DAN
PERKEMBANGANNYA
PEMBAHASAN
Aspek Fisiologis, Aspek Psikologis, Aspek Psiko-sosiologis, Aspek
Psiko-spiritual, Aspek Psikoetika dan Moral
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
2
Dr. M. Yusuf Mappiasse, M.Pd.
Click icon to add picture
Pengertian Konsep
Diri
Agustiana, 2009
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang
tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-
pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan
lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan,
melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus
dan terdiferensiasi.
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
3
Dr. M. Yusuf Mappiasse, M.Pd.
Click icon to add picture
Pengertian Konsep
Diri
Aprianto, 2012
Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang
mencangkup keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana
cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita
merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan
diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
4
Dr. M. Yusuf Mappiasse, M.Pd.
ASPEK ASPEK KONSEP DIRI
Konsep diri (self-concept) ialah gambaran diri sendiri yang bersifat menyeluruh terhadap
keberadaan diri seseorang. Konsep diri ini bersifat multi- aspek yaitu meliputi 4 (empat) aspek
seperti (1) aspek fisiologis, (2) psikologis, (3) psikososiologis (4) psiko-spiritual maupun (5) psiko-
etika dan moral (Dariyo, 2011).
1
Aspek Fisiologis
2
Aspek Psikologis
3
Aspek Psiko-sosiologis
Aspek fisiologis dalam diri berkaitan dengan unsur- Aspek-aspek psikologis (psychological aspect) Yang dimaksud dengan aspek psiko-sosiologis
unsur fisik, seperti warna kulit, bentuk, berat atau tinggi meliputi tiga hal yaitu: (psychosociological aspect) ialah pemahaman individu
badan, raut muka (tampan, cantik, sedang, atau jelek), yang masih memiliki hubungan dengan lingkungan
memiliki kondisi badan yang sehat, normal/cacat dan (1) kognisi (kecerdasan, minat dan bakat, kreativitas, sosialnya. Aspek psiko-sosiologis ini meliputi 3 (tiga)
kemampuan konsentrasi), unsur yaitu:
sebagainya. Karakteristik fisik mempengaruhi
bagaimana seseorang menilai diri sendiri, demikian (2) afeksi (ketahanan, ketekunan dan keuletan (1) orangtua saudara kandung, dan kerabat dalam
pula tak dipungkiri bahwa orang lain pun menilai bekerja, motivasi berprestasi, toleransi stress) keluarga
seseorang diawali dengan penilaian terhadap haI-hai maupun (2) teman-teman pergaulan (peer-group) dan
yang bersifat fisiologis. Walaupun belum tentu benar,
(3) konasi (kecepatan dan ketelitian kerja, coping kehidupan bertetangga
masyarakat seringkali melakukan penilaian awal
terhadap penampilan fisik untuk dijadikan sebagai stress, resiliensi). (3) lingkungan sekolah (guru, teman sekolah, aturan-
dasar respon perilaku seseorang terhadap orang lain. Pemahaman dan penghayatan unsur-unsur aspek aturan sekolah).
psikologis tersebut akan mempengaruhi penilaian Oleh karena itu, seseorang yang menjalin hubungan
terhadap diri sendiri. Penilaian yang baik akan dengan lingkungan sosial dituntut untuk dapat memiliki
meningkatkan konsep diri yang positif (positive self- kemampuan berinteraksi sosial (social/interaction),
PSIKOLOGI PENDIDIKAN concept), sebaliknya penilaian yang buruk cenderung komunikasi, menyesuaikan diri (adjustment) dan bekerja
akan mengembangkan konsep diri yang negatif sama (cooperation) dengan mereka. 5
Dr. M. Yusuf Mappiasse, M.Pd. (negative seIf- concept).
ASPEK ASPEK KONSEP DIRI
Konsep diri (self-concept) ialah gambaran diri sendiri yang bersifat menyeluruh terhadap
keberadaan diri seseorang. Konsep diri ini bersifat multi- aspek yaitu meliputi 4 (empat) aspek
seperti (1) aspek fisiologis, (2) psikologis, (3) psikososiologis (4) psiko-spiritual maupun (5) psiko-
etika dan moral (Dariyo, 2011).
4
Aspek Psiko-spiritual
5
Aspek Psikoetika dan
Moral
Aspek psiko-spiritual (spiritual aspect) ialah Aspek psikoetika dan moral (moral aspect)
kemampuan dan pengalaman individu yang yaitu suatu kemampuan memahami dan
berhubungan dengan nilai-nilai dan ajaran
agamanya. Aspek spiritual disebutjuga sebagai melakukan perbuatan berdasarkan nilai-
aspek theologis (theological aspect) yang bersifat nilai etika dan moralitas. Setiap pemikiran,
transendental. Aspek spiritual meliputi tiga (3) unsur perasaan, dan perilaku individu harus
yaitu: (1) ketaatan beribadah, (2) kesetiaan berdoa mengacu pada nilainilai kebaikan,
dan puasa, (3) kesetiaan menjalankan ajaran agama.
keadilan, kebenaran, dan kepantasan. Oleh
Diri yang berhubungan dengan aspek spiritual ini karena itu, proses penghayatan dan
bersifat vertikal artinya keberadaan diri individu pengamatan individu terhadap nilai-nilai
masih berhubungan erat dengan Tuhan. Implikasi
praktis dari kedekatan dengan Tuhan tersebut akan moral tersebut menjadi sangat penting,
terpancar dalam perilaku individu yang religius dan karena akan dapat menopang keberhasilan
kesungguhan individu mengasihi orang lain seperti seseorang dalam melakukan kegiatan
PSIKOLOGI PENDIDIKAN mengasihi diri sendiri. penyesuaian diri dengan orang lain. 6
Dr. M. Yusuf Mappiasse, M.Pd.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP
DIRI
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
7
Dr. M. Yusuf Mappiasse, M.Pd.
