Hiperemis
Disusun oleh
kelompok 5
1. HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG)
A. PENGERTIAN
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan atau tidak
terkendali selama mas hamil, yang menyebabkan dehisrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan.
B. ETIOLOGI
Faktor pedisposisi yaitu primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan
ganda.
Faktor organik yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi,
perubahan metabolik akibat hamil dan resistensi ibu yang menurun.
Faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan
C. MANIFESTASI KLINIS
a. HEG tingkat 1
• Muntah terus menerus c. HEG tingkat 3
• Nadi meningkat sekitar 100x/menit • Keadaan umum lebih parah
• Ibu merasa lemas • nadi kecil dan cepat
• tekanan darah menurun • Muntah berhenti
• Nafsu makan tidak ada • suhu meningkat
b. HEG tingkat 2 • TD dan BB turun
• Ibu lebih lemah dan apatis - • ikterus semakin berat
frekuensi nadi rendah dan cepat • Kesadaran menurun dari somnolen
• Turgor kulit lebih menurun sampai koma
• suhu tubuh meningkat • Oliguria semakin parah dan menjadi
• Lidah mengering dan nampak kotor anuria
• Mata cekung dan sedikit icterus • Gangguan kesadaran dalam bentuk
somnolen sampai koma, ensefalopati
• BB dan TD turun
wernicke (komplikasi susunan syaraf
pusat) dengan gejala nistagmus
(perubahan bola mata), diplopia
(pandangan mata tampak ganda), dan
D. PENATALAKSANAAN
a. Rawat inap
b. Stop makan dan minum dalam 24 jam pertama
c. Obat-obatan diberikan secara parenteral
d. Infus D10% (2000 ml) dan RL 5%(2000 ml) per hari.
e. Pemberian antiemetik (metoclopramid hidrochlorid)
f. Roborantia/ obat penyegar
g. Diazepam 10 mg IM (jika perlu)
h. Psikoterapi
i. Lakukan evaluasi dalam 24 jam pertama
j. Bila keadaan membaik, boleh diberikan makan dan minum secara bertahap
k. Bila keadaan tidak berubah: stop makan/ minum, ulangi penatalaksanaan seperti sebelumnya
untuk 24 jam kedua.
l. Bila dalam 24 jam tidak membaik pertimbangankan untuk rujukan
m. Infus dilepas setelah 24 jam bebas mual dan muntah
n. Jika dehidrasi diatasi, anjurkan makan makanan lunak porsi kecil tapi sering, hindari makanan
yang berminyak dan berlemak, kurangi karbohidrat, banyak makan makanan yang mengandung gula.
patofisiologi
Akibat mual muntah dehidrasi elektrolit berkurang,
hemokonsentrasi, aseton darah meningkat kerusakan liver
PEMERIKSAAN PENUNJANG b)Urinalisis : kultur, mendeteksi
bakteri, BUN.
Pemeriksaan Diagnostik c) Pemeriksaan fungsi hepar: AST,
A. PENGERTIAN
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
B. ETIOLOGI
a. Kelainan kromosom
b. Infeksi kronis (sifilis, TB aktif)
c. Keracunan
d. Trauma fisik
e. Penyakit kronis
f. Gangguan endrokin (hipotiroid, DM)
g. Oksidan (rokok, alkohol)
h. Defisiensi hormonal
i. Kematian janin akibat kelainan bawaan
j. Mola hidatidosa
k. Penyakit plasenta dan desidua
C. KLASIFIKASI
a. Abortus imminens
- Adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu,
tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
- Ciri: perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi,
serviks masih tertutup jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan
bahkan sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika tejadi kematian
janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.
b. Abortus insipiens
- Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat,
tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.
- Ciri: perut terasa mulas karen kontraksi yang kuat dan sering,
perdarahan bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur
kehamilan, besar uterus sesuai umur kehamilan, tes urin kehamilan masih
positif, sudah ada pembukaan serviks.
c. Abortus inkompletus
- Adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
- Ciri: perdarahan banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan
keluar.
d. Abortus kompletus
- Adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum usia
kehamilan 20 minggu.
- Ciri: perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup,
ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
e. Missed abortion
- Adalah kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih
- Ciri: biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian
menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau
seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin
kekurangan nutrisi dan O2. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan
seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai
penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit
perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai
pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :
a. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama
b. Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan
c. Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat,
tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.
Maniefestasi klinis
Manifestasi klinik abortus antara lain:
Terlambat haid atau amenote kurang dari 20 minggu
Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
Pendarahan pervaginaan, mungkin disertai keluarnya jaringan
hasil konsepsi.
Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering
disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang
A.Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, hematokrit, golongan darah, serta reaksi
silanganalisis gas darah, kultur darah, terresistensi.
B.Tes kehamilan: positif jika janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
C.Pemeriksaan dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
D.Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
penatalaksanaan
Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan infus oksitosin dimulai 8 tetes permenit dan
naikkan sesuai kontraksi uterus.
Bila pasien syok karena pendarahan berikan infus ringer taktat dan selekas mungkin tranfusi
darah.
ASKEP ABORTUS
Pengkajian
1. Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
2. Keluhan utama: pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan datang dengan keluhan utama
perdarahan pervagina disertai dengan keluarnya bekuan darah atau jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut.
Pasien juga mungkin mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung, mengatakan bahwa hasil test kencing
positif hamil, merasa lelah dan lemas serta mengeluh sedih karena kehilangan kehamilannya.
3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
4. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
5. Riwayat kesehatan masa lalu
6. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan,
oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
7. Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi , masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
8. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
9. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang
menyertainya
10.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan
hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
Diagnosa
1. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
2. Risiko syok hemoragik berhubungan dengan perdarahan
pervaginam
3. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri pada perut, terasa kram, terasa ada tekanan
pada punggung, pasien tampak meringis
Intervensi
Diagnosa 1
4. Kaji kondisi status hemodinamika
5. Ukur pengeluaran harian
6. Berikan sejumlah cairan pengganti harian
7. Evaluasi status hemodinamika
Diagnosa 2
1. Observasi Keadaan Umum pasien
2. Observasi tanda tanda vital
3. Observasi kesadaran pasien
4. Observasi tanda-tanda perdarahan, jumlah, warna, adanya stolsel/gumpalan
5. Kolaborasi:
-Kolaborasi dalam pemberian cairan fisiologis
-Kolaborasi dalam pemberian
Diagnosa 3
Intervensi
6. Kaji tingkat nyeri pasien
7. Observasi tanda vital.
8. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
9. Ajarkan metode distraksi
10. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
3. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
A. PENGERTIAN
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus, tuba falopi
merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik. Sebagian besar kehamilan
ektopik berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis, tanduk
uterus yang rudimenter, dan divertikel pada uterus.
B. ETIOLOGI
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui.
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut:
a. Faktor tuba, yaitu salpingitis, perlekatan tuba, kelainan kongenital tuba, pembedahan sebelumnya,
endometriosis, tumor yang mengubah bentuk tuba, dan kehamilan ektopik sebelumnya.
b. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom dan malformasi
c. Faktor ovarium, yaitu migrasi luar ovum dan pembesaran ovarium
d. Penggunaan hormon eksogen
e. Faktor lain, antara lain: aborsi tuba dan pemakaian IUD
Klasifikasi ket
beberapa klasifikasi kehamilan ektopik adalah:
Kehamilan interstisial (kornual)
Kehamilan ovarium
Kehamilan servik
kehamilan abdominal
PENATALAKSANAAN
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi, dalam tindakan demikian
beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:
a. Kondisi penderita pada saat itu.
b. Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya
c. Lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomi organ pelviks
d. Kemampuan teknik bedah mikro, dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi
invitro setempat.
Hasil peryimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan
tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi.
Apabila keadaan penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan
salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah
pernah dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan
pembedahan. Kriteria khusus yang diobati dengan cara ini adalah:
a. Kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah
b. Diameter kantong gestasi ≤ 4 cm
c. Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml
d. Tanda vital baik dan stabil
patofisiologi
prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio
dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu.
Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung
distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada
kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga
peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari
dinding tuba.
Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat
dari distensi berlebihan tuba.
Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Maniefestasi klinis
a. Pucat
b. Kesadaran umum menurun
c. Syok
d. Nyeri perut bagian bawah
e. amenore
Pemeriksaan diagnostik
USG
Kadar HCG menurun
Laparaskopi
Leukosit
Kuldosintesis
Askep
PENGKAJIAN
A. Pengertian
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili
korialisnya mengalami perubahan hidrofik.
B. Etiologi
Belum diketahui pasti. Ada yang menyatakan akibat infeksi, defisiensi
makanan dan genetik. Yang paling sesuai ialah teori Acosta Sison yaitu
defisiensi protein. Faktor resiko terdapat pada golongan sosioekonomi rendah,
usia dibawah 20 tahun dan paritas tinggi.
C. Manifestasi Klinis
a. Amenore dan tanda – tanda kehamilan
b. Perdarahan pervaginam berulang, darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut
kadang keluar gelembung mola.
c. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
d. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun uterus
sudah membesar setinggi pusat atau lebih
e. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan sonde uterus (Hanifa)
b. Tes Acosta Sison. Menggunakan tang abortus, gelembung mola dapat dikeluarkan.
c. Peningkatan kadar beta HCG darah atau urin
d. Ultrasonografi menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern)
e. Foto toraks ada gambaran emboli udara
Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian
janin.
Komplikasi
Anemia, syok, infeksi, eklampsia dan tirotoksikosis
F. Penatalaksanaan
a. Perbaiki keadaan umum
b. Keluarkan jaringan mola dengan vakum kuretase dilanjutkan dengan kuret tajam.
Lakukan kuretase kedua bila tinggi fundus uterus lebih dari 20 minggu setelah hari
ketujuh.
c. Untuk memperbaiki kontraksi, sebelumnya berikan uterotonik (20-40 unit
oksitosin dalam 250 cc darah atau 50 unit oksitosin dalam 500 ml NaCl 0,9 %). Bila
tidak dapat dilakukan vacum kuretase, dapat diambil tindakan histerotomi
d. Histerektomi perlu dipertimbangkan pada wanita yang telah cukup umur dan
cukup anak. Batasan yang dipakai ialah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga.
e. Terapi profilaksis dengan sitostatik metotreksat atau aktinomisin D pada kasus
dengan resiko keganasan tinggi seperti umur tua dan paritas tinggi.
f. Pemeriksaan ginekologi, radiologi, dan kadar beta HCG lanjutan untuk deteksi
dini keganasan. Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3
tahun pasca mola, yang paling banyak dalam 6 bulan pertama. Pemeriksaan kadar
beta HCG tiap minggu sampai kadar menjadi negatif selama tiga minggu lalu tiap
bulan selama 6 bulan. Pemeriksaan foto toraks tiap bulan samapai kadar beta HCG
nrgatif.
g. Kontrasepsi sebaiknya diberikan preparat progesteron selama 2 tahun
Pengkajian
1. Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
2. Keluhan utama: kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang.
3. Riwayat kesehatan
4. .Riwayat penyakit yang pernah dialami: kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga: yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
6. Riwayat kesehatan reproduksi: kaji tentang menorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta
kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluhan yang menyertainya.
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan terputus nyakontinuitas jaringan.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ada nya nyeri.
Intervensi
Diagnosa 1
Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan
klien.
· Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam.
· Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi.
· Beri posisi yang nyaman.
· Kolaborasi pemberian analgetik.
Diagnosa II :
Intervensi:
·Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri.
A. DEFINISI
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. (Arif Mansjoer, 2001)
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti Preeklampsia masih belum jelas. Hipotesa faktor-faktor
etiologi Preeklampsia bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Genetic
2. Imunologik
3. Gizi
4. Infeksi
KLASIFIKASI
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut:
1) Preeclampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan
diastolic 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam. Edema umum, kaki,
jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu. Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau
lebih per liter, kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream.
2) Preeclampsia Berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter. Oliguria, yaitu jumlah urin
kurang dari 500 cc per 24 jam. Adanya gangguan serebral, gangguan visusm dan rasa nyeri pada
epigastrium. Terdpat edema paru dan sianosis.
Komplikasi
Komplikasi di bawah ini biasanya terjadi pada preeklamsia dan eklampsia:
1. Solusio plasenta
2. Payah: ginjal,jantung,paru disebabkan edema,lever oleh karena nekrosis
3. Pendarahan otak
4. Siendrom HELLP: hemolisis,eleved lever enzyms,low platelet
5. Kematian ibu dan janin.
6. Hypofibrinogenemia
7. Kelainan mata
8. Nekrosif hati.
9. Kelainan ginjal.
10. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intrauterina
D. Manifestasi Klinik
Preeklamsia ringan : Eklampsia:
a. Hipertensi antara 140/90 atau a. Gejala preeklamsia.
kenaikan sistol dan diastol b. Disertai koma atau konvulsi.
30mmhg/15mmhg. c. Disertai asfiksia intrauterin IUGR
b. Edema kaki,tangan atau muka atau atau IUFD
kenaikan BB 1kg/minggu.
c. Proteinuria 0,3 gr/24 jam atau plus 1-
2. E. Pemeriksaan Diagnostik
d. Oliguria Preeklampsia ringan : Urine lengkap
Preeklampsia berat dan eklampsia : Hb,
Ht, Urine lengkap, asam urat,trombosit,
Preeklamsia berat: fungsi hati, fungsi ginjal.
a. Hipertensi 160/110mmhg. Pengukuran tekana darah
b. Proteinuria 5gr/24 jam atau plus 4-5. Pemeriksaan edema
c. Oliguria 400cc/24 jam. Pengukuran tinggi fundus
d. Edema baru dapat disertai sianosis. Pemeriksaaan fuduskopik
e. Keluhan subjektif: Pemeriksaan fungsi ginjal(ureum
– nyeri kepala frontal ,kreatinin)
patofisiologi
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme
dan iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami
peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,
tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet.
Penumpukan trombus dan pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis
ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria.
Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan
peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi
penurunan volume intravaskular, meningkatnya cardiac output dan peningkatan
tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan
anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim.
Askep
1. Pengkajian
a. Data Biografi : Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun
atau > 35 tahun, Jenis kelamin,
b. Riwayat Kesehatan
1) keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh demam,
sakit kepala,
2) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia
sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan
pokok maupun selingan
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk
menghadapi resikonya
c. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu
pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek
samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)
serta lamanya menggunakan kontrasepsi
Diagnosa keperawatan :
1. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2
2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik
Intervensi :
1. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60 menit pola nafas kembali normal
Kriteria hasil : bebas dari sianosis, pala nafas normal RR : 24 x/mnt
Intervensi :
a. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
Rasional : untuk mengetahui pola nafas pasien
b. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : mengetahui ada tidaknya nafas tambahan
c. Atur posisi pasien semi fowler
Rasional : merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru
d. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60 menit diharapkan kebutuhan O2 terpenuhi.
Kriteria hasil : CRT < 2 detik, tidak terjadi sianosis
Intervensi :
a. Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu.
Rasional : untuk mengetahui kelemahan otot pernapasan.
b. Awasi tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui tingkat kegawatan klien.
c. Pantau BGA
Rasional : asidosis yang terjadi dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel.
d. Kolaborasi pemberian IV larutan elektrolit