Anda di halaman 1dari 50

AKUNTANSI

PERPAJAKAN
Tim Dosen Akuntansi Pajak
Materi #2:
AKUNTANSI PERPAJAKAN

8 Persediaan

9 Aktiva Tetap

10 Revaluasi Aktiva Tetap

11 Penggabungan, Peleburan, Pemekaran dan Likuidasi

12 Investasi Saham dan Dividen

13 Sewa Guna Usaha

14 Akuntansi Jasa Konstruksi


Pokok Bahasan:

• PSAK 30 & 73
Aspek Pajak dan Akuntansi Pajak Leasing
Pokok Bahasan:

• PSAK 30 & 73
SEWA (LEASE) 5

PSAK No. 30:


Sewa (lease) adalah suatu perjanjian di mana
lessor memberikan hak kepada lessee untuk
menggunakan suatu aset selama periode waktu
yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee
melakukan pembayaran atau serangkaian
pembayaran kepada lessor.

PMK NOMOR 84/PMK.012/2006 TENTANG


PERUSAHAAN PEMBIAYAAN:
Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance
Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(Operating Lease) untuk digunakan oleh Penyewa Guna
Usaha (Lessee) selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara angsuran.
Lease Provisions
6

Leasing dapat dibatalkan


Cancellation
Cancellation berdasarkan kondisi tertentu
Provision
Provision yang telah disepakati

Pemberian hak/opsi kepada lessee


Bargain
Bargain Purchase
Purchase untuk membeli aset pada harga yang
lebih rendah dibandingkan dengan nilai
Option
Option wajar pada tanggal opsi dapat
dilaksanakan

Periode yang tidak dapat


Lease
Lease Term
Term dibatalkan dimana lessee telah
menyepakati perjanjian sewa untuk
menggunakan aset.
Lease Provisions
7

Nilai pasar aset yang


Residual
Residual Value
Value disewakan pada akhir masa
leasing.
Pembayaran sewa yang
Minimum
Minimum Lease
Lease diharuskan selama masa
Payment
Payment leasing ditambah, jika ada,
pembayaran nilai residu.
AKTIFITAS LEASING SESUAI PSAK 30

I. SEWA PEMBIAYAAN (FINANCE LEASE)


 Sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat
yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya
dapat dialihkan dan dapat juga tidak dialihkan.
II. SEWA OPERASI (OPERATING LEASE)
 Sewa selain sewa pembiayaan
III. TRANSAKSI JUAL DAN SEWA BALIK (SALES AND LEASEBACK)
 Penjualan suatu aset dan penyewaan kembali atas aset yang sama.
PSAK 30 - Sewa

01 Sewa Pembiayaan/Finance Lease


Sewa yang mengalihkan secara substansial
“Suatu perjanjian dimana
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
lessor memberikan
kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya
kepada lessee hak untuk
dapat dialihkan, dapat juga tidak dialihkan.
menggunakan suatu aset
selama periode waktu
yang disepakati. Sebagai SEWA
imbalannya, lessee
melakukan pembayaran
atau serangkaian
pembayaran kepada Sewa Operasi/Operating Lease
lessor”
02 Sewa yang tidak mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang
terkait dengan kepemilikan aset.
Operating Lease
Penjual

LESSEE

4
Barang modal Barang modal

LESSOR
Uang sewa 2
3
1
Pembelian
Financial Lease
Penjual

LESSEE

4 Barang modal
5
Barang modal
LESSOR
3 2
Angsuran
Hak opsi (pokok+bunga) 1
Kepemilikan
berpindah ke Pembelian
lease
SEWA PEMBIAYAAN (FINANCE LEASE) SESUAI PSAK 30

Klasifikasi sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi didasarkan pada
substansi transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya.

