Anda di halaman 1dari 17

PENGEMBANGAN KABUPATEN BLITAR

BERDASARKAN ANALISA TAPAK


EKOLOGI
Blitar merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Jawa Timur yang berada di bagian
Selatan dengan luas wilayah 158.879 hektar
dan jumlah penduduk 1.149.710 (2016)
Kabupaten Blitar berada dalam Wilayah
Pengembangan (WP) Blitar sebagai kawasan
pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, kehutanan,
perikanan, pertambangan, pendidikan,
kesehatan dan pariwisata. Secara topografis,
wilayah Kabupaten Blitar meliputi kawasan
pegunungan di bagian Utara, perbukitan kapur
di Selatan dan wilayah dataran di bagian
Tengah termasuk wilayah Kota Blitar
Pemanfaatan lahan yang belum optimal diikuti dengan peningkatan
jumlah penduduk dan perkembangan aktivitas perekonomian wilayah.
Data BPS tahun 2016 memperlihatkan jumlah penduduk mengalami
peningkatan dari 1,116,639 jiwa pada tahun 2010 menjadi 1,145,396
jiwa di tahun 2015, dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar
0.51% atau meningkat 2.58%. Selama lima tahun terakhir, jumlah
penduduk Kabupaten Blitar cenderung mengalami peningkatan dan akan
terus mengalami penambahan mendekati 1,174,894 jiwa pada tahun
2020 (BPS, 2016).
Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas perekonomian wilayah
membutuhkan ruang baru, terutama pada wilayah perkotaan. Kondisi ini
mendorong peningkatan kebutuhan lahan untuk pemukiman dan aktivitas
pendukung lainnya. Peningkatan kebutuhan lahan berdampak pada perubahan
penggunaan lahan yang dianggap bernilai kurang ekonomis seperti lahan
pertanian, hutan dan lahan basah menjadi lahan terbangun yang bernilai
ekonomi tinggi seperti permukiman atau kawasan industri (pontoh dan sudrajat,
2005; kumar, 2009; johnson and zuleta, 2013; fahimuddin et al., 2016)
TAPAK EKOLOGI

Merupakan suatu alat bantu yang digunakan untuk mengukur penggunaan


sumber daya dan kemampuan menampung limbah dari populasi manusia
dihubungkan dengan kemampuan lahan
Berdasarkan data Global Footprint Network 2012, Indonesia masuk dalam
kondisi defisit sumberdaya sebesar -0,3 dengan biocapacity sebesar 1,2 gha
dan ecological footprint sebesar 1,6 gha. Kondsi defisit sumber daya di
Indonesia ini merupakan dampak dari tidak seimbanganya daya dukung dan
daya tampung masingmasing wilayah.
EF = P/YN x EqF BK = A x YF x EqF

BK : Supply / Biokapasitas
EF : PERMINTAAN / DEMAND /
(gha)
TAPAK EKOLOGI (GHA) A : Luas setiap kategori lahan
P : JUMLAH PRODUKSI (TON/HA)
(ha)
YN : PRODUKTIFITAS RATA-RATA YF : Faktor Panen / Yield
UNTUK P DI KABUPATEN
Factor EqF : Faktor Penyama /
BLITAR(TON/HA)
Equivalenc Factor (gha)
YF : FAKTOR PANEN / YIELD
FACTOR EQF : FAKTOR PENYAMA
/ EQUIVALENCE FACTOR (GHA)
NILAI FAKTOR PENYAMA DAN FAKTOR PANEN
BERDASARKAN GFN
EF / DEMAND

P (jumlah
produk
Penggunaan produktifitas kota
Luas lahan (ha) Eqf dipanen Yield Factor
Lahan (ha) (ton/ha)
atau
limbah)
Pertanian 31680 2,19 95198,6 0,98 3,005006313
Hutan 21268 1,37 91425 0,82 4,29871168
Peternakan 63342,6 0,48 252547 1,81 3,987000849
Perikanan 176 0,36 15777,81 3,39 89,64664773
Lahan
30860 2,19 30860 0,98 30860
Terbangun
DEMAND

