Anda di halaman 1dari 32

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Kritis


Pada Pasien dengan STEMI
Oleh :
Arlinda Erisa Dewi
P27220015092
LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
pada tahun 2012 penyakit kardiovaskuler lebih banyak
menyebabkan kematian daripada penyakit lainnya,
salah satunya adalah Infark miokard akut (IMA).
Menurut WHO, infark miokard diklasifikasikan
berdasarkan dari gejala, kelainan gambaran EKG, dan
enzim jantung. Infark miokard dapat dibedakan
menjadi infark miokard dengan elevasi gelombang ST
(STEMI) dan infark miokard tanpa elevasi gelombang
ST (NSTEMI) (Thygesen et al., 2012).
LATAR BELAKANG

ST elevation myocardial infarction (STEMI) merupakan


salah satu spektrum sindroma koroner akut (SKA) yang
paling berat
(Kumar dan Canon, 2009).
Pada pasien STEMI, terjadi penurunan aliran darah
koroner secara mendadak akibat oklusi trombus pada
plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.
Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vaskuler. Injuri vaskuler dicetuskan oleh faktor-
faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid
(Alwi, 2014).
Rumusan Bagaimana Konsep Dasar asuhan
masalah keperawatan kritis pada pasien dengan
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) ?
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI)
merupakan rusaknya otot jantung akibat
insufiensi aliran darah koroner baik
karena degeneratif, Aterosklerosis
maupun dipengaruhi oleh factor lainnya,
ditandai dengan nyeri dada, peningkatan
PENGERTIAN enzim jantung, dan ST elevasi pada
pemeriksaan EKG.
Keadaan ini harus segera dilakukan
tindakan revaskularisasi untuk
mengembalikan aliran darah dan
reperfusi miokard secepatnya. (PERKI,
2014; dalam Ongko & Indrianti, 2014).
ETIOLOGI
1. Faktor dapat diubah
a.Hiperlipidemia
b.Hipertensi
c.Merokok
d.Diabetes Melitus
e.Stress Psikologik
2. Faktor tidak dapat diubah
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Riwayat Keluarga
3. Berkurangnya suplai Oksigen ke Miokard, dipengaruhi :
a. Pembuluh darah
b. Spasme Pembuluh darah
c. Sirkulasi
d. Darah
4. Meningkatnya kebutuhan Oksigen
STEMI terjadi ketika aliran darah koroner menurun
Patofisiologi secara tiba-tiba setelah oklusi trombotik dari arteri
koroner yang sebelumnya mengalami atherosclerosis.
STEMI terjadi ketika thrombus pada arteri koroner
berkembang secara cepat pada tempat terjadinya
kerusakan vaskuler.
Faktor penyebab kerusakan ini, seperti merokok,
hipertensi, dan akumulasi lipid. STEMI terjadi ketika
permukaan plak atherosclerotic mengalami ruptur dan
terbentuklah trombus, sehingga terjadi oklusi pada
arteri koroner arteri koroner sering kali mengalami
thrombus yang terdiri dari agregat platelet, dan
benang-benang fibrin. (Zainal, 2013)
1. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terus tidak mereda, biasanya diatas region
sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini
t as i merupakan gejala utama.
i f e s
n
Ma is
2. Keparahan nyeri dapat meningkat secara
menetap sampai nyeri tidak dapat tertahankan

K l i n lagi.
3. Nyeri ini sangat sakit, seperti ditusuk-tusuk
yang dapat menjalar kebahu dan terus ke bawah
menuju lengan (biasanya lengan kiri).
4. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah
kegiatan atau gangguan emosional), menetap
selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang
dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin
t a s i (NTG).
i f e s
a n
M is
5. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.

K l in 6. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat,


dingin, diaforesis berat, pening atau kepala terasa
melayang dan mual serta muntah.
7. Pasien dengan diabetes mellitus tidak akan
mengalami nyeri yang hebat karena neuropati
yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri)
Pemeriksaan Penunjang
1. EKG

a. Lead II, III, aVF : Infark inferior


b. Lead V1-V3 : Infark anteroseptal
c. Lead V2-V4 : Infark anterior
d. Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
e. Lead I, aVL : Infark high lateral
f. Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
g. Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral
h. Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu.
2. Echocardiogram
3. Foto Thorax

4. Laboratorium
a. Creatinin Kinase (CK)MB.
Meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam
dan kembali normal dalam 2-4 hari.
a. cTn (cardiac specific troponin).
Ada 2 jenis yaitu cTn T dan cTn I. enzim ini meningkat setelah 2 jam bila ada infark
miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah
5-14 hari, sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
Pemeriksaan Enzim Jantung

a. Mioglobin.
Dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 4-8 jam.
b. Creatinin kinase (CK).
Meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.
c. Lactic dehydrogenase (LDH).
Meningkat setelah 24-48 jam bila ada infark miokard, mencapai puuncak 3-6
hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.
KOMPLIKASI
a. Disfungsi Ventrikel
b. Pump Failure
c. Artmia
d. Gagal jantung Kongestif
e. Syok Kardiogenik
f. Rupture Jantung
g. Perikarditis
Konsep Askep Kritis
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Status kesehatan saat ini
c. Keluhan utama
Nyeri dada, Sesak nafas
d. Riwayat penyakit sekarang
e. Riwayat Keluarga
Pengkajian Fisik
1. Sistem Pernafasan (Breathing)
2. Sistem Kardiovaskuler (Blood)
3. Sistem Persyarafan (Brain)
4. Sistem Perkemihan (Bladder)
5. Sistem Gastrointestinal (Bowel)
6. Sistem Muskoloskeletal (Bone)
1. Sistem Pernafasan (Breathing)
Klien terlihat sesak nafas seperti tertekik. Sesak nafas terjadi akibat
pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic
ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi
karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri
pada saat melakukan kegiatan fisik. frekuensi nafas melebihi normal,
Dispnea kardiak pada infark miokardium yang kronis juga dapat timbul
saat istirahat.
2. Sistem Kardiovaskuler (Blood)
Pada sistem ini hal yang perlu dikaji ialah kerja jantung dalam bentuk TD,
akral hangat atau dingin, CRT yang lebih dari 3 detik, suara jantung.

3 .Sistem Persyarafan (Brain)


Kesadaran umum klien biasanya adalah Composmentis.Pengkajian objektif klien
yaitu wajah meringis,merenggang,dan mengeliat yang merupakan respon
adanya nyeri dada akibat infark miokardium.Tanda klinis yang ditemukan
adalah takikardi,dispnea pada saat istirahat maupun aktivitas.
4. Sistem Perkemihan (Bladder)
Pada sistem perkemihan yang perlu dikaji adalah sistem urinaria seperti urin
output per jam (o,5-1ml/kg BB), warna urin dan bau.
Memonitor adanya oliguria sebagai tanda awal syok kardiogenik.

5. Sistem Gastrointestinal (Bowel)


Klien biasanya mengalami mual dan muntah.Pada palpasi abdomen ditemukan
nyeri tekan pada ke empat kuadran,penurunan peristaltic usus.
6. Sistem Muskoloskeletal (Bone)
Hal yang perlu dikaji dari muskoloskeletal ialah bagaimana tingkat ROM pasien
dalam beraktivitas atau gerak. Kekuatan untuk menahan dorongan ataupun
melawan gravitasi. Klien sering mengalami kelelahan dan keletihan,tidak
dapat tidur,perubahan postur tubuh
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan infark
2. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen miokard dengan kebutuhan
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuensi, irama, konduksi, penurunan pre load, infark pada otot
jantung.
Intervensi
1
2
3
4
Implementasi
Evaluasi
THANKS!

Any questions?

Anda mungkin juga menyukai