Contoh dari situasi yang secara individual atau gabungan dalam kondisi normal
mengarah kepada sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan adalah:
a) Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;
b) Lessee mempunyai opsi membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan
dengan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal
sewa dapat dipastikan bahwa opsi itu memang akan dilaksanakan;
c) Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara
substansial mendekati nilai wajar aset aset sewaan; dan
d) Aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat
menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.
e) Jika lessee dapat membatalkan sewa, maka rugi lessor terkait pembatalan
ditanggung oleh lessee;
f) Laba atau rugi fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee
g) Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan
nilai rental yang secara subtansial lebih rendah dari nilai pasar rental.
Timeline

Perolehan Awal Masa Akhir Masa Akhir Manfaat


Awal Sewa Sewa Ekonomik
Aset Sewa

Adalah
Adalah tanggal yang lebihtanggal
awal saat leasee
mulai berhak
antara tanggal perjanjian sewa untuk
menggunakan aset sewaan.
dan tanggal pihak-pihak
Tanggal
menyatakan komitmen ini merupakan tanggal
terhadap Masa Sewa
pertama
ketentuan-ketentuan pokokkali sewa diakui
(yaitu
sewa. Pada tanggal ini: pengakuan aset,
liabilitas, penghasilan atau
• Sewa diklasifikasikan Umur Manfaat
beban sewa)
sebagai sewa operasi atau
sewa pembiayaan Adalah estimasi periode tersisa dari manfaat ekonomik aset yang diharapkan untuk
• Untuk sewa pembiayaan, dikonsumsi oleh entitas, yang dihitung dari mulai awal masa sewa, tanpa dibatasi oleh
jumlah yang diakui pada masa sewa itu sendiri
awal masa sewa ditentukan

Umur Ekonomik
Adalah periode dimana suatu aset diharapkan secara ekonomis dapat digunakan oleh
satu atau lebih pengguna atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan
dapat diperoleh dari aset oleh satu atau lebih pengguna
Indikator Sewa Pembiayaan (Non Akumulatif)

Pengalihan di Akhir Sewa Masa Sewa


Lessor mengalihkan kepemilikan aset Masa sewa adalah untuk sebagian besar
kepada lessee pada akhir masa sewa umur ekonomik aset meskipun hak milik
tidak dialihkan;

Sifat Aset Sewaan


Aset sewaan bersifat khusus dan hanya
lessee yang dapat menggunakannya
tanpa perlu modifikasi secara material

Hak Opsi Nilai Kini Pembayaran


Lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga
yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar pada Nilai kini dari jumlah pembayaran sewa
tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga
pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi akan minimum secara substansial mendekati
dilaksanakan. nilai wajar aset sewaan
Indikator Sewa Pembiayaan
Perjanjian Sewa Sewa Operasi

Tidak
Tidak Tidak Tidak Tidak
Pembayaran
Masa sewa
minimum Aset sewaan
Pengalihan Opsi mencakup
mendekati bersifat
Kepemilikan Pembelian umur
nilai wajar spesifik
ekonomik
aset

Ya Ya Ya Ya Ya

Sewa Pembiayaan
Indikator Tambahan

1. Jika lessee dapat membatalkan sewa, maka rugi lessor yang terkait dengan pembatalan
ditanggung oleh lessee
2. Laba atau rugi dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee
3. Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan nilai rental
yang secara substansial lebih rendah dari nilai rental pasar.
KOMERSIAL
Pengakuan Sewa Pembiayaan
Oleh Lessee
1. Pada awal masa sewa, Lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan liabilitas dalam laporan
posisi keuangan sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa
minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar.
2. Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessee ditambahkan ke dalam jumlah yang diakui sebagai
aset.
Pengukuran Selanjutnya
Oleh Lessee
1. Pembayaran sewa minimum harus dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan
bagian yang merupakan pelunasan kewajiban
2. Beban keuangan harus dialokasikan ke setiap periode selama masa sewa
3. Rental kontinjen dibebankan pada periode terjadinya.
4. Penyusutan untuk aset sewaan harus konsisten dengan aset yang dimiliki sendiri sesuai PSAK 16
atau PSAK 19
KOMERSIAL
Pengakuan Sewa Pembiayaan
Oleh Lessor
1. Pada awal masa sewa, Lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan di neraca sebesar
jumlah yang sama dengan investasi sewa neto aset tersebut.
2. Investasi sewa neto adalah investasi sewa bruto yang didiskontokan dengan tingkat bunga implisit
dalam sewa.
KOMERSIAL
Pengakuan Sewa Operasi
Oleh Lessee
1. Pembayaran sewa diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus selama masa sewa kecuali
terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang
dinikmati pengguna