Jumlah Tapak Ekologi


Penggunaan Lahan (ha) EF (gha)
penduduk (gha/orang)

Pertanian 69379,2 0,060344957

Hutan 29137,16 0,025343052

Peternakan 30404,448 1149710 0,026445319

Perikanan 63,36 5,51095E-05

Lahan Terbangun 66231,732 0,057607338


BC / SUPPLY

 Penggunaan
Lahan (ha) BC A YF Eqf
Pertanian 67991,62 31680 2,19 0,98
Hutan 23892,47 21268 1,37 0,82

Peternakan 55032,05 63342,6 0,48 1,81


Perikanan 214,7904 176 0,36 3,39

Lahan
Terbangun 66231,73 30860 2,19 0,98
NERACA EKOLOGI
Penggunaan
lahan (ha) EF BC BC-EF Keterangan
Pertanian 69379,2 67991,62 -1387,58 Defisit
Hutan 29137,16 23892,47 -5244,69 Defisit

Peternakan 30404,45 55032,05 24627,6 Surplus


Perikanan 63,36 214,7904 151,4304 Surplus

Lahan
Terbangun 66231,73 66231,73 - -
Penggunaa Jumlah Biokapasitas
n Lahan penduduk Tapak Ekologi (gha/orang) (gha/orang) Keterangan

Pertanian 0,060344957 0,059138057 defisit

Hutan 0,025343052 0,020781302 defisit

Peternakan 1149710 0,026445319 0,047866028 surplus

Perikanan 5,51095E-05 0,000186821 surplus

Lahan
Terbangun 0,057607338 0,057607338
PENGEMBANGAN WILAYAH
Arahan 1: Pengembangan sektor pertanian
Lahan pertanian mengalami defisit maka perlu dilakukan pengoptimalan/konversi
terhadap lahan-lahan yang masih belum dimanfaatkan yang memiliki kemampuan sebagai
lahan pertanian serta penggunaan teknologi dalam sektor pertanian
Pengembangan lahan pertanian perlu di dukung adanya :
-Keterbukaan petani, etrutama yang tergabunng dalam kelompok tani, untuk menerima
teknologi sehingga pengelolaan pertanian dapat berjalan efektif dan efisien
-perhatian pemerintah daerah dalam memberikan saran dan prasarana produksi pertanian,
misalnya dalam bentuk hibah barang pertanian ataupun bantuan sosial.
Program-program terkait
1. Pengembangan cadangan pangan daerah (BK prop)
2. Pengembanagan desa mandiri pangan
3. Pengembanagan lumbung pangan desa
4. Peningkatakan produktifitas dan mutu produk pertanian
5. Pemantauan kelembagaan pangan tingkat kabupaten
• Arahan 2: lahan hutan mengalami defisit maka
diperlukan pengembangan dengan :

-rehabilitasi lahan hutan terutama lahan hutan kritis


-meningkatkan pengendalian dan perluasan hutan
meningkatkan kawasan lindung yang mengalami
kerusakan emlalui penanganan secara teknis dan
vegetatif
• Arahan 3: lahan peternakan penggunaan lahan
peternakan di kabupaten dalam keadaan surplus tetap
dipertahankan namun masih dapat dikembangkan
melalu beberapa program:

-peningkatan dan pelayanan dan pengelolaan kesehatan


ternak
-peningkatan pemasaran hasil produksi
-peningkatan pembinaan usaha dan agribisnis
peternakan
-pengawasan terhadap mutu/produk peternakan
• Arahan 4: lahan perikanan mengalami defisit yang
sangat tinggi, maka diperlukan pengembangan kawasan
perikanan melalui

-pengembangan kawasan budidaya perikanan air tawar


dan perikanan air laut
-peningkatan sarana dan prasarana secara intensif
-pendataan dan pelaporan produksi perikanan tangkap
dan potensi pesisir
1. MEN==

Anda mungkin juga menyukai