Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS UNDANG -

UNDANG CIPTA KERJ


A (OMNIBUS LAW)
Nama anggota kelompok 2

1. Deky Hunga Andung (1714314201008)


2. Deva Nata Rumanda (1914314201037)
3. Dhea Rira (1914314201038)
4. Dwi Febriyanti (1914314201040)
5. Eka Puji Lestari (1914314201042)
Omnibus law adalah suatu rancangan undang-
undang (bill) yang mencakup lebih dari satu
aspek yang digabung menjadi satu undang-
undang. terdapat 3 (tiga) RUU yang disebut Pengertian
sebagai Omnibus Law, yaitu RUU tentang
Cipta Lapangan Kerja, RUU tentang
Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan untuk
Penguatan Perekonomian, dan RUU tentang
Pengembangan dan Penguatan Sektor
Keuangan. (DPR RI, 2019).
Perubahan UU Omnibus Law yang berhubungan
dengan Keselamatan kerja

a) Pasal 79 ayat (2) huruf (b)


Hak pekerja mendapatkan hari libur dua hari dalam satu pekan yang sebelumnya diatur dalam
UU Ketenagakerjaan dipangkas. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 81 angka 23 UU Cipta Kerja
yang mengubah Pasal 79 UU Ketenagakerjaan.
Pasal 79 ayat (2) huruf (b) UU Cipta Kerja berbunyi “ istirahat mingguan1(satu) hari untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu “ pasal ini mengatur, pekerja wajib diberikan waktu
istirahat mingguan satu hari untuk enam hari kerja dalam satu pekan.
Perubahan UU Omnibus Law yang berhubungan
dengan Keselamatan kerja

b) Pasal 81 poin 22

Dalam UU Ciptaker tepatnya Pasal 81 poin 22 mengubah pasal UU 78 UU


Ketenagakerjaan tentang waktu kerja lembur. Mulanya, UU 78 UU Ketenagakerjaan
menyebutkan jika waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam
dalam 1 hari dan 14 jam dalam seminggu.

Bunyi pasal 78 yang diubah pada poin 22 pasal 81 yaitu “ waktu kerja lembur hanya
dapat dilakukan paling lama 4 (empat) jam dalam 1(satu) hari dan 18 jam (delapan
belas) jam dalam 1 (satu) minggu”
Perubahan UU Omnibus Law yang berhubungan
dengan Keselamatan kerja

c) Pasal 93 huruf a

RUU Cipta Kerja ini bakal menghapus ketentuan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal tersebut mengatur tentang aturan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Di antaranya berisi ketentuan PKWT
hanya boleh dilakukan paling lama dua tahun dan hanya boleh diperpanjang satu kali
untuk jangka waktu paling lama satu tahun yang akibatnya bisa saja para pekerja
dikontrak seumur hidup
Perubahan UU Omnibus Law yang berhubungan
dengan Keselamatan kerja

d) Pasal 82

Pasal 82 UU Cipta Kerja membahas tentang jaminan sosial yang diterima pekerja. Di
dalamnya mencakup jaminan kehilangan pekerjaan, yang tidak ada sebelumnya di
UU 13/2003. Jaminan kehilangan pekerjaan ini ditujukan bagi karyawan yang
mengalami PHK dan programnya dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Perubahan UU Omnibus Law yang berhubungan
dengan Keselamatan kerja

e) Pasal 93

Pasal 93 Penghapusan izin atau cuti khusus antara lain untuk cuti atau tidak masuk
saat haid hari pertama, keperluan menikah, menikahkan, mengkhitankan, pembaptisan
anak, istri melahirkan/keguguran dalam kandungan hingga adanya anggota keluarga
dalam satu rumah yang meninggal dunia.
Perubahan UU Omnibus Law yang berhubungan
dengan Keselamatan kerja

f) Pasal 88 B
Pasal 89 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berbunyi:

1. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat terdiri atas:
a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.
2. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diarahkan kepada pencapaian
kebutuhan hidup layak.

