Anda di halaman 1dari 9

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keberadaan gulma masih menjadi kendala, terutama dibidang pertanian dan
perkebunan. Gulma yang tumbuh pada kondisi, tempat, dan waktu yang tak diinginkan,
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Ini sangat
membahayakan karena dapat menghalangi dan menurunkannya sasaran produksi tanaman
pertanian atau sebagainya. Berbagai usaha manusia dalam mengatasi laju pertumbuhan
gulma adalah dengan memberantas dan mengendalikannya.
Untuk itu, perlu terlebih dahulu untuk mengamati karakteristik gulma tersebut.
Salah satu caranya adalah dengan mengambil sampel gulma dan menjadikannya sebagai
hebarium. Herbarium sebagai suatu koleksi spesimen tumbuhan dapat digunakan sebagai
suatu media pembelajaran dalam membelajarkan mata kuliah Pengelolaan Gulma yang
terkait tentang morfologi dan klasifikasi tumbuhan. Untuk dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam ruangan perkuliahan Pengelolaan Gulma. herbarium harus dibuat dalam
bentuk herbarium kering.
Herbarium kering merupakan sebuah koleksi spesimen tumbuhan yang telah dipres
dan dikeringkan, serta ditempelkan pada kertas kemudian diberi label berisi keterangan
yang penting dan sulit dikenali secara langsung dari spesimen kering tersebut, diawetkan
serta disimpan dengan baik ditempat penyimpanan yang telah disediakan. Agar herbarium
ini mudah digunakan sebagai media pembelajaran di dalam ruang perkuliahan maka
peneliti mengembangkan herbarium kering dalam bentuk herbarium book, dimana
herbarium book merupakan kumpulan dari beberapa spesimen herbarium kering yang
ditempel pada kertas A3, disatukan dan dijilid sehingga membentuk sebuah buku
herbarium yang lebih praktis dalam penggunaannya.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui deskripsi dari spesies
gulma.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Gulma adalah tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuhnya dan bersifat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan. Gulma
memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada pertumbuhan tanaman. Apabila
pertumbuhan gulma lebih cepat dibandingkan tanaman, maka sudah dapat dipastikan
tanaman yang dibudidayakan akan mengalami pertumbuhan yang tidak optimal. Beberapa
jenis gulma bahkan ada yang memberikan efek racun pada perakaran tanaman, seperti
kandungan metabolit sekunder (cairan) pada akar alang-alang (Semangun, 1989).
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan
dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai
tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan tanaman kering untuk
keperluan studi maupun pengertian, tidak boleh diabaikan yaitu melalui pengumpulan,
pengeringan, pengawetan, dan dilakukan pembuatan herbarium. Herbarium merupakan
karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya untuk mendefinisikan suatu pohon,
namun segala sesuatu dari pohon. Mereka memegang bagian yang sebenarnya dari bagian
mereka itu. Nama latin untuk koleksi ini ataupun herbarium adalah Siccus Hortus, yang
secara harfiah berarti taman kering, dan setiap spesimen menekan yang terpasang pada
selembar kertas yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana
ditemukannya (Stacey, 2004).
Herbarium mempunyai dua pengertian, pertama diartikan sebagai tempat
penyimpanan spesimen tumbuhan baik yang kering maupun basah. Selain tempat
penyimpana juga digunakan untuk studi mengenai tumbuhan terutama untuk tatanama dan
klasifikasi. Herbarium sangat erat kaitannya dengan kebun botani, institute riset, ataupun
pendidikan. Pengertian kedua dari herbarium adalah specimen (koleksi tumbuhan), baik
koleksi basah maupun kering. Spesimen kering pada umumnya telah dipres dan
dikeringkan, serta ditempelkan pada kertas (kertas mounting), diberi label berisi
keterangan yang penting dan sulit dikenali secara langsung dari spesimen kering tersebut,
diawetkan serta disimpan dengan baik ditempat penyimpanan yang telah disediakan.
Spesimen basah yaitu koleksi yang diawetkan menggunakan larutan tertentu, seperti FAA
atau alkohol (Murni, 2015).
Herbarium dapat dibuat dengan dua macam cara, yaitu herbarium kering dan
herbarium basah. Sesuai dengan namanya herbarium kering disimpan dalam keadaan
kering, sedangkan herbarium basah disimpan dalam keadaan basah/ dalam arutan yang
berisi cairan tertentu (Revolusihadi, 1984).
Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan dirapikan,
kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu
spesimen (contoh). Tidak benar digabungkan beberapa spesimen di dalam satu lipatan
kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi material herbarium tersebut ditumpuk satu
diatas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan dengan dengan daya muat kantong plastik (40
× 60) yang akan digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik
dan disiram alkohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara
merata, kemudian kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alkohol
atau spiritus tidak menguap keluar dari kantong plastik.
Herbarium kering, cara kering menggunakan dua macam proses yaitu:
a. Pengeringan langsung
Pengeringan langsung yaitu tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal
di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng optimum sebaiknya di pres dalam
waktu dua minggu kemudian dikeringkan diatas tungku pengeringan dengan panas yang
diatur di dalam oven. Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan
mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk.
b. Pengeringan bertahap
Pengeringan bertahap yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air
mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas
koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku
pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering diperiksa dan
diupayakan agar pengeringan nya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan
kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian
material herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi. (Setyawan, 2005).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Gulma Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala pada hari Kamis, 1 November 2018 pukul
14.00-15.40 WIB.

