasil dapat dicapai sesuai dengan sumber yang tersedia bagi klien. Untuk mencapai hasil
harus ditetapkan pula target waktu pencapaian.
Rasional :
Pemantapan hasil yang dicapai merupakan bagian terpenting dari perencanaan asuhan
keperawatan.
Kriteria Pengukuran:
1. Hasil ditetapkan dari diagnosa
2. Dirumuskan bersama klien, keluarga dan tenaga kesehatan lain bila memungkinkan.
3. Hasil harus nyata sesuai dengan kemampuan klien saat ini dan kemampuan potensial
4. Hasil apat dicapai sesuai dengan sumber yang tersedia bagi klien.
5. Hasil didokumentasikan sebagai tujuan yang dapat diukur meliputi perkiraan waktu
pencapaian dan memberi arah bagi kelanjutan keperawatan. Pada asuhan keperawatan klien
nifas dan keluarga dapat ditetapkan kriteria hasil sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Kriteria hasil :
1. Tinggi fundus uteri
1-2 jari pertengahan sympisis dan umbilikus, (selama ± 2 hari akan turun 1 ruas jari per hari). Setelah 9-10 hari uterus tidak teraba
diatas sympisis.
2. Involusi uterus kembali normal setelah 6 minggu.
3. Perineum dikaji setiap 8 jam dengan posisi sims untuk observasi REEDA
4. Lochea
5.Payudara, produksi laktasi kolostrum pada hari ke 2 dan ke 3 puting susu menonjol keluar, kebersihannya, tidak ada tanda infeksi
6. Abdomen, pada postpartum tonus menurun, lembek,longgar dan lemas, striae alba/nigra, adanya pemisahan otot rectus
abdominis pada dua minggu pertama postpartum
7. Gastrointestinal. pada 2 – 3 hari umumnya terjadi konstipasi. Klien merasa sangat haus dan lapar
8. Traktus urinarius, BAK dalam 24 jam pertama terjadi diuresis, B.a.k. harus dalam 6-8 jam setelah melahirkan.
9. Ektremitas bawah, tidak adanya tromboflebitis dan tromboemboli.
10. Istirahat dan tidur, tidak mengalami kesulitan.
11. Psikososial, melihat kemampuan adapatasi ibu menurut Rubbin.
Taking in, timbul pada jam pertama kelahiran sampai 2-3 hari Refleksi tentang kehamilan dan proses persalinan Berfokus pada
diri sendiri, perlu tidur dan makan Dependen tergantung dan pasif Bertanya-tanya tentang bayinya
Taking hold, fasenya sampai dengan dua minggu Merawat diri sendiri Tidak sabar atas ketidak nyamananya Fokus melibatkan
bayi dan ingin merawat (independen) Dapat menerima tanggung jawab Waktu yang baik untuk penyuluhan
Letting go, fase 3-4 minggu Merasa ada yang hilang karena tidak hamil Memandang bayi sebagai bagian dari dirinya yang
terpisah Emosional
Sosial keluarga Respon ayah Adaptasi sibling Interaksi keluarga Adanya pembagian tugas
D. Standar IV Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan menggambarkan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan, perencaan ini
meliputi tujuan yang dibuat berdasarkan asuhan keperawatan, prioritas dan pendekatan-pendekatan tindakan
keperawatan yang ditetapkan.
Rasional :
Tindakan keperawatan direncanakan untuk meningkatkan, memelihara dan memperbaiki kesejahteraan klien.
Perencanaan terhadap aktivitas, pergerakan tubuh istirahat/tidur dan keamanan.
1. Hygiene dan kenyamanan fisik yang meliputi :
Kebutuhan kebersihan tubuh
Perawatan mulut
Perawatan rambut
Perawatan buah dada
Perawatan perineum
Perawatan rektal
Kebersihan tempat tidur
2. Aktivitas dan kegiatan tubuh yang meliputi :
Ambulasi
Latihan aktif maupun pasif
Posisi yang menyenangkan
3. Istirahat dan tidur 4. Keamanan, meliputi :
Perhatian keamanan klien pada saat melakukan pergerakan.
Mencegah infeksi.
Kaji terapi intra vena jika klien mendapatkan Intra vena Fluid Drip (IVFD)
Eliminasi :
Buang air besar
Kaji eliminasi
Kaji pemberian laksatif
3. Perkemihan
kaji pemberian diuretik
Kaji drainase vagina
Fungsi kognitif/sensori
Mengkaji persepsi sensori secara baik
5. Respon fisiologis
Observasi : warna kulit, tanda vital, kesadaran, reaksi verbal dan tinggi fundus uteri.
Perawat memberikan dukungan pada klien dan keluarga untuk reaksi emosional klien postpartum.
1. Kebutuhan emosional :
Memberikan dukungan pada klien
Respek terhadap klien
Sebagai pendengar yang baik
Observasi dan mencatat tingkah laku
Berikan dorongan pada keluarga
2. Kebutuhan spiritual :
Bantu klien untuk informasi pelayanan religius yang ada di rumah sakit
Belajar secara menetail tentang situasi hidup dan kembali kearah realita
2) Persiapan alat
3) Pemeriksaan umum
Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada ibu. Periksa tanda-
tanda
vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan
2) Persiapan alat
3) Pemeriksaan umum
Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada ibu. Periksa tanda-
tanda
vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan
Wajah
Adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam
Mata Konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena perdarahan saat
persalinan.
Hidung
Kaji dan tanyakan pada ibu ,apakah ibu menderita pilek atau sinusitis.Infeksi pada ibu
postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi
Mulut dan gigi
Tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis,atau gigi yang berlubang. Gigi yang
berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme dan bisa beredar secara
sistemik
Leher
Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar tiroid.Kelenjar limfe
yang membesar dapat menunjukan adanyanfeksi,ditunjang dengan adanya data yang lain
seperti hipertermi,nyeri dan bengkak
5. Pemeriksaan thorak
1.a. Payudara
Inspeksi
- Kaji ukuran dan bentuk, ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap
produksi asi, perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif,
gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi
- Kontur atau permukaan : Kaji kondisi permukaan,permukaan yang tidak rata
seperti adanya depresi,retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan
kemungkinan adanya tumor.
Palpasi
- Konsistensi
Kaji konsistensi payudara, pada ibu PP konsistensi lebih keras karena laktasi
- Massa
- Putting susu
Kaji putting susu, pemeriksaan putting susu merupakan hal yang penting dalam
mempersiapkan ibu menyusui.
6. Pemeriksaan abdomen
Palpasi
Fundus uteri
Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam
kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap
hari.
Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat
3+ : hiperaktif
2+ : normal
1+ : hipoaktif
2.Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka keatas. Kendurkan
lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan. Pada waktu yang bersamaaan rilekskan
kaki kiri dan regangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian
kanan tubuh.
3.Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit
diregangkan. Tarik dasar panggul, tahan selama tiga detik
dan kemudian rileks.
7.Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki diluruskan. angkat
kedua kaki sehingga pinggul dan lutut mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu
luruskan dan angkat kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan
kembali ke lantai.
8.tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan meletakkan kursi di ujung
kasur, badan agak melengkung dengan letak pada dan kaki bawah lebih atas. Lakukan
gerakan pada jari-jari kaki seperti mencakar dan meregangkan. Lakukan ini selama
setengah menit.
9.Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam dan dari dalam keluar.
Lakukan gerakan ini selama setengah menit.
10.Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti gerakan menggergaji.
Lakukan selama setengah menit.
11.Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan dimana lutut mendekati badan,
bergantian kaki kiri dan kaki kanan, sedangkan tangan memegang ujung kaki, dan urutlah mulai dari
ujung kaki sampai batas betis, lutut dan paha. Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.
12.berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan
di bawah kepala. Jepitlah bantal diantara kedua kakidan
tekanlah sekuat-kkuatnya. Pada waktu bersamaan angkatlah
pantat dari kasur dengan melengkungkan badan. Lakukan
sebanyak 4 sampai 6 kali selama setengah menit.
2. Mata bayi
Untuk membersihkan kotoran di mata, basuh dengan menggunakan kapas steril
yang dibasahi air matang. Selalu gunakan satu kapas steril untuk tiap mata. Usap
dengan arah dari dalam ke luar.
Baca juga bantahan dokter atas mitos cara merawat bayi baru lahir yang belekan:
Ulasan Dokter tentang Mata Bayi Belekan
3. Kulit
Bayi baru lahir minimal dimandikan sehari sekali karena ia belum tahan dingin.
Entah dengan cara berendam di bak mandi atau dilap dengan waslap basah yang
sudah diberi sabun bayi.
Untuk mencegah munculnya biang keringat, atur temperatur ruangan/kamar
bayi senyaman mungkin. Jangan sampai bayi kepanasan. Sirkulasi udara dalam
kamar harus baik.
4. Kulit kepala
Kerak kulit atau cradle crap sering muncul di kulit kepala bayi. Hal ini
disebabkan kulit kepala terkena debu, keringat dan polusi udara. Kerak kulit
dapat dibersihkan menggunakan baby oil.
Caranya, diamkan baby oil di atas kerak kulit kira-kira sekitar 10-15 menit, lalu
bersihkan dengan kapas atau cotton bud secara lembut, dilanjutkan dengan
pencucian.
Lakukan dengan lembut, di daerah ini terdapat satu peredaran darah di kepala
yang menyambung dengan otak.
Usahakan kulit kepala tetap sejuk dan kering, karena kerak ini akan makin
parah jika kulit kepala berkeringat.
5. Rambut
Cuci rambut bayi menggunakan shampo khusus bayi dua kali seminggu. Basahi rambutnya
dengan semprotan halus atau basuh dengan tangan.
Tambahkan satu-dua tetes sampo dan gosok lembut sampai berbusa. Jangan sampai shampo
mengenai mata. Basuh sampai bersih dengan tangan.
6. Hidung
Bagian dalam hidung punya daya pembersih sendiri dan tak perlu perawatan khusus. Jika ada
cairan atau kotoran yang kelihatan keluar, bersihkan bagian luar hidung saja.
Jika bayi punya banyak lendir karena pilek dan mengganggu pernapasan, sedot keluar
dengan cara dengan aspirator hidung bayi yang bersih. Tutup sebelah lubang hidung dengan
jari, lalu isap sebelahnya. Lakukan secara bergantian.
7. Telinga
Banyak ibu baru bingung dengan cara merawat bayi baru lahir yang satu ini.Seperti hidung,
bagian dalam telinga juga tak boleh dibersihkan. Bunda boleh membersihkan jika kotoran itu
sudah mencapai "pintu" keluar atau setelah melewati "tikungan" di dalam liang telinga luar.
Ada pendapat bahwa cotton buds justru membuat kotoran masuk ke dalam liang telinga. Cara
yang disarankan adalah meneteskan 1 tetes baby oil ke liang telinga, dan kotoran akan keluar
dengan sendirinya beberapa hari kemudian. Tak percaya bukan? Yuk kita coba.
Sementara daun telinga dapat dibersihkan tiap kali memandikan bayi. Gunakan cotton buds
atau kapas yang dibasahi air hangat. Lakukan secara lembut
8. Mulut
Mulut bayi tak perlu perawatan khusus. Jika lidah putih karena endapan susu formula, bisa
dibersihkan dengan kasa steril yang dibahasi dengan air matang.
Jaga kebersihan tangan Bunda, karena pada beberapa kasus ditemui jamur candida muncul di
mulut bayi. Jika hal ini terjadi segera berobatlah ke dokter.
9. Kuku
Kuku sebaiknya dijaga kebersihannya dengan memotongnyanya secara berkala. Lakukan secara
hati-hati, jangan sampai kulitnya ikut tergunting. Gunakan gunting kuku khusus bayi.
Untuk mencegah kuku-kuku bayi menggores bagian-bagian yang membahayakan, tutuplah
dengan sarung tangan saat bayi sedang tak diawasi.
Selama ia dalam pengawasan, tangannya tak usah diberi sarung. Sebab, tangan merupakan bagian
dari pancaindera yang harus dikembangkan.