Pengakuan Sewa Operasi


Oleh Lessor
1. Lessor menyajikan aset untuk sewa operasi di neraca sesuai nilai dasar aset
2. Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan dasar garis lurus selama
masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih mencerminkan pola waktu dimana
mafaat penggunaan set menurun
3. Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessor dalam proses negosiasi dan pengaturan sewa operasi
ditambahkan ke jumlah tercatat aset sewaan dan diakui sebagai beban selama masa sewa dengan
dasar yang sama dengan pendapatan sewa.
Diskusi PSAK 30 vs PSAK 73?
Aspek Pajak dan Akuntansi Pajak Leasing
LEASING (FINANCIAL DAN OPERATING LEASE)
KMK NOMOR 1169/KMK.01/1991 KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING)

KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA
SEWA-GUNA-USAHA DENGAN HAK OPSI SEWA-GUNA-USAHA TANPA HAK
(FINANCE LEASE) OPSI (OPERATING LEASE).
Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa- Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan
guna-usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua sebagai sewa-guna-usaha tanpa hak opsi
kriteria berikut : apabila memenuhi semua kriteria berikut
1. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa :
sewa-guna-usaha pertama ditambah dengan nilai sisa 1. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha
barang modal, harus dapat menutup harga perolehan selama masa sewa-guna-usaha pertama
barang modal dan keuntungan lessor; tidak dapat menutupi harga perolehan
2. masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang- barang modal yang disewa-guna-
kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal usahakan ditambah keuntungan yang
Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal diperhitungkan oleh lessor;
Golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk 2. perjanjian sewa-guna-usaha tidak
Golongan bangunan; memuat ketentuan mengenai opsi bagi
3. perjanjian sewa-guna-usaha memuat ketentuan lessee.
mengenai opsi bagi lessee.
Sewa-guna-usaha Dengan Hak Opsi
KMK NOMOR 1169/KMK.01/1991 KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING)

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN BAGI LESSOR adalah sebagai berikut :


1) Penghasilan lessor yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah sebagian dari pembayaran sewa guna
usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa sewa guna usaha;
2) LESSOR TIDAK BOLEH MENYUSUTKAN ATAS BARANG MODAL YANG DISEWA-GUNA-USAHAKAN
DENGAN HAK OPSI;
3) Dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan dalam Pasal 3 Keputusan
ini, Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor;
4) Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% (dua setengah persen) dari rata-rata saldo awal
dan saldo akhir piutang sewa-guna-usaha dengan hak opsi.
5) Kerugian yang diderita karena piutang sewa-guna-usaha yang nyata-nyata tidak dapat ditagih lagi
dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang telah dibentuk pada awal tahun
pajak yang bersangkutan;
6) Dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak sepenuhnya dibebani
untuk menutup kerugian dimaksud maka sisanya dihitung sebagai penghasilan, sedangkan apabila
cadangan tersebut tidak mencukupi maka kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Sewa-guna-usaha Dengan Hak Opsi
KMK NOMOR 1169/KMK.01/1991 KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING)

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN BAGI LESSEE adalah sebagai berikut :


1) SELAMA MASA SEWA-GUNA-USAHA, LESSEE TIDAK BOLEH MELAKUKAN PENYUSUTAN ATAS BARANG MODAL YANG
DISEWA-GUNA-USAHA, SAMPAI SAAT LESSEE MENGGUNAKAN HAK OPSI UNTUK MEMBELI;
2) Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan penyusutan dan
dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan;
3) PEMBAYARAN SEWA-GUNA-USAHA YANG DIBAYAR ATAU TERUTANG OLEH LESSEE KECUALI PEMBEBANAN ATAS
TANAH, MERUPAKAN BIAYA YANG DAPAT DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO LESSEE SEPANJANG
TRANSAKSI SEWA-GUNA-USAHA TERSEBUT MEMENUHI KRITERIA SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI;
4) Dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan dalam kriteria sewa guna usaha dengan
hak opsi (pasal 3 KMK No.1169/KMK.01/1991), Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya
sewa-guna-usaha.
Sewa-guna-usaha Dengan Hak Opsi