Sementara, Pasal 88 B dalam Omnibus Law Cipta Kerja berbunyi Upah ditetapkan berdasarkan:


satuan waktu; dan/atau satuan hasil.
Dampak Penetapan Omnibus Law bagi Keselamatan Kerja

Menurut kami dampak pasal 79 ayat (2) huruf (b) sangat


merugikan khususnya untuk nakes karena waktu untuk istirahat
sangat kurang. Yang biasanya 1 minggu libur 2 hari, dalam
pasal tersebut hanya dituliskan bahwa libur dalam 1 minggu
Dampak Pasal 79 hanya 1 hari. Hal ini dapat mempengaruhi keselamatan kerja
nakes, karena beban kerja khususnya nakes sangat besar
ayat (2) huruf (b) dengan memberi pelayan serta perawatan untuk banyak pasien
yang ada di RS. Dengan banyaknya pasien dapat menyebabkan
kelelahan bagi para nakes sehingga kemungkinan besar dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Waktu libur 2 hari
dalam 1 minggu seharusnya digunakan untuk beristirahat
cukup.
Dampak Penetapan Omnibus Law bagi Keselamatan Kerja

Dampak dari UU pasal tersebut yaitu dengan bertambahnya jam lembur


dapat membuat stres psikologi bagi pekerja khususnya nakes. Karena
dengan jam lebur yang diperpanjang dapat membuat pekerja menjadi
memiliki waktu beristirahat yang kurang. Dan jika untuk nakes waktu
Pasal 81 poin 22 istirahat kurang dapat membuat kesehatan terganggu dan dapat
mempengaruhi pemberiaan pelayanan kesehatan sehingga dapat
menjadi salah satu penyebab dari terjadi kecelakaan kerja. Dan juga
dapat menyebabkan keselamatan pasien terancam yang di sebabkan
petugas kesehatan kelelahan sehingga tidak fokus karena jam lembur
yang bertambah.
Dampak Penetapan Omnibus Law bagi Keselamatan Kerja

Dampak bagi pekerja dengan kemungkinan adanya kontrak seumur


hidup, maka bisa saja pekerja yang sudah terpaksa menandatangani
kontrak mengalami rasa jenuh bekerja . Tersebut dan mengalami
gangguan kesehatan mental. Kontrak seumur hidup juga sangat
Pasal 93 huruf a merugikan pekerja apabila instalasi yang di naungi mengalami
kebangkrutan dll, kemudian dari kebangkrutab tsb akan muncul
masalah-masalah lainnya seperti, keselamatan untuk para pekerja yang
sudah tidak terkendali karena alat-alat pekerja yang kemungkinan saja
tidak diganti ketika sudah saatnya diganti Sedang mengalami bangkrut.
Dampak Penetapan Omnibus Law bagi Keselamatan Kerja

Dalam Pasal 82 UU Cipta Kerja disebutkan juga kalau manfaat jaminan


kehilangan pekerjaan ini berupa uang tunai, akses informasi pasar
kerja, dan pelatihan kerja. Sumber dananya berasal dari modal awal
pemerintah, rekomposisi iuran program jaminan sosial, dan/atau dana

Dampak Pasal 82 operasional BPJS Ketenagakerjaan.

Dampak bagi keselamatan pekerja yaitu aturan ini tentu bisa membantu
para pekerja yang kehilangan pekerjaan sebelum menemukan pekerjaan
baru. Apalagi, pada masa pandemi seperti sekarang. Tapi, tentunya juga
perlu dilihat lagi apakah ketentuan teknisnya benar-benar berpihak
kepada para pekerja.
Dampak Penetapan Omnibus Law bagi Keselamatan Kerja

Dampak bagi pekerja mengingat reaksi Haid tiap wanita berbeda-beda


atau bahkan ada yang tidak bisa menahan rasa nyeri-nya, hal ini
kenungkinan akan merugikan para pekerja dan semakin minim adanya
toleransi untuk tetap menjaga kesehatan dan keselamatan dalam
Dampak Pasal 93
bekerja. Melahirkan/keguguran respon tiap orang berbeda-beda, ada
beberapa orang yang sama sekali tidak bisa berdiri karena melahirkan
melalui proses cesar. Hal ini jika tetap dipaksakan untuk tidak boleh
dapat cuti akan berakibat fatal untuk kegiatan orang tersebut dalam
bekerja.
Dampak Penetapan Omnibus Law bagi Keselamatan Kerja

Poin upah per jam akan menyebabkan dampak bagi perawat


yang akan di outsourcing pekerjaannya, karena bebas tidak ada
Dampak Pasal 88 B peraturan yang mengikat. Banyak pekerjaan-pekerjaan yang
nantinya digaji per jam, jika upah per jam, maka akan
menyebabkan outsourcing.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai