Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KASUS

Disusun Oleh :
Fania Apriska
30101206627

Pembimbing :
Kol CKM dr. Ahmad Rusli Budi, Sp.B
IDENTITAS PASIEN

• No RM : 154804
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Nama : Tn. MKI
• Status : Belum Menikah
• Umur : 18 tahun
• Alamat : Tanjunganom, Salaman
• Status Jaminan : BPJS
• Bangsal : Cempaka
• Tgl Masuk : 13-08-2017
• Tgl Keluar : 15-08-2017
KELUHAN UTAMA
BENJOLAN NYERI DI KULIT
SEKITAR ANUS
ANAMNESIS

Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan di kulit sekitar anus yang lebih besar
daripada biasanya. Benjolan ini sudah ada sejak 5 tahun yang lalu. Benjolan ini terasa perih
dan panas dan juga disertai darah berwarna merah segar yang menetes dan tidak bercampur
dengan feses, keluhan ini muncul apabila pasien BAB dengan konsistensi keras.

Selain itu, pasien juga mengeluh terdapat benjolan yang keluar dari anusnya, yang muncul
sekitar 2 tahun yang lalu. Benjolan ini biasanya muncul apabila BAB dengan konsistensi
keras dan menyebabkan nyeri dan panas disertai darah yang keluar berwarna merah segar.
Benjolan tersebut dapat masuk kembali ke dalam anus secara spontan.
ANAMNESIS
Selama 5 tahun terakhir, BAB pasien rutin satu kali sehari dengan konsistensi lunak dan
beberapa kali konsistensinya keras sehingga pasien harus mengedan dan membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk BAB di WC dan menyebabkan keluhan benjolan muncul.
Pasien mengatakan bahwa pasien sering mengkonsumsi sayur dan buah-buahan. Namun
pasien mempunyai kebiasaan minum 1 hari kurang dari 5 gelas air putih.

Selama lima tahun ini, pasien belum pernah memeriksakan keluhan benjolan pada anus dan
buang air besar berdarah pada dokter. Pasien hanya mendiamkannya saja, karena pasien
berpikir penyakit ini tidak membahayakannya.
RIWAYAT PENYAKIT

• R. Keluhan serupa : diakui


• R.P batuk lama : disangkal
• R.P asma : disangkal
• R.P hipertensi : disangkal
DAHULU • R.P DM : disangkal

• R. Keluhan serupa : diakui


• R.P batuk lama : disangkal
• R.P asma : disangkal
KELUARG • R.P hipertensi : disangkal
A • R.P DM : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS

• Keadaan umum : sakit sedang


• Kesadaran : Composmentis, GCS E4V5M6
• Tanda Vital:
• Tek. Darah : 110/70 mmH
• Nadi : 80x/menit, reguler, isi
cukup, equal di keempat ekstermitas
• Pernapasan : 22x/menit
• Suhu : 36,7 º C
MATA KEPALA
Conjungtiva anemik (-/-), mesosefal, distribusi rambut
sklera ikterik (-/-), pupil merata, tidak mudah dicabut,
isokor Ø 3mm, RCL (+/+), jejas (-)
RCTL (+/+)
HIDUNG
Nafas cuping (-), sekret (-),
TELINGA septum deviasi (-),
Normotia, deformitas (-), rhinorrea(-)
discharge (-/-), ottorhea(-)

LEHER
MULUT simetris, trakhea ditengah,
bibir sianosis (-), jejas (-), pembesaran KGB (-)
parese (-/-)

ANAMNESIS SISTEMIK
Pulmo

I: simetris statis dan dinamis


Pa: stem fremitus kanan = kiri
Pe: sonor seluruh lapangan paru
Au: Suara dasar vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Cor

I: ictus cordis tak tampak


Pa:ictus cordis teraba pd SIC V 2 cm medial Linea Midclavikula
Sinistra
Pe: konfigurasi jantung dalam batas normal
Au: Suara jantung I-II murni, bising (-), gallop (-)
Abdomen

I : datar, jejas (-), massa (-)


Au : bising usus (+) normal
Pe : timpani , pekak alih (-)
Pa:supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan(-),defans muskuler (-)
Ekstremitas :   Superior Inferior

Akral hangat +/+ +/+

Oedem -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Gerak (Aktif-pasif) +/+ +/+

Refleks Fisiologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks Patologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

CRT <2”/<2” <2”/<2”


STATUS LOKALIS

Regio Anus

Inspeksi : Terdapat benjolan pada anus berbentuk bulat lonjong,


berwarna merah kehitaman dengan sebesar 1 ruas jari ukuran
berdiameter 4 cm. Terdapat benjolan yang keluar dari dalam anus
berbentuk bulat lonjong

Regio Anus

Palpasi : Nyeri tekan (+), teraba benjolan, bentuk bulat lonjong,


konsistensi kenyal, mudah digerakkan
Diagnosi
s Kerja :
- Hemoroid
Externa
- Hemoroid
Interna Grade II
PLANNING

Planning
Terapi

• Infus RL 20tpm
• Injeksi Cefotaxim 2x1 gram IV
• Injeksi Ketorolac 3x1 amp IV

Edukasi
• Mengedukasi pasien untuk rutin makan makanan
berserat
• Mengedukasi pasien untuk banyak mengkonsumsi air
putih
• Mengedukasi pasien untuk rutin berolahraga
Laporan operasi

Diagnosis Pre Operasi : Hemoroid


Interna Grade IV

Tindakan Operasi :
Hemoroidectomy
FOLLOW UP
12 Oktober 2017

• Nyeri pada bekas operasi


S

• KU baik
• Vital sign:
• TD: 110/70 mmHg
• Nadi: 78x/mnt

O
• Respirasi: 20x/menit
• Suhu: 36,2 ºC
• Status Lokalis (Regio Anus)
• Look : Luka operasi tertutup perban, massa (-)

• Post Op Hemoroidectomy
A
• Cefotaxim 2 x 1
• Ketorolac 3 x 1

P • Asam tranexamat 1 x 1
TINJAUAN PUSTAKA
REKTUM

Panjang rectum sekitar 12-13 cm,


dimulai dari depan vertebra
sacralis II sebagai lanjutan dari
colon sigmoides.
Berjalan ke bawah mengikuti
lengkung os sacrum sampai ke
ujung depan os.cocygeus dengan
menembus diafragma pelvis dan
melanjut sebagai canalis analis.
Bagian bawah rectum yang
melebar membentuk ampulla recti
Rektum
berasal dari jaringan Kanal anal
endodermal di bagian dorsal invaginasi dari jaringan
dari cloaca yang terbagi oleh
septum anorektal
ektodermal

Anorektal
fusi antara rektum dan kanal anal yang terjadi pada usia 8
minggu dimana membran anal ruptur.
Linea dentata menandakan batas fusi keduanya dimana
terjadi transisi dari endodermal ke ektodermal.
Innervasi : Parasimpatis dan simpatis oleh pleksus
hypogastricus  hanya peka terhadap regangan

Arteri

Arteri rectalis Arteri rectalis Arteri rectalis


superior media inferior

Vena rectalis
superior

Vena rectalis
Vena
media

Vena rectalis
inferior
Canalis Ani Panjang : 4 cm
Berjalan dari ampulla recti ke anus
dinding lateral  teraposisi oleh
m. levator ani dan sphincter ani

Posterior : Corpus
anococcygea
Lateral : fossa ischiorectalis
Anterior :
Laki-laki : Corpus perineale,
diafragma urogenital, urethra
pars membrancea, bulbus
penis
Wanita : corpus perineal,
diafragma urogenita
Tunica mukosa ½ atas canalis ani Tunika mukosa ½ bawah canalis anis
Epitel : kolumner selapis Epitel : squamos berlapis
Collum analis (+) Collum analis (-)
Saraf : saraf otonom plexus Saraf : saraf somatis n. rectalis inferior
hypogastricus  peka terhadap  peka terhadap nyeri, suhu, raba,
regangan tekan

Arteri : a. rectalis superior, cabang a. Arteri : a. rectalis inferior, cabang a.


mesenterica inferior pudenda interna

Vena : v. rectalis superior, cabang v. Vena : v. rectalis inferior, cabang a.


mesenterica inferior pudenda interna  v. iliaca interna

Limfe : sepanjang a. rectalis superior  Limfe : nodi lympatici inguinalis


nodi lympatici para rectalis  nodi superficialis medialis
lympatici mesenterica inferior
Bantalan Hemoroid
Vena

Pleksus Pleksus
hemoroidalis hemoroidalis
superior (interna) inferior (eksterna)
Musculus Sphincter ani
M. Sphincter Ani Internus

• Penebalan stratum circularis pada ujung atas canalis analis


• Involunter
• Dilapisi otot lurik  m. sphincter ani externus volunter
• Persarafan : serabut simpatis plexus hypogastricus inferior

M. Sphincter Ani Eksternus

• Pars Profunda : mengelilingi ujung atas canalis analis dan tidak


melekat pada tulang
• Pars superfisialis : Bagian belakang melekat pada os. Coccygeus dan
bagian depan pada corpus perineale. Bagian ini overlapping dengan
pars caudal m. sphincter ani internus
• Pars subcutanea : mengelilingi ujung bawah canalis analis dan tidak
melekat pada tulang
• Persarafan : n. rectalis inferior cabang n. pudendus dan ramus
perinealis n. sacralis ke IV
Syaraf simpatis tidak mempengaruhi otot rektum.