• ASPEK PPH PEMOTONGAN & • Aspek Pajak Pertambahan Nilai


PEMUNGUTAN  Pasal 1A ayat (1) huruf b UU PPN 2009,
 Pasal 23 ayat (4) huruf b UU termasuk dalam pengertian penyerahan
Barang Kena Pajak adalah pengalihan
PPh No.36 Tahun 2008: Barang Kena Pajak oleh karena suatu
Pemotongan pajak PPh Pasal perjanjian sewa beli dan perjanjian
23 tidak dilakukan atas sewa leasing.
yang dibayarkan atau terutang  Pasal 4A ayat (3) huruf d UU PPN 2009,
sehubungan dengan sewa jasa di bidang jasa keuangan (meliputi
guna usaha dengan hak opsi. jasa perbankan,dan jasa pembiayaan
( termasuk sewa guna usaha dengan hak
opsi) termasuk jenis jasa yang tidak
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai .
SKEMA PPN ATAS LEASING DENGAN HAK OPSI
BILA BKP BERASAL DARI SUPPLIER

Kontrak Leasing Dengan Hak Opsi


LESSOR LESSEE
Obyek PPN

FP  DPP PPN = Harga jual BKP


Angsuran = pokok + bunga “ Lessee”
BKP

Pembayaran + PPN
 Non-Obyek PPN
 Non – PPh 23
SUPPLIER/
DEALER
SKEMA PPN ATAS LEASING DENGAN HAK OPSI
BILA BKP BERASAL DARI PERSEDIAAN LESSOR

Obyek PPN

BKP

FP PPN hanya atas harga jual BKP tidak


“ Lessee” termasuk unsur bunga

Kontrak Leasing Dengan Hak Opsi


LESSOR LESSEE

Angsuran = pokok + bunga

 Non-Obyek PPN
 Non – PPh 23
PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI YANG
BERAKHIR MENJADI LEBIH SINGKAT DARI MASA SEWA GUNA
USAHA YANG DISYARATKAN
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-10/PJ.42/1994 jo SE - 129/PJ/2010

DALAM PELAKSANAANNYA SUATU PERJANJIAN SGU DENGAN HAK OPSI KADANG-


KADANG TERPUTUS, SEHINGGA MASA SEWA GUNA USAHA MENJADI LEBIH PENDEK
DARI MASA YANG SEMULA DISEPAKATI.

HAL INI DAPAT TERJADI KARENA BEBERAPA HAL :


a) FORCE MAJEUR, YAITU PUTUSNYA TRANSAKSI SGU KARENA BENCANA ALAM
SEPERTI KEBAKARAN DAN LAIN-LAIN, SEHINGGA BARANG MODAL YANG
DIPEROLEH SECARA FINANCE LEASE MENGALAMI RUSAK BERAT DAN TIDAK
DAPAT DIPAKAI LAGI.
b) DEFAULT, YAITU TERPUTUSNYA TRANSAKSI SGU KARENA LESSEE TIDAK DAPAT
MEMENUHI PEMBAYARAN LEASE PAYMENT SERTA KEWAJIBAN LAINNYA SEHINGGA
KONTRAK FINANCE LEASE BERAKHIR LEBIH CEPAT.
c) SEBAB EKONOMIS, YAITU LESSEE MENGAKHIRI MASA LEASE SEBELUM WAKTUNYA
KARENA PERTIMBANGAN EKONOMIS SEMATA-MATA, DENGAN MEMBAYAR
SEKALIGUS KEWAJIBAN YANG TERSISA.
PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI YANG
BERAKHIR MENJADI LEBIH SINGKAT DARI MASA SEWA GUNA
USAHA YANG DISYARATKAN

