Anda di halaman 1dari 39

PERITONITIS PRIMER

Bebie Ayura 120100165

Durga A/P Alagindera 130100356

Jeeshnaavi A/P Muraleedharan 130100359

Roni Syaputra Hasibuan 140100064

Hakimah Hasan Lubis 150100079

Pembimbing :

Dr. dr. Erjan Fikri, Sp.B-KBA


TABLE OF CONTENTS

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang, Tujuan, Dan
Manfaat.
3. STATUS ORANG SAKIT
Deskripsi laporan kasus.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi, Definisi, Klasifikasi,
Etiologi, Diagnosis, Tatalaksana.
4. PROJECT STAGES
Simpulan dari laporan kasus.
1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
● Peritonitis merupakan salah satu penyebab
tersering dari akut abdomen
● Akut abdomen  suatu kegawatan abdomen
yang dapat terjadi karena masalah bedah dan
non bedah
● Spektrum klinis peritonitis dapa dibagi menjadi
3, yaitu peritonitis primer, sekunder, dan tersier
● Di lapangan  peritonitis ditakuti karena
berisiko tinggi menyebabkan syok septik dan
kegagalan organ
● Peritonitis yang tidak ditangani dengan tepat
dapat menyebabkan komplikasi yang
mengancam nyawa.
TUJUAN DAN MANFAAT

TUJUAN MANFAAT
1. Dapat mengerti dan Penulisan laporan kasus ini
memahami topik peritonitis diharapkan dapat
2. Sebagai persyaratan untuk mengembangkan kemampuan
menyelesaikan Kepaniteraan dan pemahaman penulis serta
Klinik Senior Program pembaca, khususnya peserta P3D
Pendidikan Profesi Dokter di untuk lebih memahami dan
Departemen Ilmu Bedah Fakultas mengenal teori tentang
Kedokteran Universitas Sumatera peritonitis.
Utara.
2
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI
PERITONEUM
Peritoneum  membran serosa yang melapisi rongga perut, yang terdiri dari
sel-sel mesothelial yang didukung oleh lapisan tipis jaringan fibrosa dan secara
embriologis berasal dari mesoderm.

Fungsi  mendukung organ-organ perut dan berfungsi sebagai tempat untuk


lewatnya saraf, pembuluh darah, dan limfatik

Peritoneum terdiri dari 2 lapisan dan ruang potensial diantaranya yang bersi
caiaran
ANATOMI DAN FISIOLOGI
PERITONEUM
Persafaran  somatik dan otonom

Peritoneum parietal menerima persarafan dari saraf tulang belakang T10 hingga
L1. Persarafan ini somatik dan memungkinkan sensasi rasa sakit dan suhu yang
dapat dilokalisasi.

Peritoneum visceral menerima persarafan otonom dari saraf Vagus dan


persarafan simpatis yang mengakibatkan sulit untuk melokalisasi sensasi perut
yang dipicu oleh distensi organ.
DEFINISI PERITONITIS

Peritonitis adalah
peradangan yang disebabkan
oleh infeksi atau kondisi
aseptik pada peritoneum.

Peritonitis juga merupakan


salah satu penyebab tersering
keluhan abdomen akut.
KLASIFIKASI PERITONITIS

PERITONITIS PERITONITIS PERITONITIS


PRIMER SEKUNDER TERSIER
PERITONITIS PRIMER
(SPONTANEUS BACTERIAL
PERITONITIS)
• Peritonitis ini tidak berhubungan langsung dengan abnormalitas intraabdomen.
• Umumnya terjadi pada orang dewasa dengan sirosis hepatis, pasien dengan penyakit
kolagen vaskular, atau anak-anak dengan glomerulopati tertentu, dan hampir selalu
monomikrobial.
• Patogen penyebab yang khas biasanya adalah basil gram negatif enterik seperti E. coli
atau Klebsiella spp.
PERITONITIS SEKUNDER
(SURGICAL PERITONITIS)
• Umumnya disebabkan oleh berbagai abnormalitas atau gangguan di intraabdomen.
• Perforasi akibat ulkus peptikum, apendisitis, diverticulitis, kolesistitis akut, pankreatitis
dan komplikasi pasca operasi merupakan beberapa penyebab tersering dari peritonitis
sekunder.
• Pada analisis mikrobiologis cairan peritoneum purulen pasien peritonitis sekunder
umumnya dijumpai B. fragilis dan E. coli.
PERITONITIS TERSIER
• Merupakan tahap lanjutan peritonitis yaitu ketika gejala klinis peritonitis dan tanda-tanda
sistemik sepsis menetap, bahkan setelah mendapat pengobatan untuk peritonitis primer
maupun sekunder.
• Organisme penyebab biasanya mencakup satu atau lebih jenis Staphylococci spp. (sering
MRSA) dan Enterococcus spp., Candida spp., Atau Pseudomonas spp.
• Peritonitis jenis ini mempunyai prognosis buruk dengan persentase kematian 30-64%.
BAKTERI PENYEBAB
BERDASARKAN KLASIFIKASI
KLASIFIKASI PERITONITIS

Berdasarkan luas infeksinya :


• Peritonitis lokalisata
• Peritonitis generalisata
PATOFISIOLOGI PERITONITIS
MANIFESTASI KLINIS
• Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium.
• Nyeri tekan dan defans muskular.
• Pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma.
• Peristaltik usus menurun sampai hilang.
• Pada peritonitis bakterial, temperatur tubuh pasien dapat meningkat.
• Takikardia.
• Hipotensi.
• Pasien dapat tampak letargik dan syok.
• Nyeri subjektif berupa nyeri ketika pasien bergerak (seperti berjalan, batuk, ataupun
mengejan).
• Nyeri objektif berupa nyeri ketika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas,
atau tes lain.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
PERITONITIS
Anamnesis yang jelas, evaluasi cairan
peritoneal, dan tes diagnostik tambahan
sangat diperlukan untuk membuat suatu
diagnosis peritonitis yang tepat
sehingga pasien dapat diterapi dengan
benar.
Anamnesis Imaging/
Apakah dijumpai : Pencitraan
o Nyeri perut o X-Ray
o Demam o USG
o Mual muntah o CT Scan
o Buang angin
o Gejala klinis lain Pemeriksaan Lab
o Leukositosis
Pemeriksaan Fisik o Shift to left
o Inspeksi o Hiperkapnia
o Palpasi o Cairan peritoneal
o Perkusi
o Auskultasi
TATALAKSANA
PERITONITIS

Resusitasi cairan

Antibiotik

Laparotomi atau
Laparoskopi
Resusitasi Cairan

• Untuk menangani penurunan volume intravaskular


sekunder.
• Disertai oleh pemantauan parameter fisiologis secara
berkala.
• Apabila resusitasi cairan adekuat gagal untuk
memperbaiki keadaan hipotensi dan hipoperfusi  terapi
vasopressor.
PEMBERIAN ANTIBIOTIK
• Antibiotik spektrum luas di awal, perubahan disesuaikan dengan uji sensitivitas.

• Umumnya diberikan selama 10-14 hari.

• Pada peritonitis sekunder, antibiotik harus diberikan sebelum, selama dan sesudah
intervensi bedah.
INTERVENSI BEDAH
• Untuk mengendalikan sumber, dekontaminasi peritoneum, dan pencegahan infeksi berulang.

• Indikasi dilakukan re-eksplorasi :

• kontrol lemah terhadap sumber infeksi;

• penilaian ulang viabilitas usus;

• drainase yang tidak memadai atau buruk;

• ketidakstabilan hemodinamik;

• nekrosis pankreas yang terinfeksi atau peritonitis fekal difus pada operasi awal;

• penilaian ulang anastomosis yang lemah atau renggang; dan

• sindrom kompartemen abdominal.


KOMPLIKASI PERITONITIS
• Peritonitis oleh infeksi  memiliki komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
• Beberapa di antaranya  mesenteric vein thrombosis, ARDS, kegagalan organ
multipel, hingga kematian.
• Komplikasi yang berat umumnya diasosiasikan dengan peritonitis sekunder.
• Prognosis peritonitis bergantung pada  penyebab infeksi, penyakit
komorbid, dan respon pasien terhadap proses inflamatorik.
• Dengan penanganan modern yang tersedia saat ini, mortality rate  10%
Komplikasi Lokal Komplikasi Sistemik
Ileus paralitik Syok septik
Residual atau recurrent abscess, Systemik inflammatory response
atau inflamatory mass syndrome

Portal pyremia/ liver abscess Multi-organ dysfunction syndrome


Adhesional small bowel obstruction Kematian
KOMPLIKASI PERITONITIS
• Peritonitis rekuren atau peritonitis tersier  kondisi pada peritonitis sekunder dalam
terapi yang sudah berlangsung lama.