Menurut Priyatna (2010), tidak ada penyebab tunggal dari bullying. Banyak
faktor yang terlibat dalam hal ini, baik itu faktor pribadi anak, keluarga,
KONSEP DIRI lingkungan, bahkan sekolah semua turut mengambil peran. Semua faktor tersebut,
baik yang bersifat individu maupun kolektif, memberi kontribusi kepada seorang
DAN PERILAKU anak sehingga akhirnya dia melakukan tindakan bullying. Karakteristik keluarga
memberi kontribusi yang penting karena disinilah anak mulai belajar berperilaku
KEKERASAN dari interaksi yang dilakukan dengan orangtua dan saudara-saudaranya.
Kebanyakan anak yang menjadi pelaku bullying adalah anak yang kurang
mendapatkan kehangatan dan kasih sayang dari keluarganya, bahkan sebaliknya,
dia hanya mendapati sosok orangtua yang hanya berfokus pada kekuasan dan
dominansi. Perilaku agresif yang ditampilkan anak bukan hanya karena selalu
Pemberitaan kasus bullying ataupun
ditolerir oleh keluarganya, tetapi boleh jadi memang sudah merupakan cerminan
kekerasan di sekolah makin sering dari nilai-nilai yang dianut oleh keluarganya di rumah.
ditemui baik melalui informasi di
media cetak maupun televisi. Selain
tawuran antar pelajar sebenarnya ada Orang tua yang melakukan tindakan kekerasan kepada anak dengan cara
bentuk-bentuk perilaku agresif atau memarahi atau memukul anak berdampak trauma pada jiwa anak, dan itu sangat
kekerasan yang mungkin sudah lama berbahaya bagi perkembangan jiwa anak kelak, selain itu juga dapat menurunkan
terjadi di sekolah-sekolah, namun kepercayaan diri pada anak sehingga anak lebih sering menyendiri, kegiatan
tidak mendapat perhatian, bahkan sosial anak menjadi terganggu (Mulyadi, 2008). Bullying menyebabkan anak
mungkin tidak dianggap sesuatu hal mengalami luka fisik dan psikis serta menimbulkan traumatis yang
yang serius. berkepanjangan pada anak dan dapat menyebabkan depresi. Anak-anak korban
bullying terus memiliki ingatan bullying hingga dewasa, sehingga kemungkinan
besar mereka kelak akan menindas anak-anak mereka sendiri, gagal dalam
PSIKOLOGI PENDIDIKAN hubungan antar pribadi. 8
Dr. M. Yusuf Mappiasse, M.Pd.
Selain faktor keluarga, konsep diri juga merupakan faktor yang dapat memicu
timbulnya perilaku bullying. Organisme dan diri (self) adalah dua identitas yang
dapat kongruen satu sama lain ataupun tidak. Inkongruensi antara konsep diri dan
pengalaman organismik adalah sumber dari gangguan psikologis. Semakin besar
ingkongruensi antara diri yang dirasakan (konsep diri) dengan pengalaman
organismik, individu akan semakin rentan. Kaitannya dengan perilaku bullying,
KONSEP DIRI maka individu yang memiliki konsep diri rendah atau negatif maka memiliki
potensi yang tinggi melakukan bullying dibandingkan individu yang memiliki
DAN PERILAKU konsep diri tinggi atau positif.
KEKERASAN Remaja yang menjadi pelaku pembulian tidak hanya cenderung tumbuh dewasa
dengan menjadi orang tua yang melakukan penganiayaan, tetapi juga memiliki
anak yang memiliki kecenderungan untuk menjadi pelaku pembulian. Sebenarnya
perilaku pembulian dimulai dari rumah. Anak-anak belajar untuk menjadi agresif
(terkait dengan perilaku pembulian) terhadap anak lainnya, terutama kepada anak
Pemberitaan kasus bullying ataupun yang lebih lemah dari diri mereka sendiri, dengan mengamati bagaimana interaksi
kekerasan di sekolah makin sering anggota keluarga mereka sehari-hari.
ditemui baik melalui informasi di
media cetak maupun televisi. Selain Menurut Usman (2013), kepribadian juga menjadi penyebab terjadinya perilaku
tawuran antar pelajar sebenarnya ada bullying. Kepribadian memiliki pengaruh besar pada siswa dalam melakukan
bentuk-bentuk perilaku agresif atau perilaku bullying atau menjadi pelaku bullying. Hal ini mengarah pada
kekerasan yang mungkin sudah lama perkembangan tingkah laku personalitas dan sosial siswa. Salah satu aspek
terjadi di sekolah-sekolah, namun kepribadian yaitu konsep diri.
tidak mendapat perhatian, bahkan Konsep diri yang negatif mempengaruhi munculnya tingkah laku yang
mungkin tidak dianggap sesuatu hal berlawanan atau bertentangan terhadap norma-norma dalam masyarakat.
yang serius. Umumnya siswa yang memiliki konsep diri negatif akan menunjukkan perilaku
yang negatif pula dalam pergaulan dan sulit untuk melakukan kontrol atau
mengendalikan diri jika menghadapi suatu situasi tertentu.
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
9
Dr. M. Yusuf Mappiasse, M.Pd.
THANK
YOU!
Nama: NIM: Kelas:
Nurul Izzah Qurratu’aini 1929040018 PTIK A 2019
10