3.2. Alat dan Bahan


1. Etano (alkohol) 70%
2. Gulma yang dijadikan herbarium
3. Kertas koran
4. Gunting
5. Isolasi

3.3. Metode Pelaksanaan Praktikum


1. Gulma dicuci bersih dari sisa-sisa tanah.
2. Gulma dibasahkan dengan alkohol
3. Diletakkan pada kertas Koran, lalu diberi isolasi.
4. Setelah gulma kering, maka ditempelkan pada kertas HVS dan berikan berupa
informasi yang ditempelkan disamping herbarium gulma tersebut, dan dicatat
kapan pengambilan, lokasi dan ketinggian lokasi serta perubahan yang terjadi
pada gulma sebelum dan sesudah pengeringan
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Gambar 1. Herbarium Pteris vittata Gambar 2. Herbarium Nephrolepis exaltata

Gambar 1. Herbarium Pteris vittata


4.2. Pembahasan
Nephrolepis biserrata termasuk famili Lomariopsidacea dan dikenal dengan nama
paku harupat. N. biserrata ditemukan di zona N. fruticants. N. Biserrata hidup merumpun,
akarnya berwarna coklat tua. Batang N. biserrata berwarna hijau kecoklatan dan tumbuh
tegak. Daun N. Biserrata berwarna hijau terang. N. Biserrata mempunyai daun majemuk.
Daun N. Biserrata tersusun rapat dan tersebar di sepanjang batang. Ujung daun N.
biserrata runcing, tepinya bergelombang, pangkalnya berlekuk. Daun N. Biserrata yang
masih muda menggulung berwarna hijau muda dan seluruh permukaan daunnya ditutupi
oleh bulu-bulu halus berwarna putih (LBN-LIPI, 1980). Sporangium N. Biserrata terdapat
dibagian permukaan bawahdaun yang terletak di tepi daun. Daun N. Biserrata yang
terletak dibagian atas lebih kecil daripada daun yang terletak dibagian bawah.
Pteris vittata termasuk paku tanah yaitu paku-pakuan yang hidup di tanah, tembok,
dan tebing terjal. Jenis paku ini menyukai kelembapan. Rimpangnya menjalar pada
pemukaan batuan dan akar-akarnya masuk ke celah-celah batu. Pteris vittata merupakan
paku jenis herba, memiliki daun majemuk menyirip, tepi daunya rata. Bentuk daunya
memanjang, berukuran ±3,5 cm, daun Pteris sp. tergolong anisofil yaitu daunya terdiri dari
dua ukuran yaitu yang satu lebih besar dari yang lainnya (Moertolo, 2004).
Daun muda menggulung dan akan membuka jika telah dewasa. Batang Pteris
vittata berbentuk bulat beralur secara longitudinal, beruas-ruas panjang dan kaku,
permukaan pada batangnya halus. Pada batangnya tidak di terdapat rambut. Warna batang
Pteris vittata hijau kecoklatan. Letak akar Pteris vittata yaitu pada pangkal rimpang yang
tegak dan bentuk akarnya tipis, kasar, dan warnanya coklat tua. Permukaan bawah daun
Pteris vittata terdapat sori (bentuk tunggal dari sorus), setiap sorus berisi kelompok
sporangia (penghasil spora).
Nephrolepis exaltata berhabitat di hutan belukar, rimba, rumput, pagar dan tepi air.
Pada umumnya hidup secara epifit pada pohon-pohon tropik. Helaian daunnya agak kaku,
anak daun duduk atau hampir duduk, kerap kali bersisik dengan kapur. Bentuk daun
menjorong dan ujungnya terbelah, sedangkan pada tepi daunnya bergerigi. Daun menyirip
tunggal, anak daun tidak berlekuk menyirip atau berbagi menyirip. Perkembangbiakan
dengan spora, bentuknya bulat tertutup selaput, letaknya agak ke dalam karena tepi daun
menggulung.
Nephrolepis exaltata memiliki ciri-ciri tidak mempunyai batang sesungguhnya,
akar rimpang tegak dan bersisik, daun lebat, tangkai daun bersisik jarang. Umumnya
tumbuhan ini memiliki akar yang tumbuh di bawah permukaan tanah, bersifat non
fotosintesis, berfungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah. Batang Nephrolepis exaltata
berbentuk bulat, terdapat seperti lekukan di permukaannya sepanjang batang tersebut.
Warna batang kecoklatan, permukaan halus akan tetapi terdapat rambut-rambut yang
sangat halus pada batangnya.
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
1. Herbarium dapat menjadi bahan peraga untuk proses pembelajaran.
2. Nephrolepis exaltata berhabitat di hutan belukar, rimba, rumput, pagar dan tepi air.
3. Nephrolepis biserrata termasuk famili Lomariopsidacea dan dikenal dengan nama
paku harupat.
4. Pteris vittata termasuk paku tanah yaitu paku-pakuan yang hidup di tanah, tembok,
dan tebing terjal.
5.2. Saran
Sebaiknya laboratorium diberi pewangi tambahan sehingga praktikum dapat
dilakukan dengan sedikit lebih nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Murni, Pinta dkk. Lokakarya Pembuatan Herbarium untuk Pengembangan Media


Pembelajaran Biologi di MAN Cendekia Muaro Jambi. Jurnal Pengabdian pada
Masyarakat, Vol. 30, No. 2 April-Juni 2015, h. 1.

Revolusihadi, Soemarno. 1984. Petunjuk Praktis Membuat Herbarium dan Pengawetan


Hewan. Semarang: PT.FFhar.

Semangun, H. 1989. Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Setyawan, A. D, Indrowuryatno, Wiryanto, Winanrno, K dan Susilowati, A. 2005.


Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah. Surakarta: Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Sebelas Maret.

Stacey, Robyn and Ashley Hay. 2004. Herbarium. New York: Cambridge University
Press.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pteris vittata Gambar 2. Nephrolepis


exaltata

Gambar 3. Nephrolepis biserata

Anda mungkin juga menyukai