 Dalam hal terjadi force majeur, maka Pajak Masukan yang telah
dikreditkan oleh lessee tidak wajib dibayar kembali oleh lessee.
 Apabila barang tersebut diasuransikan dan penggantian asuransi
berupa uang tunai, maka Pajak Masukan yang telah dikreditkan
oleh lessee wajib dibayar kembali, kecuali penggantian asuransi
tersebut berupa barang modal baru atau bagian barang modal
baru, maka Pajak Masukan yang telah dikreditkan dari barang
modal lama tidak wajib dibayar kembali dan Pajak Masukan dari
barang modal baru atau bagian dari barang modal baru tersebut
tidak dapat dikreditkan.
Sewa-guna-usaha Dengan Hak Opsi
(SE - 10/PJ.42/1994 jo SE-129/PJ/2010)

• ASPEK PPh atas Leasing


 Dalam hal perjanjian finance lease menyatakan jangka waktu yang lebih pendek atau
pada pelaksanaannya berakhir dalam jangka waktu yang lebih pendek dari jangka waktu
minimum yang disyaratkan perlakuan perpajakannya disamakan dengan operating lease.
 Dalam hal masa SGU finance lease lebih pendek daripada masa SGU berdasarkan Pasal 3
Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 1169/KMK.01/1991 yang disebabkan karena force
majeur (bencana alam seperti kebakaran dan lain-lain), default (lessee tidak dapat
memenuhi kewajiban pembayaran lease payment) ataupun karena pertimbangan
ekonomis tertentu yang dilakukan secara wajar tanpa motif untuk menghindarkan atau
memperkecil besarnya pengenaan pajak terutang serta dilakukan oleh masing-masing
pihak yang tidak terdapat hubungan istimewa, maka tidak perlu mengubah perlakuan
perpajakan dari finance lease menjadi operating lease akan tetapi tetap diperlakukan
sebagai finance lease. Dengan adanya perubahan masa SGU, maka besarnya penghasilan
bagi lessor serta besarnya biaya bagi lessee dengan sendirinya berubah atau berbeda
dibandingkan apabila tidak terjadi perubahan masa SGU.
PERLAKUAN PERPAJAKAN
UNTUK OPERATING LEASE

Lessee
Lessee Lessor
Lessor

1.1. Seluruh
Seluruh pembayaran
pembayaran sewa
sewa guna
guna usaha
usaha yang
yang
1.1. Lessee
Lessee tidak
tidak boleh
boleh melakukan
melakukan diterima atau diperoleh merupakan obyek
diterima atau diperoleh merupakan obyek
penyusutan
penyusutan atas barang modal yang
atas barang modal PPh
yang PPhpasal23.
pasal23.
disewa-guna-usahakan.
disewa-guna-usahakan. 2.2. Berhak
Berhak menyusutkan
menyusutkan barang
barang yang
yang disewa-
disewa-
2.2. Pembayaran
Pembayaran sewa
sewa guna
guna usaha
usaha yang guna-usahakan
yang guna-usahakan dimulai
dimulai pada
pada tahun
tahun pajak
pajak
dibayarkan atau yang terutang adalah
dibayarkan atau yang terutang adalah barang modal yang bersangkutan disewa-
barang modal yang bersangkutan disewa-
biaya
biaya yang
yang dapat
dapat dikurangkan
dikurangkan dari
dari guna-usahakan
guna-usahakan
penghasilan bruto.
penghasilan bruto. 3.3. Lessor
Lessor tidak
tidak diperkenankan
diperkenankan membentuk
membentuk
3.3. Lesse
Lesse memotong
memotong PPh
PPh Pasal
Pasal 23
23 setiap cadangan
setiap cadanganpenghapusan
penghapusanpiutang
piutangragu-ragu.
ragu-ragu.
kali membayar sewa kepada
kali membayar sewa kepada LessorLessor
dengan 4.4. Lessor
Lessor memungut
memungut pajak
pajak pertambahan
pertambahan nilai
nilai
dengandasar
dasarperhitungan
perhitunganpemotongan
pemotongan nilai (PPN) jasa sewa yang diberikan
PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 nilai (PPN) jasa sewa yang diberikan

Continued
Continued
31
KOREKSI FISKAL ATAS SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI
DALAM SPT TAHUNAN PPh BADAN

• Atas beban penyusutan atau amortisasi aset yang disewa dengan hak opsi
dilakukan koreksi fiskal positif.
• Atas beban bunga yang timbul atas hutang sewa guna usaha dengan hak opsi
dilakukan koreksi fiskal negatif dengan menambah jumlah pembayaran pokok
(principal) hutang sebagai biaya.
• Ilustrasi mengacu pada kasus PT MBR sebelumnya, pada laporan laba rugi tahun
2005 akan terdapat data berikut:

Laporan L/R Nilai Koreksi Fiskal SPT


Positif Negatif Tahunan
PPh Badan

Beban
Beban Bunga Leasing-Hak Opsi 19.019 - 100.980 120.000
Beban amortisasi aset leasing 50.038 50.038 - 0
Pembayaran pokok (principal) hutang
Accounting for Operating Leases—Lessee
Lessor: PT.XYZ, Lesse: PT.ABC
HP Barang modal selain kendaraan = Rp 200.000.000
Jangka waktu operating lease = 20 bulan
Pembayaran per bulan = Rp 8.000.000

PT.XYZ:
Tagihan setiap bulan = Rp 8.000.000
PPN (PM- utk lesse) = Rp 800.000
PT ABC = Rp 8.800.000
Memotong PPh Pasal 23 ( 2% x 8.000.000) = Rp 160.000
Dibayar ke Lessor = Rp 8.640.000
Jurnal PT ABC:
Beban Sewa 8.000.000
PPN-Masukan 800.000
Kas 8.640.000
Hutang PPh Pasal 23 160.000

33
Transaksi Jual dan Sewa Kembali
Sale-Leaseback Transactions

An arrangement whereby one party sells


property to a second party, and then the first
party leases the property back is a sale-
leaseback transaction.
Sale-Leaseback Transactions in PSAK No.30
 Jika suatu transaksi jual dan sewa kembali merupakan sewa pembiayaan,
selisih lebih dari nilai tercatat tidak dapat diakui segera sebagai
pendapatan oleh penjual-lesee, tetapi ditangguhkan dan diamortisasi
selama masa sewa.

 Jika suatu transaksi jual dan sewa balik merupakan sewa operasi dan jelas
transaksi itu terjadi pada nilai wajar, maka laba atau rugi harus diakui segera.
 Jika harga jual di bawah nilai wajar, laba atau rugi harus diakui segera, kecuali
rugi tersebut dikompensasikan dengan pembayaran sewa di masa depan
yang lebih rendah dari harga pasar, maka rugi tersebut harus ditangguhkan
dan diamortisasi secara proporsional dengan pembayaran sewa selama
periode penggunaan aset tersebut.
 Jika harga jual di atas nilai wajar, selisih lebih dari nilai wajar tersebut
ditangguhkan dan diamortisasi selama periode penggunaan aset .

 Untuk sewa operasi, jika nilai wajar aset pada transaksi jual dan sewa
kembali lebih rendah daripada nilai tercatatnya, rugi sebesar selisih
antara nilai tercatat dan nilai wajar harus diakui segera.
Ilustrasi Kasus Sale-Leaseback

Pada tanggal 1 Januari 2018, PT ABC menjual sebuah mesin


dengan nilai buku sebesar Rp 750.000.000 kepada PT XYZ dengan
harga jual Rp 950.000.000 dan menyewa kembali aset yang dijual
itu dengan beberapa kondisi sebagai berikut:
1) Masa sewa selama 10 tahun, non-cancelable. Uang muka
sebesar Rp 200.000.000 dan pembayaran angsuran leasing
setiap awal tahun sebesar Rp 107.107.000. Tingkat suku bunga
implisit sebesar 10%.
2) Mesin itu memiliki nilai wajar (fair value) sebesar Rp
950.000.000 pada tgl 1 Januari 2018 dan estimasi masa
manfaat 20 tahun. Metode penyusutan adalah garis lurus.
3) PT ABC memiliki opsi untuk memperbarui leasing untuk sisa
masa leasing 10 tahun dengan pembayaran angsuran leasing
sebesar Rp 100.000.000 per tahun. Kepemilikan mesin akan
beralih pada akhir masa leasing.
Jurnal Akuntansi-Sale-Lease Back
Jurnal Akuntansi-Sale-Lease Back
SKEMA PERLAKUAN PPN ATAS PERJANJIAN “SALE & LEASE BACK”
Referensi Surat Dirjen Pajak No: S-813/PJ.53/2005
jo. SE-129/PJ/2010

1
LESSOR LESSE

1. Lesse menjual barang modalnya kepada lessor dalam rangka memperoleh fresh money untuk menyehatkan
likuiditas perusahaaan

2. Penyerahan hak atas harta yang dijual (transaksi sale) termasuk dalam pengertian penyerahan aktiva yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan terutang PPN jika memenuhi syarat Ps.16-D UU PPN
( sebelum 29 Nopember 2010). Sesudah 29 Nopember 2010 atas transaksi sale tsb tidak terutang PPN Pasal
16 D, sepanjang transaksi Sale & Lease back tsb merupakan transaksi leasing dgn hak opsi (finance lease)
menurut aturan perpajakan.

3. Barang modal tersebut kemudian di “lease back” dibawah kondisi sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease), yang berdasarkan Pasal 4A UU PPN 1984 Jo. Pasal 9 PP No.50/1994, merupakan jasa yang
tidak dikenakan pajak, tetapi untuk transaksi pengalihan harta (transaksi lease back) merupakan
penyerahan BKP yang terutang PPN.
Summary KOMERSIAL
Uraian Sewa Pembiayaan Sewa Operasi
Lessee Lessor Lessee Lessor
Pengakuan Awal Aset Aset (Piutang) - -
Liabilitas
Pengukuran Beban penyusutan Pendapatan sewa Beban sewa Pendapatan sewa
Selanjutnya Beban bunga pembiayaan
Pendapatan bunga
Ketentuan PPh Fiskal

Uraian Sewa Pembiayaan Sewa Operasi


Objek PPh Sebagian dari pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa Seluruh pembayaran yang
sewa guna usaha. diterima lessor dari lessee
Imbalan Jasa SGU adalah bagian dari pembayaran SGU yang diperhitungkan sebagai
pendapatan SGU bagi Lessor.

Penyusutan 1. Lessor tidak boleh menyusutkan Lessor membebankan biaya


2. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa-guna- penyusutan atas barang
usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli. modal.
3. Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut,
lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual
value) barang modal yang bersangkutan

Pembayaran sewa Merupakan biaya yang dapat dikurangkan (kecuali pembebanan atas tanah) Merupakan biaya yang dapat
dikurangkan
PPh Pasal 23 Tidak ada Ada (dipotong lessee)
Lainnya Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% dari rata-rata
saldo awal dan saldo akhir piutang sewa-guna-usaha dengan hak opsi. Piutang sewa-
guna-usaha (Lease Receivable) adalah jumlah seluruh pembayaran sewa-guna-usaha
selama masa sewa-guna-usaha
Ketentuan PPN Fiskal

Uraian Sewa Pembiayaan Sewa Operasi


BKP berasal dari 1. Penyerahan yang terjadi adalah penyerahan dari pemasok ke Ketentuan Umum
pemasok lessee.
2. Lessor hanya menyerahkan jasa pembiayaan yang bukan objek
PPN
3. PKP Pemasok menerbitkan FP atas nama Lessee
4. DPP yang dicantumkan sebesar harga jual pemasok

BKP berasal dari 1. Lessor menyerahkan BKP dan jasa pembiayaan


persediaan 2. Atas penyerahan BKP tetap terutang PPN
lessor 3. Lessor harus dikukuhkan sebagai PKP apabila memenuhi
ketentuan
4. DPP yang dicantumkan dalam FP sebesar harga jual tidak
termasuk unsur bunga yang diminta atau seharusnya diminta
oleh lessor.
Aspek Pajak
Jenis Sewa Operasi Sewa Pembiayaan
199 Mbps 199 Mbps 199 Mbps 199 Mbps 199 Mbps
Transaksi Lessor Lessee Lessor Lessee
PPN, - -
Penyerahan Awal -
PPh Psl 23/ 4(2)

