EC SUSPEK MALIGNANSI
Pasien adalah seorang buruh harian lepas. Pasien tidak memiliki riwayat kontak
dengan orang yang batuk lama.
RIWAYAT GIZI
Sebelum sakit, pasien makan teratur sebanyak tiga hari sehari dengan porsi cukup
dan makanan yang bervariasi. Namun setelah sakit, nafsu makan menurun dan
hanya makan kurang dari seperempat dari porsi biasa.
PEMERIKSAAN FISIK (08/03/2018)
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg (lengan kanan, posisi tidur)
Nadi : 96 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 28 x/menit, regular, abdominotorakal
Suhu : 36,6o C (aksila)
Berat Badan : 48kg
Tinggi Badan : 160cm
IMT : 18,75 (Berat Badan Ideal)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Kepala
Bentuk : Normocephali
Ekspresi : Wajar
Rambut : putih, lurus, pendek dan tidak mudah dicabut
Alopesia : (-)
Deformitas : (-)
Perdarahan temporal : (-)
Nyeri tekan : (-)
Wajah sembab : (-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Mata
Eksoftalmus : (-)
Endoftalmus : (-)
Palpebral : edema (-)
Konjungtiva palpebra : pucat (-)
Sklera : ikterik (-)
Kornea : jernih, cincin senilis (-)
Pupil : bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, reflek cahaya
(+/+)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Hidung
Sekret : (-)
Epistaksis : (-)
Septum : deviasi (-)
Telinga
Meatus akustikus eks. : lapang
Nyeri tekan : processus mastoideus (-/-), tragus (-/-)
Nyeri tarik : aurikula (-/-)
Sekret : (-)
Pendengaran : baik
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Mulut
Higiene : baik
Bibir : cheilitis (-), rhagaden (-), sianosis (-),
Lidah : kotor (-), atrofi papil (-), pucat (-)
Tonsil : T1-T1
Mukosa : basah, stomatitis (-), ulkus (-)
Gusi : hipertrofi (-), berdarah (-), stomatitis (-)
Faring hiperemis : (-)
Gigi : (-)
Bau Pernapasan : tidak ada bau pernapasan
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Hidung
Sekret : (-)
Epistaksis : (-)
Septum : deviasi (-)
Telinga
Meatus akustikus eks. : lapang
Nyeri tekan : processus mastoideus (-/-), tragus (-/-)
Nyeri tarik : aurikula (-/-)
Sekret : (-)
Pendengaran : baik
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Leher
Inspeksi : benjolan (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar tiroid/struma (-)
Auskultasi : bruit (-)
Tekanan vena jugularis : (5-2) cmH2O
Dada
Inspeksi : simetris, sela iga melebar (-), retraksi dinding dada (-), spider nevi
(-), venektasi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Paru-paru (anterior)
Inspeksi:
Statis : retraksi iga (-)
Dinamis : hemithoraks kiri tertinggal
Palpasi:
nyeri tekan (-), sela iga (-), stem fremitus kiri menurun dibandingkan kanan
Perkusi :
kanan : nyeri ketok (-), sonor pada lapang paru kanan
kiri : nyeri ketok (-), redup pada paru kiri dari ICS II sampai ke bawah, batas paru hepar tidak
dapat dinilai
Auskultasi :
kanan : vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
kiri : vesikuler menurun, ronkhi (-), wheezing (-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Paru-paru (posterior)
Inspeksi :
Statis : kanan = kiri
Dinamis : kanan = kiri
Palpasi:
stem fremitus kiri menurun dibandingkan kanan
Perkusi :
kanan : nyeri ketok (-), sonor pada lapang paru kanan
kiri : nyeri ketok (-), redup pada paru kiri dari ICS II sampai ke bawah
Auskultasi:
kanan : vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
kiri : vesikuler menurun, ronkhi (-), wheezing (-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat, venektasi (-)
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, thrill (-), tidak ada nyeri tekan
Perkusi : batas atas ICS II linea parasternalis sinistra
batas kiri sulit dinilai
Auskultasi : HR 96x/menit, reguler, BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-), scar (+), caput medusae (-)
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), defans muskuler (-), ballotement ginjal (-)
hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
Auskultasi : bising usus normal
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Ekstremitas
Inspeksi:
Superior : deformitas (-), kemerahan (-), edema (-/-), koilonikia (-), sianosis (-), jari tabuh (-),
palmar eritem (-), kulit lembab, flapping tremor (-), onikomikosis (-)
Inferior : deformitas (-), kemerahan (-), edema pretibial (-/-), koilonikia (-), sianosis (-),
jari tabuh (-), onikomikosis (-)
Palpasi:
Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), krepitasi (-/-)
Inferior : akral hangat (+/+), edema pretibial (-/-), krepitasi (-/-)
ROM:
Superior : kekuatan 5, rom aktif pasif luas
Inferior : kekuatan 5, rom aktif pasif luas
Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Kulit
Kulit : sawo matang
Efloresensi : (-)
Pigmentasi : (-)
Jaringan parut : (-)
Turgor : baik
Keringat : cukup
Pertumbuhan rambut : dalam batas normal
Lapisan lemak : kurang
Ikterus : (-)
Lembab/kering : kering
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Kelenjar getah bening (KGB)
Tidak terdapat pembesaran KGB pada regio periauricular, submandibula, cervical
anterior dan posterior, supraclavicula, infraclaviculla, axilla, dan inguinal
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Pembuluh darah
a.temporalis, a.carotis, a.brakhialis, a.femoralis, a.poplitea, a.tibialis posterior,
a.dorsalis pedis: teraba
Status neurologis
Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium darah
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 11,4 g/dL 13,48-17,40 g/dL
RBC 3.94 x106/mm3 4,40-6,30x106/mm3
Leukosit 3
/mm3 4.73-10.89x103/mm3
Hematokrit 34% 41-51%
Trombosit 542x103/ µL 170-396x103/µL
Diff. count 0/4/67/17/12 0-1/1-6/50-70/20-40/2-8
Kimia Klinik Hati
LDH 717 mg/dL 240-480 U/L
Ginjal
Ureum 28 mg/dL 16,6-48,5 mg/dL
Asam Urat 20,6 mg/dL <8,4 mg/dL
Kreatinin 1,04 mg/dL 0.50-0.90 mg/dL
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Cairan Pleura
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Makroskopi
Volume 12 ml -
Warna Merah Transudat: KekuninganEksudat: Kuning s/d merah
Kimia
Rivalta Positif Transudat: NegatifEksudat: Positif
Protein 2,7 g/dL Transudat: <2,5Eksudat: >3
LDH 2699 U/L Transudat: <200Eksudat: >200
Glukosa 52,0 mg/dL Transudat: = kadar di serumEksudat: < kadar di
serum
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan Kultur
Kesan :
Suspek massa hilus kiri
dengan efusi pleura
masif
DIAGNOSIS
• Pasien datang dengan keluhan utama sesak bertambah hebat sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit.
• Keluhan sesak sebenarnya sudah dirasakan pasien mulai dari 1 minggu SMRS.
• Pada kasus sesak, harus ditentukan etiologi dari sesak pada pasien.
• Sesak dapat berhbungan dengan gangguan jantung, ginjal, paru-paru, saluran napas, darah,
dan metabolik
ANALISIS KASUS
• Pemeriksaan fisik tidak didapatkan barrel chest, tidak ada suara ekspirasi memanjang, tidak
ada wheezing, namun terdapat kelainan dimana dinding dada kanan tertinggal saat diinspeksi
secara statis dan dinamis
• Sesak pada pasien tidak disebabkan oleh PPOK dan asma.
• Keluhan pasien 1,5 bulan yang lalu demam, keringat malam tanpa aktivitas, batuk berdahak
kuning yang encer, lesu, nafsu makan menurun, dan berat badan yang menurun, gejala-gejala
ini merupakan gejala klasik dari penyakit TB paru.
ANALISIS KASUS
• Seorang pasien TB dapat terdiagnosis secara klinis apabila hasil sputum BTA negatif, namum
hasil foto thorax menunjang diagnosis TB
• Akan tetapi, dalam kasus ini dapat ditegakkan diagnosis TB paru karena pasien sudah memiliki
riwayat mengkonsumsi obat TB dimulai dari 1 minggu SMRS sehingga dapat dikatakan bahwa
diagnosis pasien adalah kasus baru TB paru on therapy OAT kategori I fase intensif.
• Kategori I maksudnya obat disediakan dalam satu paket kobinasi dosis tetap (KDT) yang
terdiri dari paduan 2HRZE/ 4R3H3.
ANALISIS KASUS
• TB paru umumnya dihubungkan dengan faktor kebiasaan, tempat tinggal yang overcrowded,
sanitasi lingkungan yang buruk, ventilasi rumah yang tidak baik, dan yang terutama adalah
seringnya terapapar dengan penderita TB.
• Pekerjaan sebagai supir angkot dan kebiasaan merokok dapat menunjang terjadinya penurunan
fungsi makrofag alveolar dalam melakukan fagositosis kuman M. Tuberculosis sehingga
mendukung kejadian TB paru.
ANALISIS KASUS
• Efusi pleura pada kasus TB paru dapat terjadi karena adanya peradangan yang membuat
permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga terjadi pengeluaran cairan ke
rongga pleura.
• Penyebab pleuritis eksudativa tersering adalah infeksi M. tuberculosis yang dikenal sebagai
pleuritis tuberkulosa eksudativa.
• Analisis cairan pleura baik secara maksroskopi maupun mikroskopi diperoleh hasil bahwa
cairan pleura adalah eksudat.
• Konfirmasi dari hasil pemeriksaan rӧntgen dada ditemukan hidropneumothorax pada paru
kanan.
ANALISIS KASUS
• TB paru umumnya dihubungkan dengan faktor kebiasaan, tempat tinggal yang overcrowded,
sanitasi lingkungan yang buruk, ventilasi rumah yang tidak baik, dan yang terutama adalah
seringnya terapapar dengan penderita TB.
• Pekerjaan sebagai supir angkot dan kebiasaan merokok dapat menunjang terjadinya penurunan
fungsi makrofag alveolar dalam melakukan fagositosis kuman M. Tuberculosis sehingga
mendukung kejadian TB paru.
ANALISIS KASUS
• WSD yang fungsinya untuk drainase cairan eksudat dan juga udara pada cavum pleura dextra.
• OAT terus dilanjutkan sesuai dengan berat badan pasien (54 kg) OAT KDT kategori I tahap
intensif dengan 3 tablet 4KDT dan tahap lanjutan 3 tablet 2KDT.
• Pasien menderita penyakit DM tipe-2, maka diberikan juga terapi insulin pada pasien
Novorapid 3 x 6 unit dan Levemir 1 x 10 unit
• Prognosis pada kasus yaitu quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad functionam dubia ad malam,
serta quo ad sanationam dubia ad malam.
THANK YOU