PENDAHULUAN
Gulma adalah tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuhnya dan bersifat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan. Gulma
memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada pertumbuhan tanaman. Apabila
pertumbuhan gulma lebih cepat dibandingkan tanaman, maka sudah dapat dipastikan
tanaman yang dibudidayakan akan mengalami pertumbuhan yang tidak optimal. Beberapa
jenis gulma bahkan ada yang memberikan efek racun pada perakaran tanaman, seperti
kandungan metabolit sekunder (cairan) pada akar alang-alang (Semangun, 1989).
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan
dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai
tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan tanaman kering untuk
keperluan studi maupun pengertian, tidak boleh diabaikan yaitu melalui pengumpulan,
pengeringan, pengawetan, dan dilakukan pembuatan herbarium. Herbarium merupakan
karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya untuk mendefinisikan suatu pohon,
namun segala sesuatu dari pohon. Mereka memegang bagian yang sebenarnya dari bagian
mereka itu. Nama latin untuk koleksi ini ataupun herbarium adalah Siccus Hortus, yang
secara harfiah berarti taman kering, dan setiap spesimen menekan yang terpasang pada
selembar kertas yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana
ditemukannya (Stacey, 2004).
Herbarium mempunyai dua pengertian, pertama diartikan sebagai tempat
penyimpanan spesimen tumbuhan baik yang kering maupun basah. Selain tempat
penyimpana juga digunakan untuk studi mengenai tumbuhan terutama untuk tatanama dan
klasifikasi. Herbarium sangat erat kaitannya dengan kebun botani, institute riset, ataupun
pendidikan. Pengertian kedua dari herbarium adalah specimen (koleksi tumbuhan), baik
koleksi basah maupun kering. Spesimen kering pada umumnya telah dipres dan
dikeringkan, serta ditempelkan pada kertas (kertas mounting), diberi label berisi
keterangan yang penting dan sulit dikenali secara langsung dari spesimen kering tersebut,
diawetkan serta disimpan dengan baik ditempat penyimpanan yang telah disediakan.
Spesimen basah yaitu koleksi yang diawetkan menggunakan larutan tertentu, seperti FAA
atau alkohol (Murni, 2015).
Herbarium dapat dibuat dengan dua macam cara, yaitu herbarium kering dan
herbarium basah. Sesuai dengan namanya herbarium kering disimpan dalam keadaan
kering, sedangkan herbarium basah disimpan dalam keadaan basah/ dalam arutan yang
berisi cairan tertentu (Revolusihadi, 1984).
Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan dirapikan,
kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu
spesimen (contoh). Tidak benar digabungkan beberapa spesimen di dalam satu lipatan
kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi material herbarium tersebut ditumpuk satu
diatas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan dengan dengan daya muat kantong plastik (40
× 60) yang akan digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik
dan disiram alkohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara
merata, kemudian kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alkohol
atau spiritus tidak menguap keluar dari kantong plastik.
Herbarium kering, cara kering menggunakan dua macam proses yaitu:
a. Pengeringan langsung
Pengeringan langsung yaitu tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal
di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng optimum sebaiknya di pres dalam
waktu dua minggu kemudian dikeringkan diatas tungku pengeringan dengan panas yang
diatur di dalam oven. Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan
mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk.
b. Pengeringan bertahap
Pengeringan bertahap yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air
mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas
koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku
pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering diperiksa dan
diupayakan agar pengeringan nya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan
kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian
material herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi. (Setyawan, 2005).
BAB III. METODE PRAKTIKUM
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
1. Herbarium dapat menjadi bahan peraga untuk proses pembelajaran.
2. Nephrolepis exaltata berhabitat di hutan belukar, rimba, rumput, pagar dan tepi air.
3. Nephrolepis biserrata termasuk famili Lomariopsidacea dan dikenal dengan nama
paku harupat.
4. Pteris vittata termasuk paku tanah yaitu paku-pakuan yang hidup di tanah, tembok,
dan tebing terjal.
5.2. Saran
Sebaiknya laboratorium diberi pewangi tambahan sehingga praktikum dapat
dilakukan dengan sedikit lebih nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Stacey, Robyn and Ashley Hay. 2004. Herbarium. New York: Cambridge University
Press.
LAMPIRAN