Tubes Asduk
Tubes Asduk
M E N U J U BALI
OLEH KELOMPOK 2
Dosen Pengampu
WISWATI TAMBUNAN
119220038
ADRIAN ESA PUTRA
119220224 ARDHEA MILLENIA
119 220 0 9 5
Ti n j au a n P us t ak a 02
Studi Kasus 03
Pem b a h a s a n 04
01
Latar Belakang Urbanisasi
Wilayah pinggiran
Urbanisasi yang kota dijadikan
terjadi lagi sebagai tempat tujuan
tidak migras agar
dapat melangsungkan
merupakan i kehidupan dengan
dari migrasikota,
melainkan dari lebih dan
desa
pusatkekota menuju sehat
menjalani aktivitas
daerah pinggiran kota kehidupan yang lebih
baik.
Maka dari itu, banyak penduduk kota yang bergerak menuju wilayah pinggiran
kota dan mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk di wilayah tersebut.
Salah satu contohnya ialah wilayah pinggiran Kota Denpasar, Provinsi Bali
yang mengalami fenomena urbanisasi sentrifugal.
02
Tinjauan Literatur
URBAN ISASI
Pendidikan Sekolah dan Perguruan Tinggi yang No. Faktor Pendorong Frekuensi Persentase
yang menunjukkan angka 23,33% disebabkan
1 Pengangguran 9 30
oleh ketertarikan dengan sistem pendidikan
sekolah di kota yang memadai dengan adanya 2 Merubah nasib 6 20
teknologi-teknolgi yang terbaharui
3 Lahan sempit 7 23.33
4 Peraturan adat 3 10
Faktor ketiga urbanisasi adalah karena
penghasilan yang lebih tinggi. 20% sampel yang 5 Sarana dan prasarana yang 5 16.67
memilih penghasilan tinggi berharap untuk
terbatas
melakukan urbanisasi ke kota dengan keinginan
untuk memperoleh penghasilan yang lebih tinggi Jumlah 30 100
di Kota.
Sumber data : Jurnal penelitian yang dilakukan oleh Marlina Seli pada tahun 2017
Kemudian 16,67 % sampel mengaku bahwa faktor penarik terjadinya urbanisasi adalah
karena mendengar omongan-omongan dari lingkungan tentang kondisi kota yang serba maju atau
mudahnya membuka usaha-usaha menngah kebawah karena penduduknya yang lebih banyak
dibandingkan desa.
Terakhir berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, faktor penarik terjadinya urbansiasi
di Desa Weelonda, Kecamatan Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya adalah Sarana dan prasarana
yang lebih memadai dibandingkan di Desa, 13.33 % sampel tertarik untuk meninggalkan desanya
karena adanya informasi bahwa fasilitas kota yang lebih lengkap,
Pada tabel Faktor pendorong, yang paling besar
persentasenya yaitu Faktor Pengangguran dengan persentase
sebesar 30%, hal ini menunjukkan bahwa latar belakang para
No. Faktor Pendorong Frekuensi Persentase penduduk melakukan urbanisasi yaitu sulitnya mendapatkan
1 Pengangguran 9 30 pekerjaan sehingga mereka menggangur dan melakukan
urbanisasi.
2 Merubah nasib 6 20
3 Lahan sempit 7 23.33
Selanjutnya lahan yang semakin sempit dengan persentase
4 Peraturan adat 3 10 23,33% karena didesa semakin ramai dan sekalian ingin
5 Sarana dan prasarana 5 16.67 bekerja ditambah merubah nasib.
yang terbatas
Jumlah 30 100 Selanjutnya Karena faktor Peraturan adat istiadat, dengan
persentase 10% dan karena dunia sudah semakin canggih dan
maju, mungkin mereka sudah tidak mau dengan adanya
peraturan adat yang dipikirkan mereka itu kuno dan tidak
zaman
05
Kesimpulan
VIDEO + IMAGE
• Wilayah pinggiran Kota Denpasar, Provinsi Bali merupakan salah satu wilayah pinggiran kota yang mengalami fenomena
urbanisasi sentrifugal. Hal ini dapat terjadi karena faktor penarik maupun faktor pendorong seperti yang terjadi pada
masyarakat di daerah Weelonda, Sumba Barat Daya, NTT yang memilih melakukan urbanisasi ke Denpasar, Bali. \
• Faktor penarik yang menunjang proses urbanisasi tersebut seperti sulitnya mendapat pekerjaan karena lapangan usaha yang
minim di daerah seperti di Weelonda dan adanya keinginan untuk merubah kondisi ekonomi keluarga menjadi lebih baik
dengan mengadu nasib ke kota
• Faktor pendorong terjadinya urbanisasi tersebut seperti jumlah lapangan pekerjaan serta peluang usaha yang lebih besar,
penyedianan infrastruktur yang lebih lengkap dan memadai, penghasilan yang lebih besar, sistem pendidikan yabg lebih
baik, serta pengaruh dari cerita teman.
Tingkat urbanisasi yang tidak terkendali dan adanya hirarki kota akan
menimbulkan berbagai akibat negatif yaitu munculnya gejala
kemiskinan di perkotaan, ketimpangan income perkapita,
pengangguran, kriminalitas, polusi udara dan suara, pertumbuhan
daerah kumuh, dan sebagainya. Sedangkan, tingkat urbanisasi yang
terlalu rendah dan mengabaikan kebutuhan-kebutuhan kota dapat
memperlambat kemajuan ekonomi.
S u m b e r Referensi
Adam, F. P. (2010). Tren urbanisasi di indonesia. Jurnal Piramida.[Internet].[diunduh tanggal 11 Maret 2018], 6(1), 1-15.
Bandiyono, S. (2016). Tinjauan migrasi penduduk desa-kota, urbanisasi dan dampaknya. Jurnal Kependudukan
Indonesia, 5(1), 41-54.
Christiawan, P. I. (2019). Tipe urban sprawl dan eksistensi pertanian di wilayah pinggiran Kota Denpasar. Jurnal
Wilayah Dan Lingkungan, 7(2).
Christiawan, P. I. (2019, February). Antisipasi Dampak Negatif Urban Sprawl Pada Wilayah Pinggiran Kota Denpasar.
In Seminar Nasional Hukum dan Ilmu Sosial (Vol. 2, pp. 01-05).
Harahap, F. R. (2013). Dampak urbanisasi b ag i perkembangan kota di Indonesia. Society, 1(1), 35-45.
Haris, A. (2015). Studi Media dan Perpustakaan Tentang Urbanisasi. Jupiter, 14(1). Widiawaty, M. A.
Peda, Marselina Seli. 2017. ASPEK SOSIAL EKONOMI PELAKU URBANISASI DI DENPASAR Kasus
Urbanisasi dari Desa Weelonda Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya. Vol. 7 No. 1:
dwijenAGRO.
Terima Kasih