 Defekasi sepenuhnya dikontrol oleh n.splanknikus


(parasimpatis).
 Kontinensia sepenuhnya dipengaruhi oleh n.pudendalis dan
n.splanknikus pelvik (syaraf parasimpatis)
Motilitas
usus

Fungsi
sistem
Anorektal
Defekasi Kontinensia
DEFINISI

Hemoroid : Pelebaran pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan


patologik

Hanya jika hemoroid ini menimbulkan


keluhan atau penyulit sehingga diperlukan
tindakan
Epidemiologi

4,4%
Prevalensi

<20
Jarang (usia)

45-65
Terbanyak (usia)
FAKTOR RISIKO

1. Anatomik
2. Usia
3. Keturunan
4. Pekerjaan
5. Mekanis
6. Endokrin
7. Fisiologi
HEMOROID

INTERNA EKSTERNA

Plexus Hemoroidalis Plexus Hemoroidalis


Superior Inferior
Hemoroid Interna
Pelebaran cabang-cabang v. rectalis superior (v. hemoroidalis superior) yang
diliputi mukosa

Letak di collum analis posisi jam 3, 7, 11

v. Rectalis superior bergantung pada sirkulasi porta dan tidak berkatup  berat
kolom darah vena paling besar pada vena bagian separuh atas canalis ani

Jaringan ikat longgar submukosa  penyokong dinding vena


Aliran balik darah vena dihambat oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum saat
defekasi

Predisposisi : Konstipasi kronik, kehamilan, hipertensi portal, Ca.


Rectum
Derajat hemoroid interna
Gejala Klinis Hemoroid interna

Perdarahan
• Darah segar setelah defekasi (feses keras)

Prolaps
• Tonjolan keluar dari anus (kembali spontan / manual)

Nyeri
• Terjepitnya tonjolan hemoroid yang terjepit oleh spincter ani
(strangulasi)

Sekret
• Lembab  rawan infeksi
Hemoroid eksterna

Pelebaran cabang-cabang v. rectalis inferior (v. hemoroidalis


inferior) yang diliputi kulit

Batuk/mengedan  ruptur cabang-cabang v. rectalis inferior 


bekuan darah di jaringan submukosa
Gejala Klinis Hemoroid eksterna

• Nyeri (oedem & mobilisasi)

• Muncul akibat trombosis v. hemoroid  perdarahan ke jaringan


sekitar  nyeri  kulit nekrosis  ulkus  perdarahan

• Beberapa minggu kemudian  trombus perbaikan  skin tag  rasa


mengganjal, gatal dan iritasi
DIAGNOSIS

inspeksi
• Jaringan / tonjolan yang muncul

palpasi
• Lokasi nyeri dalam anal canal, tonus sphincter ani,
• Rectal Toucher  DD : Ca Rectum
• Jika sering prolaps  selaput lendir menebal jejas  nyeri

anoskopi
• Dilihat bentuk, lokasi , ukuran dan warna

Pemeriksaan feses

• Mengetahui adanya darah samar


DIAGNOSIS BANDING

1. Carcinoma Colorectal
2. Penyakit Divertikel
3. Polip
4. Kolitis Ulcerative
5. Kondiloma perianal
6. Tumor anorectum
TERAPI HEMOROID
EKSTERNA


Eksisi
TERAPI HEMOROID INTERNA

Non
Invasive
Treatment

Surgical
Approach

Ambulatory
Treatment
NON INVASIVE TREATMENT


Jangan mengedan terlalu lama

Mengkonsumsi makanan yang
Edukasi
Edukasi
berserat tinggi

Membiasakan selalu defekasi

Minum sehari 8 gelas


Hydroksyethilen
Obat ●
Diosmin

Hesperidin (ardium)
AMBULATORY TREATMENT

Skleroterapi

Infrared coagulation

Bipolar Diatherapy

Cryotheraphy

Rubber Band Ligation


SURGICAL APPROACH

Hemorrhoidectomy

Open Closed
STAPLED HEMORRHOIDECTOMY
Penderita datang dgn gejala hemoroid
Lakukan pemeriksaan tambahan
jika :
Anamnesa, dan px fisik, dan 1.Menemukan* yg tidak
jika perlu lakukan anoskopi menjelaskan gejala
2.Risiko kanker kolon **
3.Pasien telah melakukan
skrining kanker kolon
Hemoroid Eksterna Hemoroid Interna

Trombus Non trombus Grade I dan II Grade III Grade IV

Medical Medical Medical Pertimbangkan Rujuk untuk


Treatment*** dan treatment treatment nonsurgikal terapi Hemoroidektomi
Pain Killer

Apakah prolaps Lakukan


Pertimbangkan eksisi merupakan gejala Rubber Band
jika terapi konservatif utama? YA Ligation
gagal, thrombus
semakin nyeri dan tidak Tidak
ada edema lokal
Jika pendarahan merupakan Jika gejala relaps, pertimbangkan
*Pendarahan yang muncul spontan dari kontak
keluhan utama, lakukan melakukan nonsurgikal,
dengan anoskopi, klot diluar hemoroid koagulasi infrared hemoroidektomi atau buat
**Pasien dengan riwayat keluarga kanker kolon/
Gejala berat badan menurun dan lemah
diagnosis diferensial
***Medical treatment meliputi serat tinggi, topikal jel
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai