Anda di halaman 1dari 22

PERUBAHAN

IKLIM

Oleh
AGUS HALIM
PENGERTIAN DAN SUMBER
PENYEBABNYA

 Perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya


suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-
angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100
tahun (inter centenial).
 Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh kegiatan manusia
(anthropogenic), khususnya yang berkaitan dengan pemakaian
bahan bakar fosil dan alih-guna lahan;
 Perubahan tersebut dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor
alami, seperti tambahan aerosol dari letusan gunung berapi,
kondisi iklim ekstrem seperti siklon yang dapat terjadi di dalam
suatu tahun (inter annual); dan El-Nino serta La-Nina yang
dapat terjadi di dalam sepuluh tahun (inter decadal).
Changes of global Temperature
Global temperature continues to increase but not
uniform

Global temperature anomaly of 2001-2005 relative to


global mean temperature of 1951–1980 (Hansen et al., 2006)
Sumber : Prof. Rizaldi Boer (2012)
Historical Change: 1901-1930

Source: Faqih, 2012 dalam Boer (2012)


1911-1940

Source: Faqih, 2012 dalam Boer (2012)


1921-1950

Source: Faqih, 2012 dalam Boer


1931-1960

Source: Faqih, 2012 dalam Boer (2012)


1941-1970

Source: Faqih, 2012 dalam Boer (2012)


1951-1980

Source: Faqih, 2012 dalam Boer (2012)


1961-1990

Source: Faqih, 2012 dalam Boer (2012)


1971-2000

Source: Faqih, 2012 dalam Boer (2012)


1981-2009

Source: Faqih, 2012 dalam Boer (2012)


Number of tropical depressions, tropical storms, and
typhoons increased leading to massive flood and land
slide in many part of the SEA region
Estimated cost of damages from
Number of floods/storms floods/storms (in million USD

Indonesia Philippines Thailand Vietnam


Source: ADB, 2009 dalam Boer (2012)
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

SEKTOR PERTANIAN

 Penurunan produktivitas pangan yang disebabkan oleh peningkatan sterilitas


serealia (gandum), penurunan areal yang dapat diirigasi dan penurunan
efektivitas penyerapan hara serta penyebaran hama dan penyakit.
 Jika adaptasi tidak dilakukan, dunia akan mengalami penurunan produksi
pangan hingga 7 persen. Namun dengan adaptasi yang tingkatnya lanjut,
artinya biayanya tinggi, produksi pangan dapat distabilkan.
 Stabilisasi produksi pangan pada iklim yang berubah akan memakan biaya
yang sangat tinggi, misalnya dengan meningkatkan sarana irigasi, pemberian
input (bibit, pupuk, insektisida/pestisida) tambahan.
 Di Indonesia dengan skenario konsentrasi CO2 dua kali lipat dari saat ini
produksi padi akan meningkat hingga 2,3 persen jika irigasi dapat
dipertahankan. Tetapi jika sistem irigasi tidak mengalami perbaikan produksi
padi akan mengalami penurunan hingga 4,4 persen (Matthews et al., 1995)
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
EKOSISTEM DAN LINGKUNGAN

 Suhu yang lebih hangat akan menyebabkan pergeseran spesies


vegetasi dan ekosistem. Daerah pegunungan akan kehilangan banyak
spesies vegetasi aslinya dan digantikan oleh spesies vegetasi dataran
rendah.
 Kondisi sumberdaya air yang berasal dari pegunungan juga akan
mengalami gangguan. Selanjutnya stabilitas tanah di daerah
pegunungan juga terganggu dan sulit mempertahankan keberadaan
vegetasi aslinya. Dampak ini tidak begitu nyata di daerah lintang
rendah atau daerah berelevasi rendah.
 Kebakaran hutan makin sering dijumpai di Indonesia. Kejadian
tersebut dapat dipicu oleh perubahan iklim, dimana disebabkan juga
oleh aktivitas manusia yang berkaitan dengan pembukaan lahan.
Disamping itu juga diakibat oleh kejadian El-Nino yang memberikan
kondisi cuaca yang kering sehingga mudah terjadinya kebakaran.
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
EKOSISTEM DAN LINGKUNGAN
 Meningkatnya jumlah penduduk memberikan tekanan pada
penyediaan air, terutama pada daerah perkotaan. Banyak penduduk
perkotaan kini mengalami kesulitan mendapatkan air bersih,
terutama mereka yang berpendapatan dan berpendidikan atau
berketerampilan rendah. Dampak perubahan iklim yang
menyebabkan perubahan suhu dan curah hujan akan memberikan
pengaruh terhadap ketersediaan air dari limpasan permukaan, air
tanah dan bentuk reservoir lainnya. Pada tahun 2080 akan terdapat 2
hingga 3,5 milyar orang akan kekurangan air.
 Pada beberapa daerah aliran sungai (DAS) penting di Indonesia
ketersediaan air permukaan diperkirakan akan meningkat karena
meningkatnya suplus dan menurunnya defisit. Di DAS Citarum, Jawa
Barat peningkatan tersebut mencapai 32%, di DAS Brantas Jawa
Timur 34%, dan di DAS Saadang, Sulawesi Selatan 132% (Murdiyarso,
1994).
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