• Kondisi ini  tetap mengalami gejala meskipun telah menerima terapi antibiotik yang
sesuai dan cairan peritoneum menunjukkan inflamasi persisten.

• Sering dikaitkan dengan kegagalan organ multipel dan outcome yang buruk.

• Mekanisme yang jelas belum diketahui.


KOMPLIKASI PERITONITIS
• Dapat terbentuk fistula enterokutaneus.
• Merupakan salah satu komplikasi yang ditakutkan terjadi.
• 80% merupakan komplikasi postoperasi.
• Fistula  dapat menjadi sumber infeksi yang tidak terdeteksi.
• Dapat terbentuk abses sepanjang kanal fistula.
• Dapat terjadi secara internal dan menghubungkan dua
struktur intraabdomen.
3
STATUS ORANG
SAKIT
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Nn. J
• RM : 00818722
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Usia : 12 tahun
• Alamat : Jl. SM Raja. Gg.
Kamboja No.10
• Pekerjaan : Pelajar
• Keluhan utama : Nyeri seluruh bagian perut
• Telaah :
Hal ini telah dialami pasien sejak ± 8 hari SMRS. Saat ini nyeri dirasakan
di seluruh perut. Nyeri dirasakan semakin berat dan terus-menerus. Pasien juga
mengeluhkan perut membesar ± 8 hari SMRS. Pasien sudah tidak BAB ± 7
hari. BAK normal, Mual (+), muntah (+) berwarna hijau dan berisi apa yang di
makan, nafsu makan menurun (+), BB menurun (+) sebanyak ± 5 kg dalam
sebulan ini.
Pasien adalah Rujukan dari RS. Bhayangkara dan didiagnosa dengan dd
kista ovarium multiple + tumor adnexa susp. Malignancy.

• RPT : riwayat penyakit jantung (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-)
• RPO : tidak jelas
Status Presens
• Sensorium : Compos Mentis
• Tekanan Darah : 120/80
• HR : 102 x/menit
• RR : 22 x/menit
• Temperatur : 36,9 °c
Status Generalisata
Kepala
Wajah : dalam batas normal
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), mata
cekung (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga, hidung , mata : dalam batas normal

Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Sp = Vesikuler, St = Tidak dijumpai
Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : Iktus kordis teraba
• Perkusi : Batas atas jantung ICS II LMCS
Batas atas jantung ICS IV 1cm LMCS
Batas kanan jantung ICS IV LPSD
• Auskultasi : Bunyi jantung I-II reg, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
• Inspeksi : Datar
• Palpasi : Defans muscular (+) , nyeri tekan(+) seluruh
lapangan abdomen
• Perkusi : Hipertimpani (+)
• Auskultasi : Bising usus (+) menurun

Ektremitas
• Akral hangat , CRT < 2 detik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Hb :14.2 g/dL
Hematokrit : 43/µL
Trombosit :316000 /µL
Leukosit :9,670/µL
Eritrosit :5,16
GDS :93 mg/dL
Clotting time :8 menit
Bleeding time :3 menit
Limfosit absolut :2.35
Monosit absolut :1.00
Eosinofil absolut :0.21
Basofil absolut :0.02
Natrium :138 mEq/L
Kalium : 4.0 mEq/L
Klorida :104 mEq/L
Diagnosa

● Peritonitis primer + Partial mechanical bowel obstruction d/t adnexa tumor susp. malignancy

Diagnosa Banding

● Peritonitis primer + Partial mechanical bowel obstruction d/t adnexa tumor susp. malignancy
● Peritonitis Sekunder + Partial mechanical bowel obstruction d/t adnexa tumor susp. malignancy
Tatalaksana

• Terapi awal • Rencana


• Bed rest Rujuk ke dokter Spesialis Bedah
• Puasakan Pasien
• IVFD NaCL 0.9% 20gtt/i
• Pemasangan kateter urin
• Injeksi Cefotaxim 3x1
ALTERNATIVE RESOURCES

Anda mungkin juga menyukai