Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gulma merupakan tumbuhan yang dapat mengganggu, merugikan dan sedikit
sekali manfaat yang ditimbulkan olehnya. Berbagai pengertian gulma yang telah diartikan
oleh para ahli, rata-rata dari mereka menyatakan bahwa gulma dapat merugikan
sekelilingnya baik tanaman ataupun manusia. Gulma tidak hanya bersaing diatas
permukaan tanah, dibawah tanah gulma juga melakukan persaingan dengan tanaman-
tanaman-tanaman disekelilingnya. Ini sangat membahayakan karena dapat menghambat
serta menghalangi pertumbuhan tanaman dan tercapainya sasaran produksi tanaman
pertanian atau sebagainya.
Saat ini, keberadaan gulma masih menjadi kendala, terutama dibidang pertanian
dan perkebunan. Namun dengan semakin berkembangnya teknologi, sekarang banyak
ditemukan cara pengelolaan gulma baik dengan memberantasnya ataupun mengolahnya
dengan memanfaatkan zat atau kandungan yang terdapat didalam gulma tersebut.
Ditemukannya herbisida sintetik sangat cepat memberantas kebedaraan gulma, namun
penggunaan yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan kondisi
tanah rusak dan terjadinya pencemaran lingkungan. Maka dari itu, teknik pengendalian
gulma ramah lingkungan sangat diperlukan.
Pemanfaatan herbisida alami dapat menjadi solusi daripada pengendalian gulma
ramah lingkungan. Telah ditemukan bahwa senyawa alelokimia pada tanaman ilalang,
kirinyuh dan babadotan dapat mempengaruhi pertumbuhan gulma lainnya terutama gulma
teki-tekian. Untuk mendapatkan senyawa alelokimia, diperlukan ekstrak pada tanaman
tersebut dengan berbagai cara yang akan dijelaskan pada praktikum ini. Diharapkan bahwa
dengan pemanfaatan ekstrak gulma kirinyuh, babadotan dan ilalang dapat meredam
pengendalian terhadap gulma teki yang selalu mengganggu para petani. Selain harganya
yang murah, pembuatan ekstrak gulma ini dapat dikatakan mudah, sehingga petani tidak
perlu membeli pestisida sintetis yang tergolong mahal.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh alelopati
dari beberapa ekstrak gulma dan ekstrak tanaman tahunan terhadap gulma teki.
2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Gulma adalah tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuhnya dan bersifat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan. Gulma
memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada pertumbuhan tanaman. Apabila
pertumbuhan gulma lebih cepat dibandingkan tanaman, maka sudah dapat dipastikan
tanaman yang dibudidayakan akan mengalami pertumbuhan yang tidak optimal. Beberapa
jenis gulma bahkan ada yang memberikan efek racun pada perakaran tanaman, seperti
kandungan metabolit sekunder (cairan) pada akar alang-alang (Semangun, 1989).
Rumput teki yang termasuk ke dalam famili Cyperaceae merupakan tanaman gulma
tahunan. Kulit umbi berwarna hitam dan berwarna putih kemerahan dalamnya, serta
memiliki bau yang khas. Bunga terletak pada ujung tangkai memiliki tiga tunas kepala
benang sari yang berwarna kuning jernih. Batang berbentuk segitiga, helaian daun
memiliki bentuk garis, dan warna permukaan berwarna hijau tua mengkilat dengan ujung
daun meruncing. Bunga rumput teki berbentuk bulir majemuk (Gunawan, 1998).
Alelopati merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman, alga,
bakteri dan jamur yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pertanian
dan sistem biologi. Pada tumbuhan senyawa alelopati dapat ditemukan diseluruh bagian
tanaman, tetapi tempat penyimpanan terbesar senyawa ini biasanya berlokasi di akar dan
daun. Senyawa alelopati dilepaskan ke lingkungan dengan beberapa cara, yaitu melalui
penguapan, pencucian, dikeluarkan melalui akar, dan dekomposisi residu tanaman dalam
tanah. Metabolit tersebut dapat berupa fenolik, flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan
cyanogenik glikosida, yang pada umumnya bersifat hidrofilik (Senjaya, 2007).
Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida ini dapat mempengaruhi
satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses pembelahan sel, perkembangan jaringan,
pembentukan klorofil, fotosintesis, respirasi, metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan
sebagainya) yang sangat diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan penganggu juga
terhadap tanaman yang dibudidayakan. Herbisida yang diaplikasikan dengan konsentrasi
tinggi akan mematikan seluruh bagian dan jenis tumbuhan. Pada dosis yang lebih rendah,
herbisida akan membunuh tumbuhan dan tidak merusak tumbuhan yang dibudidayakan
(Sjahril, 2011).
3

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut


sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Hasil ekstraksi disebut
dengan ekstrak, yaitu sediaan kering, cair, atau kental yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudiaan semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Simplisia yang
digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah bahan alam yang belum mengalami
pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan
(Agoes, 2007).
4

BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Gulma Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala pada hari Kamis, 25 Oktober 2018 pukul
14.00-15.40 WIB.

3.2. Alat dan Bahan


1. Gulma Kirinyuh (Chromolaena odorata)
2. Gulma Babadotan (Ageratum conyzoides)
3. Gulma Ilalang (Imperata cylindrica)
4. Plastik
5. Kaleng
6. Saringan
7. Tumbukan Kayu
8. Isolasi Besar
9. Kertas Label
10. Gulma Teki (Cyperus rotundus)
11. Methanol

3.3. Metode Pelaksanaan Praktikum


1. Bagian gulma yang akan dijadikan ekstrak dibersihkan.
2. Dikering anginkan sampai benar-benar kering.
3. Gulma ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam wadah perendaman.
4. Methanol dimasukkan secukupnya, lalu ditutup wadah dan didiamkan selama 2 x
24 jam.
5. Setelah 2 x 24 jam, gulma disaring dengan menggunakan saringan yang telah
diletakkan kapas.
6. Lalu dimasukkan ke dalam jirigen dan diberi label.
5

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
Alelopati larutan ekstak umbi teki menekan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan
bobot kering. Pada umur 60 hst, larutan ekstrak umbi teki 3500 ppm menekan tinggi
tumbuhan bayam duri hingga 54,25%. Larutan ekstrak umbi teki 3500 ppm dapat menekan
jumlah daun tumbuhan bayam duri 54,60% pada umur 60 hst. Pada umur 60 hst, larutan
ekstrak umbi teki 3500 ppm dapat menekan luas daun, dan bobot kering tumbuhan bayam
duri masing-masing hingga 75,58% luas daun, dan 69,46% bobot kering. Alelopati larutan
ekstrak umbi teki tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman jagung, akan
tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, luas daun, dan bobot kering tanaman
jagung. Perlakuan pemberian 3500 ppm ekstrak umbi teki pada pengamatan 56 hst
menekan tinggi tanaman jagung hingga 10,23%. Sedangkan untuk luas daun, dan bobot
kering tanaman jagung dengan perlakuan pemberian 3500 ppm ekstrak umbi teki pada
pengamatan umur 56 hst terjadi penekan masing-masing hingga 49,10% luas daun, dan
52,16% bobot kering. Konsentrasi 3500 ppm menekan pada taraf yang paling tinggi, akan
tetapi konsentrasi yang baik untuk menekan tumbuhan bayam duri dan tidak menekan
pertumbuhan tanaman jagung ialah konsentrasi 2000 ppm.

5.2. Saran
Sebaiknya laboratorium diberi pewangi tambahan sehingga praktikum dapat
dilakukan dengan sedikit lebih nyaman.
6

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB Press.


Gunawan, D. 1998. Tumbuhan Obat Indonesia, Pusat Penelitian Obat. Yogyakarta:
Tradisional UGM.
Semangun, H. 1989. Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Senjaya, Y.A. dan Surakusumah, W. 2007. Potensi ekstrak daun pinus (Pinus merkusii)
sebagai bioherbisida penghambat perkecambahan Echinochloa colonum dan
Amaranthus viridis. Jurnal Perennial, vol. 4, no. 1, hal. 1-5.
Sjahril, R. dan Syam’un, E. 2011. Herbisida dan Aplikasinya. Makasar: Universitas
Hasanudin.
7

LAMPIRAN

Gambar 1. Daun Kirinyuh Kering Angin Gambar 2. Daun Kirinyuh Ditumbuk

Gambar 3. Hasil Setelah Ditumbuk Gambar 4. Dicampur Methanol

Anda mungkin juga menyukai