EKOSISTEM DAN LINGKUNGAN

 Dengan meningkatnya kejadian banjir maka daya tampung sungai akan


menurun akibat peningkatan limpasan permukaan dan menurunnya daya
tampung sungai dan waduk akibat peningkatan erosi dan sedimentasi.
 Secara global catatan bencana banjir menunjukkan peningkatan yang
signifikan selama 40 tahun terakhir dengan kerugian ekonomis ditaksir
sekitar US$ 300 milyar pada dekade terakhir dibanding hanya US$ 50
milyar pada dekade tahun 1960-an.
 Kawasan pesisir merupakan daerah yang paling rentan akibat kenaikan
muka-laut sebagai akibat melelehnya gletser dan es di kedua kutub bumi.
Dalam 100 tahun terakhir, muka laut telah naik antara 10-25 cm. Dalam
100 tahun perubahan suhu telah meningkatkan pemuaian volume air laut
dan meningkatkan ketinggiannya. Dari berbagai skenario, peningkatan
tersebut berkisar antara 13 hingga 94 cm dalam 100 tahun mendatang
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

EKOSISTEM DAN LINGKUNGAN

Indonesia cukup rentan terhadap kenaikan muka-laut seperti negara-


negara yang berpantai landai seperti Bangladesh. Kenaikan muka laut
hingga 1,5 m dapat berpengaruh terhadap 17 juta penduduk Bangladesh.
Tetapi hanya dengan kenaikan 1 m dampak sosial-ekonomi terhadap
pertanian pantai di beberapa kabupaten di Jawa Barat bagian utara sudah
sangat besar (Parry et al., 1992).
Transmisi beberapa penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor iklim. Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap faktor-
faktor iklim, khususnya suhu dan kelembaban. Penyakit yang tersebar
melalui vektor (vector-borne diseases,VBDs) seperti malaria, demam
berdarah (dengeue) dan kaki gajah (schistosomiosis) perlu diwaspadai
karena transmisi penyakit seperti ini akan makin meningkat dengan
perubahan iklim. Di banyak negara tropis penyakit ini merupakan
penyebab kematian utama.
EPILOG: Climate and Leadership
Climate variability,

ADAPTASI
PALNNED
and climate extreme Impact on human and
(flood, drought, heat natural system (Food,
stress, SLR) water availability,
CLIMATE CHANGE
health, etc)

Increasing resilience to
current and future climate risk
LEADERSHI WE NEED INOVATIVE SOLUTION & CREATIVITY  BAU IS AUTONOMOUS
NOT ENOUGH  LONG-TERM VISION  COLLECTIVE AND
P IS KEY ISSUE INTEGRATED ACTIONS  ENHANCE SYNERGY
ADAPTATION
Low Carbon Development
Emission and rapid
MITIGATIO
increase of GHG Development rate and direction,
concentration in the socio-economic development
N

atmosphere (population, technology,


economic growth, governance)
Sumber : Boer (2012)
CLIMATE LEADERSHIP PROGRAM
Key Message
(Prof. Dr. Rizaldi Boer, M.Sc)

 Our climate has changed due to the increase of GHG emission in


the atmosphere occurred in past (after re-industrial era) – in the
last 50-100 years.
 The change in climate varies with locations
 The increase in extreme weather and climate events have been
found to be associated with the global warming
 Further increase in GHG concentration in the atmosphere may
intense extreme weather and climate events (change in mean and
variability).
 IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) 4th AR suggested
that the GHG concentration in the atmosphere should be stabilize
at 450 ppm by 2050 to avoid the increase in temperature of more
than 2oC.
(IPCC didirikan pada thn 1988 oleh WMO (World Meteorological
Organization) and UNEP (United Nations Environment
Programme .......2 organisasi di bawah PBB.
NEED TO INTEGRATE ADAPTATION AND
MITIGATION
(Prof. Dr. Rizaldi Boer, M.Sc)

• Without doing climate change mitigation,


the impact of climate disasters will be
more severe, the investment required for
managing climate disasters will be more
expensive and cost for recovery will also
increase significantly. This will create a
spiral of debt burden on developing
countries.

Anda mungkin juga menyukai