Angsuran/Sewa - PPN, - Koreksi Negatif


PPh Psl 23/ 4(2)

Biaya Penyusutan Tidak Ada Koreksi - Koreksi Positif


-

Akhir Masa Sewa - - PPN, Gain -


(penyerahan)
KOMERSIAL
Contoh
Pada tanggal 2 Januari 2017, PT ABC menyewakan sebuah peralatan kepada PT XYZ dengan
ketentuan:
a. Masa sewa 4 tahun, sewa tidak dapat dibatalkan
b. Pembayaran sewa setiap awal tahun adalah Rp41,933,445.06,-
c. Biaya langsung awal sebesar Rp10,000,000,-
d. Nilai wajar peralatan Rp150,000,000,- masa manfaat peralatan 5 tahun, tidak ada nilai sisa.
Metode penyusutan yang digunakan garis lurus
e. Perjanjian sewa tidak mengandung opsi pembaharuan sewa dimana aset akan dikembalikan ke
PT ABC di akhir masa sewa
f. Tingkat bunga inkremental pinjaman lessee 10%
g. Tingkat bunga implisit yang ditetapkan lessor 8%
h. Faktor PV annuity due of 1 (n=4, i=8%) adalah 3,5770969
Menentukan klasifikasi sewa:
Apakah kepemilikan aset akan berpindah pada akhir masa sewa?
1
Aset sewaan akan dikembalikan pada akhir masa sewa

Apakah ada opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar?
2
Tidak ada opsi pembelian yang ditawarkan

Apakah masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset?
3 Masa sewa adalah 4 tahun dan umur ekonomik mesin adalah 5 tahun, sehingga masa sewa sudah
sebagian besar umur ekonomik mesin

Apakah aset sewaan bersifat khusus?


4
Tidak terdapat informasi

Apakah nilai kini dari jumlah pembayaran sewa secara substansial mendekati nilai wajar aset?
5
Nilai kini pembayaran sewa minimum sama dengan nilai wajar aset

Nilai kini pembayaran sewa minimum sama dengan nilai wajar aset dan Present Value (PV) dari pembayaran sewa minimum sama
dengan nilai wajar aset sewaan
KOMERSIAL
Contoh
a. Pembayaran sewa minimum Rp41,933,445.06,-
b. Faktor nilai kini anuitas due of 1 3,5770969
c. Nilai kini pembayaran sewa minimum (axb) Rp150,000,000,-
d. Nilai wajar aset Rp150,000,000,- pilih yang
terendah
Sehingga aset sewaan dan liabilitas yang diakui PT XYZ sebesar Rp150,000,000,-
Contoh Tabel Penghitungan Nilai Kini

Dikutip dari https://www.accountingtools.com/articles/2017/5/17/present-value-of-an-annuity-due-table-present-value-table


Contoh

2/1/2017

Pencatatan di PT B (Lessee)
2/1/2017
31/12/2017

31/12/2018
2 Januari 2017
31/12/2019 Aset sewa pembiayaan Rp. 160.000.000
Liabilitas sewa pembiayaan Rp. 150.000.000
Pencatatan di PT A (Lessor) Rp. 10.000.000
2 Januari 2017 Kas
2 Januari 2017
Piutang sewa pembiayaan Rp. 150.000.000
Liabilitas sewa pembiayaan Rp. 41.933.445
Aset Rp. 150.000.000
Kas Rp. 41.933.445
2 Januari 2017
31 Desember 2017
Kas Rp. 41.933.445
Beban Bunga Rp. 8.645.324
Piutang sewa pembiayaan Rp. 41.933.445
Utang Bunga Rp. 8.645.324
31 Desember 2017 31 Desember 2017
Piutang Bunga Rp. 8.645.324 Beban penyusutan Rp. 40.000.000
Pendapatan sewa pembiayaan Rp. 8.645.324 Akumulasi penyusutan Rp. 40.000.000
-----> Rp. 160.000.000 / 4
Contoh Penyajian
Sewa Pembiayaan Lessor

Sewa Operasi Lessor


Contoh Penyajian
Sewa Pembiayaan Lessee

Sewa Operasi Lessee

Anda mungkin juga menyukai