Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATANGERONTIK

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHANKEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATANLANSIA
LANSIADENGAN
DENGANGANGGUAN
GANGGUAN
SISTEMMUSKULOSKELETAL
SISTEM MUSKULOSKELETAL(OSTEOATHRITIS)
(OSTEOATHRITIS)&&
INTEGUMEN(DEKUBITUS)”
INTEGUMEN (DEKUBITUS)”
KonsepLanjut
Konsep LanjutUsia
Usia(Lansia)
(Lansia)

Menurut World Health Organisation (WHO) lansia adalah seseorang yang sudah berada
di usia 60 tahun keatas. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan manusia.
Manusia yang berada pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh
disebabkan perubahan atau penurunan fungsi organ-organ tubuh (Kurnianto, 2015). Lanjut
usia sering dihubungkan dengan usia yang sudah tidak produktif, bahkan diasumsikan
menjadi beban terhadap yang berusia produktif.
KlasifikasiLanjut
Klasifikasi LanjutUsia
Usia

Berdasarkan WHO dalam Kurnianto, (2015) lanjut usia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Usia Lanjut (elderly) : usia 60-75 tahun
2. Usia tua (old) : usia 76-90 tahun
3. Usia sangat tua (very old) : usia >90 tahun
Perubahan Fisik Pada Lanjut Usia
Perubahan Sel
Perubahan Genitourinaria

Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan Gastrointestinal

Perubahan Sistem Pernapasan


Perubahan Muskuloskeletal

Perubahan Integumen
Perubahan Sistem Persarafan

Perubahan Sistem
Reproduksi
Perubahan Sensorik
Perubahan Sistem Muskuloskeletal pada
Lansia
Sistem musculoskeletal merupakan sistem yang terdiri dari tulang , sendi dan otot. Sistem
tersebut paling erat kaitannya dengan mobilitas fisik individu. Seiring bertambahnya usia
terdapat berbagai perubahan yang terjadi pada sistem musculoskeletal.
Tulang mencapai kematangan pada saat dewasa awal rtetapi terus melakukan renovasi
sepanjang kehidupan. Secara umum, perubahan fisiologis pada tulang lansia adalah
kehilangan kandungan mineral tulang. Keadaan tersebut berdampak pada lintas risiko fraktur
dan kejadian terjatuh. Selain itu, terjadi juga penurunnan massa tulang atau disebut
osteopenia. Jika tidak segera ditangani osteopenia bisa berlanjut menjadi osteoporosis yang
ditandai dengan berkurangnya kepadatan tulang dan meningkatkan laju kehilangan tulang.
Definisi
Definisi
Osteoarthritis
Osteoarthritis

Osteoarthritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis


(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer
dalam Renny, 2014)

Osteoarthritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan


yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan
meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46
tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. (Renny,
2014).
Klasifikasi
Klasifikasi

Osteoathritis diklasifikasikan menjadi :


1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadiaan atau penyakit sebelumnya yang

berhubungan dengan osteoarthritis


2. Tipe sekunder seperti trauma, infeksi dan pernah fraktur
Etiologi
Etiologi
Penyebab dari osteoarthritis hingga saat ini masih belum terungkap namun
beberapa faktor resiko timbulnya osteoarthritis antara lain :

Umur Trauma

Jenis kelamin Akibat Penyakit Radang Sendi Lain

Genetik Penyakit endokrin

Kegemukan
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis

1. Nyeri sendi: keluhan utama dan cenderung memiliki onset yang perlahan.
2. Hambatan gerak sendi: gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Nyeri bertambah dnegan aktifitas, membaik dengan istirahat , terasa paling nyeri pada akhir
hari, dan seiring dengan memburuknya penyakit menjadi semakin parah, sampai pada tahap
dimana pergerakan minimal saja sudah menimbulkan rasa nyeri dan bisa mengganggu tidur.
4. Kekakuan pling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang sepanjang hari dengan
periode istirahat.
5. Krepitasi: rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
6. Pembesaran sendi (deformitas).
7. Perubahan gaya berjalan.
8. Tanda-tanda peradangan: tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan serologi (untuk indikasi inflamasi) dan cairan synovial


dalam batas normal,
pemeriksaan mikroskopis.
2. Foto rontgen polos menunjukkan penurunan progresif massa
kartilago sendi sebagai
penyemprotan roongga sendi.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Pengelolaan Osteoarthritis berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat
ringannya Osteoarthritis yang diderita. Penatalaksanaannya terbagi atas 3 hal,
yaitu:

Terapi non- Terapi Pembedahan


Terapi non- Terapi Pembedahan
farmakologis
farmakologis

Terapi farmakologis
Terapi farmakologis
Patofisiologi
Patofisiologi

Penyakit ini asimetris, tidak meradang


(Non inflammatory) dan tidak ada
komponen sistemik. Osteoarthritis
adalah suatu kelaianan berupa
poliferasi tulang pada batas sendi dan
tulang subkondral akibat deteriorasi
tulang rawa sendi.
Konsep Gangguan Integumen (Dekubitus) Pada
Lansia
Dekubitus adalah kerusakan / kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus
menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Apabila ini berlangsung
lama hal ini dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan
akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel (Nurarif, 2015)
Etiologi Gangguan Integumen (Dekubitus)
Pada Lansia
a. Faktor Intrinsik : penuaan (regenerasi sel lemah), sejumlah penyakit yang
menimbulkan seperti DM, Status gizi, underweight atau kebalikannya
overweight, Anemia, Hipoalbuminemia, Penyakit-penyakit neurologic dan
penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah. Keadaan hidrasi / cairan
tubuh.
b. Faktor Ekstrinsik : Keberishan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan
kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada
suatu sikap tertentu, duduk yang buruk, posisi yang tidal tepat, perubahan
posisi yang kurang.
Manifestasi Klinis

a. Tanda cidera awal adalah kemerahan yang tidak menghilang apabila


ditekan ibu jari
b. Pada cidera yang lebih berat dijumpai ulkus dikulit
c. Dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistemik peradangan, termasuk
demam dan peningkatan hiung sel darah putih
d. Dapat terjadi infeksi sebagai akibat dari kelemahan dan perawatan di
Rumah Sakit yang berkepanjangan bahkan pada ulkus kecil
Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur : pertumbuhan mikroorganisme tiruan atau sel-sel jaringan
b. Albumin serum : protein utama dalam plasma dan cairan serosa lain

Penatalaksanaan
a. Observasi keadaan kulit
b. Mobilisasi
c. Status Nutrisi
d. Nyeri
e. Infeksi
Patofisiologi
a. Immobilisasi/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring (lebih dari
2 jam), tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit
mencapai 30-45 mmHg (normal : tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16
mmHg-33 mmHg), iskemik, nokrosis jaringan kulit.

b. selain faktor tegangan, ada faktor lain yaitu : faktor teragangnya kulit misalnya
gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan posisi dengan setengan berbaring

c. Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat
tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal”dari area tubuh lainnya.
Patofisiologi
a. Immobilisasi/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring (lebih dari
2 jam), tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit
mencapai 30-45 mmHg (normal : tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16
mmHg-33 mmHg), iskemik, nokrosis jaringan kulit.

b. selain faktor tegangan, ada faktor lain yaitu : faktor teragangnya kulit misalnya
gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan posisi dengan setengan berbaring

c. Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat
tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal”dari area tubuh lainnya.
ASKEP TEORI
INTEGUMEN DAN ASKEP
KASUS LIHAT DI WORD
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai