Anda di halaman 1dari 10

Pendahuluan

Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang


memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari sisi
enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia
yang dikatalisasi oleh enzim. Istilah "vitamin" sebenarnya sudah tidak tepat untuk
dipakai tetapi akhirnya dipertahankan dalam konteks ilmu kesehatan dan gizi.
Nama ini berasal dari gabungan kata latin vita yang artinya hidup dan amina
(amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen
(N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa
banyak vitamin sama sekali tidak memiliki atom N (Lehninger 1998).
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok
besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.
Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin
lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang
larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam
hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat
dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di
dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya
di dalam tubuh.
Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan
tubuh kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk
kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang,
dan jaringan penyokong lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan
alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar
lingkungan kita. Terkait dengan sifatnya yang mampu menangkal radikal bebas,
vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko
timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan. Selain
itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan
di dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan luka saat
terjadi pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi
mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam
menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit.
Defisiensi vitamin C juga dapat menyebabkan gusi berdarah dan nyeri pada
persendian. Akumulasi vitamin C yang berlebihan di dalam tubuh dapat
menyebabkan batu ginjal, gangguan saluran pencernaan, dan rusaknya sel darah
merah.

Gambar 1 Struktur vitamin C (Hart 2003)

Vitamin B1, yang dikenal juga dengan nama tiamin, merupakan salah satu
jenis vitamin yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan
membantu mengkonversi karbohidrat menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk
rutinitas sehari-hari. Di samping itu, vitamin B1 juga membantu proses
metabolisme protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitamin B1, kulit akan
mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik. Tubuh juga dapat
mengalami beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung, dan sistem saraf.
Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengkonsumsi banyak gandum,
nasi, daging, susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan. Bahan makanan inilah
yang telah terbukti banyak mengandung vitamin B1.

Gambar 2 Struktur vitamin B1 (Hart 2003)

Tujuan Percobaan
Praktikum bertujuan menentukan kandungan atau kadar vitamin C (asam
askorbat) dalam tablet dan menentukan kadar vitamin B1 (tiamin) dalam tablet.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan ialah buret, gelas kimia, mortar & pestle, sudip,
erlenmeyer, statip, botol semprot, pipet tetes, pipet mohr, bulp, penangas air,
corong dan batang pengaduk.
Bahan-bahan yang digunakan ialah tablet vitamin C, H 2SO4 2N, tiosulfat
0.1N, tablet vitamin B1, akuades, Iod 0.1 N, NaOH 2 N, indikator larutan pati,
HCl 0.05N, plastik hitam, es batu dan tissue.

Metode Percobaan
Penentuan vitamin C dalam tablet. Contoh tablet vitamin C sebanyak
100 mg dilarutkan ke dalam 20 ml akuades dingin yang telah dididihkan
sebelumnya. Larutan H2SO4 2N ditambahkan sebanyak 5 ml dan segera
ditambahkan pula larutan Iod 0.1N ke dalam campuran larutan. Campuran larutan
tersebut kemudian dititrasi dengan larutan tiosulfat 0.1N dan sebagai indikator
dipakai larutan amilum. Sementara itu dilakukan juga titrasi blanko tanpa
penambahan sampel tablet vitamin C dan hanya ditambahkan dengan H2SO4 2N
dan larutan Iod 0.1N sebanyak 25 ml dan dititrasi dengan larutan tiosulfat 0.1N
dengan indikator larutan amilum. Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan
warna menjadi kuning kecoklatan dan ditambahkan indikator amilum, kemudian
titrasi dilanjutkan sampai larutan berwarna putih. Jumlah ml tiosulfat yang
digunakan dihitung dan dicatat dan kadar vitamin C dalam tablet ditentukan.
Tiosulfat sebanyak 1 ml setara dengan 8.08 mg vitamin C.
Penentuan vitamin B1 (tiamin) dalam tablet. Serbuk vitamin B1
sebanyak 2 tablet yang sudah digerus ke dalam mortar dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 100 ml. Larutan HCl 0.05N sebanyak 5 ml dan laruta Iod 0.1N
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, penambahan dilakukan dengan menggunakan
pipet dan direndam dalam air es. Larurtan NaOH 2N sebanyak 12 tetes
ditambahkan segera sampai larutan menjadi netral. Campuran kemudian disimpan
dalam lemari es selama 15 menit, sebelumnya erlenmeyer berisi campuran
tersebut ditutupi dengan plastik hitam dan dilakukan pengasaman dengan
penambahan larutan H2SO4 2 tetes. Campuran kemudian dititrasi dengan larutan
tiosulfat 0.05N, sebelumnya dilakukan titrasi blanko penambahan dengan resep
yang sama dan perlakuan sama dengan sampel hanya tidak diberi contoh sampel.
Perubahan warna sama dengan titrasi vitamin C yaitu pada saat tengah titrasi atau
larutan berubah menjadi kuning kecoklatan lalu diberi indikator amilum sampai
berwarna putih. Perbedaan ml tiosulfat antara titrasi contoh dan blanko dihitung.
Larutan tiosulfat sebanyak 1ml setara dengan 2.81 mg/ml tiamin klorida.

Data dan Hasil Pengamatan


Tabel 1 Penentuan kadar vitamin C dalam tablet

Volume tiosulfat (mL) Volume Kadar Konsentrasi


Sampel terkoreks vitamin vitamin C
Awal Akhir Terpakai i (mL) C (mg) (%)

Blanko 0,00 15,20 15,20 - - -

Tablet 1 15,20 25,20 10,00


6,05 48,884 97,77
Tablet 2 25,20 33,50 8,30
Keterangan : Indikator : amilum
Perubahan warna : kuning – tidak berwarna
Reaksi : C6H8O6 C6H6O6 + 2H+ + 2e-
I2 + 2e- 2I-
C6H8O6 + I2 C6H6O6 + 2H+ + 2I-
C6H8O6 + I2 C6H6O6 + I-
I2 (sisa) + 2NaSO3 2NaI + NaS4O6 (Harjadi 1986)
Contoh perhitungan :
 Volume terpakai = volume akhir – volume awal
= 15,20 mL – 0,00 mL
= 15,20 mL

 Volume terkoreksi = vol terpakai (blanko) – vol rataan terpakai (tablet)


= 15,20 mL – 9,15 mL
= 6,05 mL
 Kadar vitamin c (mg) = volume terkoreksi (mL) x 8,08 mg vit C
= 6,05 mL x 8,08
= 48,884 mg

 Konsentrasi vit C = kadar vit C percobaan x 100%


Kadar vit C teoritis
= 48,884 mg x 100%
50 mg
= 97,77 %

Tabel 2 Penentuan kadar vitamin B1 pada tablet

Volume tiosulfat (mL) Volume Kadar Konsentrasi


Sampel terkoreks vitamin vitamin B1
Awal Akhir Terpakai i (mL) B1 (mg) (%)

Blanko 0,00 21,50 21,50 - - -

Tablet 1 0,00 18,00 18,00


6,85 19,2485 76,994
Tablet 2 18,00 29,30 11,30
Keterangan : Indikator : amilum
Perubahan warna : kuning – hijau
Contoh perhitungan :
 Volume terpakai = volume akhir – volume awal
= 21,50 mL – 0,00 mL
= 21,50 mL

 Volume terkoreksi = vol terpakai (blanko) – vol rataan terpakai (tablet)


= 21,50 mL – 14,65 mL
= 6,85 mL

 Kadar vitamin B1 (mg) = volume terkoreksi (mL) x 8,08 mg vit B1


= 6,85 mL x 2,81 mg
= 19,2485 mg
 Konsentrasi vit B1 = kadar vit B1 percobaan x 100%
Kadar vit B1 teoritis
= 19,2485 mg x 100%
25 mg
= 76,994 %
Pembahasan
Vitamin C termasuk vitamin yang larut dalam air. Vitamin C atau asam
askorbat merupakan asam gula yang banyak terdapat pada buah-buahan. Vitamin
C dikenal sebagai zat anti askorbat dan dapat mempertinggi daya tahan tubuh
terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus.
Sumber vitamin C  terbaik adalah berasal dari sayuran dan buah-buahan
seperti strawberry, jeruk, melon, brokoli, pepaya, belimbing, kedondong, kubis,
asparagus dan aneka sayuran hijau. Penetapan kadar vitamin C dalam suatu bahan
dapat dilakukan secara titrimetri. Reaksi yang dijalankan dengan titrasi yaitu suatu
larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang
direaksikan tepat menjadi ekivalen. Pada saat titran ditambahkan tampak telah
ekivalen, maka penambahan titran harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir
titrasi. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran sedangkan larutan yang
ditambah titran disebut titrat (Harjadi 1986).
Penentuan kadar vitamin C pada tablet dapat dilakukan dengan titrasi
iodometri tidak  langsung. Penambahan larutan H2SO4 dilakukan terlebih dahulu
sebelum larutan Iod pada pembuatan titrat dilakukan untuk membuat larutan Iod
tidak mengalami oksidasi. Titrasi iodometri tidak langsung melibatkan
Na2S2O3 sebagai titran. Vitamin C atau asam askorbat (C6H8O6) merupakan
oksidator yang dapat bereaksi dengan I- (iodida) untuk menghasilkan I2, I2 yang
terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian
diatas maka titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali
(Girindra 1986).
Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika
direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titran. Hal ini
disebabkan faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang dapat
dipakai untuk iodida. Oleh sebab itu titrasi kembali merupakan proses titrasi yang
sangat baik untuk titrasi yang melibatkan iodida. Senyawaan iodida umumnya KI
ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I2. I2 yang
terbentuk adalah ekuivalen dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan.
Jumlah I2 ditentukan dengan mentitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat
(Baliwati 2002).
Penentuan kadar vitamin C atau asam askorbat pada percobaan kali ini
dilakukan dengan asam askorbat dititrasi dengan Na2S2O3. Hal ini disebabkan
asam askorbat yang bersifat oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi
senyawaan yang bilangan oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya
reaksi ini tidak stoikiometri.  Indikator yang digunakan pada percobaan kali ini
yaitu pati atau amilum. Amium dengan I2membentuk suatu kompleks berwarna
biru tua yang masih sangat jelas sekalipun I 2 sedikit sekali. Pada titik akhir, iod
yang terikat itu pun hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru lenyap
mendadak dan perubahan warnanya tampak sangat jelas. Penambahan amilum ini
harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi (bila iod sudah tinggal sedikit
yang tampak dari warnanya yang kuning muda). Hal tersebut bertujuan agar
amilum tidak membungkus iod dan menyebabkan sulit lepas kembali. Hal itu
akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan
tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan
hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir (Harjadi
1986). Perubahan warna yang terjadi adalah dari kuning menjadi kuning pudar,
saat kuning pudar ditambahkan amilum sehingga terbentuk warna biru dan
dititrasi kembali sampai tidak berwarna (Harjadi 1986).
Penambahan amilum (pati) menjelang akhir titrasi juga disebabkan
kompleks amilum-I2 terdisosiasi sangat lambat maka banyak I2 yang akan
terabsorbsi oleh amilum jika amilum ditambahkan pada awal titrasi dan biasanya
iodometri dilakukan pada media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya
hidrolisis amilum. Reaksi yang terjadi pada percobaan kali ini sebagai berikut:
I2 + 2Na2S2O3      2NaI + Na2S4O6
C6H8O6 + I2               C6H6O6 + 2HI
Gambar 3 Reaksi amilum dengan tiosulfat dan vitamin C (Hart 2003)
Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya
oksidasi iodida oleh udara bebas. Pengocokan pada saat melakukan titrasi
iodometri dilakukan untuk menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu,
penumpukkan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi
tiosulfat untuk menghasilkan belerang. Terbentuknya reaksi ini dapat diamati
dengan adanya belerang dan larutan menjadi bersifat koloid (tampak keruh oleh
kehadiran S) (Harjadi 1986).
S2O32-  +  2H+  -> H2SO3 + S
Gambar 4 Reaksi penumpukkan tiosulfat (Winarno 1997)
Jumlah iodida yang ditambahkan dipastikan berlebih sehingga semua
analat tereduksi dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodida
tidak akan mengganggu jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak
dilakukan dengan segera maka I- dapat teroksidasi oleh udara menjadi I2 (Harjadi
1986). Kadar vitamin C pada tablet vitamin C merupakan selisih antara volume
titran blanko dengan volume titran sampel yang kemudian dikalikan 8,08 mg.
Nilai 8,08 mg menunjukkan bahwa 1 ml tiosulfat setara dengan 8,08 mg.
Berdasarkan percobaan, kadar vitamin C rata-rata yang diperoleh pada tablet
vitamin C adalah 48,884 mg/tablet dan berdasarkan literatur, kandungan vitamin
C pada tablet sebanyak 50 mg/tablet. Adanya perbedaan tersebut menunjukkan
adanya kesalahan dalam percobaan. Kesalahan tersebut disebabkan oleh berbagai
faktor di antaranya larutan natrium sulfat  yang  tidak distandardisasi,
penambahan titran yang berlebih, I2 yang telah teroksidasi.
Vitamin B1 dalam bentuk murninya adalah thiamin hidroklorida. Dalam
makanan thiamin ditemukan dalam bentuk bebas atau dalam bentuk kompleks
dengan protein atau kompleks protein-fosfat. Thiamin tidak dapat disimpan
banyak oleh tubuh tetapi dalam jumlah terbatas disimpan di hati, ginjal, jantung,
otak dan otot. Bila terlalu banyak kelebihannya dibuang melalui air kemih.
Thiamin memiliki rumus molekul C12H17N4OS, vitamin ini juga memiliki berat
molekul 265, 36 gram/ molekulnya. Thiamin aktif dalam bentuk kokarboksilase
sebagai thiaminpirofosfatase (TPP). Prinsipnya thiamin sebagai koenzim dalam
reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan
energi membentuk ATP (Adenin Trifosfat) (Winarno 1997).
Vitamin B1 di dalam tubuh memiliki fungsi yang sangat penting yakni
esensial untuk berbagai fungsi tubuh, produksi energi dan membantu memelihara
kesehatan syaraf dan otot, membantu perawatan penyakit anemia, membantu
perawatan penyakit herpes, serta membantu tubuh membuat dan memakai protein.
Pemakaian thiamin yang melebihi normal mempengaruhi sistem saraf. Hal
ini karena reaksi hipersensitif yang dapat berpengaruh pada kelelahan, sakit
kepala, sifat lekas marah dan susah tidur. Sistem darah dapat terpengaruh, karena
denyut nadi menjadi cepat. Jumlah konsumsi harian yang direkomendasikan oleh
RDA untuk vitamin 1,4 mg. Sumber makanan yang mengandung vitamin B1
yakni beras pecah kulit, daging, unggas, telur,hati, ikan, lalap sayuran (Lide
2004).
Berdasarkan data percobaan dapat diketahui bahwa rata-rata kadar vitamin
B1 dalam tablet sebesar 19,2485 mg/tablet, sedangkan kadar vitamin B1 menurut
literature sebesar 25 mg. Adanya perbedaan kadar, dikarenakan konsentrasi titran
(natrium tiosulfat) yang kurang tepat karena tidak dilakukan standardisasi.
Sehinggan kadar vitamin B1 yang didapatkan kurang tepat. Adapula faktor lain
yang menyebabkan ketidaktepatan kadar vitamin B1, yaitu lamanya inkubasi.
Inkubasi yang dilakukan, suhu yang digunakan tidak konstan sehingga
menyebabkan vitamin B1 kurang efektif.

Simpulan
Berdasarkan percobaan, rata-rata  kadar vitamin C yang diperoleh pada
tablet vitamin sebesar 48,884 mg/tablet dan kadar vitamin B1 dalam tablet sebesar
19,2485 mg/tablet.

Daftar Pustaka
Baliwati Y F. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Girindra A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia
Harjadi. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Erlangga
Hart H. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Lehninger A. 1998. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta : Erlangga.
Winarno F G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama

Anda mungkin juga menyukai