atopic , Abstrak • Latar belakang • Vitamin d memiliki efek imunomodulator pada imun system inate dan adaptive • Penelitian berkembang terdapat hubungan dalam proses inflamasi seperti dermaitits atopic • Hipotesis • Jika D3 bertindak sebagai imun sistem, seharusnya meningkatkan respon terapi pada dermatitis atopic • Metode • Acak, double blind placebo- controlled • 65 pasien memenuhi kriteria hanifin rajka dan derajat keparahan SCORAD • Dibagi menjadi dua kelompok • Minum vitamin D3 5000/ hari (33 orang ) • Plesebo (32 orang ) • Keduanya tetap menerima terapi dasar (steroid topical, sabun pengganti dan emolien) • Selama 3 bulan • Hasil • Dari 65 , 58 yang masuk di analisis • Hasil akhir , kelompok yang diintervensi mencapai nilai 25 (OH) D yang tinggi • Pada minggu ke 12, pasien yang tercatat memiliki nilai serum 25 OH > 20 , tanpa melihat kelompok menerima suplemen menunjukan SCORAD yang rendah di bandingkan dengan nilai serum < 20 • 80% dari pasien dengan kadar serum <20 , memiliki dermatitis atopic sedang berat wlpn menerima terapi standar • Kadar vitamin D > 20 dihubungkan dengan terapi dasar sangat kuat hubungan dengan remisi pda DA • Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pasien dengans erum level > 20 dan > 30 • Kesimpulan • Mencapai kadar serum > 20 dalam hubungannya dengan terapi standar, hasilnya cukup baik untuk mengurangi derajat SCORAD pd pasien DA Pendahuluan • Patfis DA melibatkan interaksi antara factor genetic, perubahan imunologik dari lapisan kutaneus dan lingkungan • hadirnya keterlibatan dalam system imun inate menunjukan salah satu dari sebab utama menimbulkan peningkatan infeksi dari virus dan bakteri, yang tentu saja mempersulit penyakit pada subgroup pada pasien DA • Terapi standar meliputi penggunaan topical steroid, sabun pengganti dan emolien • Vitamin D berperan penting dalam metabolism dari calcium fosfat dan beberapa penyakit kelainan tulang • Baru baru ini ditemukan vit d juga berperan dalam system imun • Dalam hal ini , vit d memiliki dua efek imunomodulator imun system inate dan adaptive , dan hubungan dengan proses inflamasi • Dalam kulit, vit d menginduksi produksi dari peptide antimikroba spt cathelicidin yang diekspresikan oleh sel kulit sperti keratinosit dan monosit, yang menginduksi sitokin kemotaksisn angiogenesis dan reepitelisasi • Defisiensi 25 OH d mungkin menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam patfis DA namun masih diperdebatkan • Defisiensi level serum <20ng/ml • Optimal 40-60ng/ml • Kadar aman > 100ng/ml • Pasein dengan kadar serum < 30mg/ml diberikan vit d 5000 iu , dievaluasi per hari selama 3 – 6 bulan • Maintenance 2000 iu • Tujuan studi : megnevaluasi efek klinis dari pemberian suplemen oral vit D3 5000/ hari + terapi dasar DA pada populasi urban dikota meksiko Material dan metode • Secara random , double blind, placebo sebagai control • 65 pasien diagnosa DA sedang berat menurut hanifin rajka dan derajat keparahan SCORAD • Semua pasien menerima terapi dasar ( topical steroid – hidrokortison) selama 3 minggu , sabun pengganti dan emolien • Pasien dibagi menjadi 2 kelompok • Kelompok pertama menerima kapsul Vit D 3 5000 larut air • Kelompok kedua kapsul dengan warna ukuran sama seperti vit D3 5000 • Objektifitas : • Evaluasi derajat SCORAD • Evaluasi beratnya DA dalam hubungannya dengan konsentrasi akhir kadar serum 25 OH D • Ekslusi • Imunodefisiensi • Asidosis renal tubular • Kehamilan • Pasien menerima suplemen lain • Ketidakpatuhan follow up selama 12 minggu • Secara klinis dilakukan oleh derajat SCORAD • <25 poin ringan • 25-50 poin sedang • > 50 poin berat • Secara fotografi • Kedatangan pertama (0) • Kedatangan 6 minggu • Kedatangan 12 minggu • Diperiksa kadar serum ( pada awal dan akhir ) • PTH • Kalsium • Forfor • 25 OH D • Nilai kadar serum diperolah dari Haney dan holick (25 OH D) • > 30 ng/ml cukup • 20-30 ng/ml kekurangan • < 20 ng/ml defisiensi sedang • < 8 ng/ml defisiensi berat Analisis statistic • Analisis deskriptif • T test digunakan untuk membandingkan kelompok • Klasifikasi pasien (defisiensi , kekurangan dan cukup ) • Variabel parametrik : satu arah varian analysis (ANOVA) • Non parametrik variable : menggunakan metode Kruskal Wallis • Chi square digunakan untuk membandingkan variable nominal dan korelasi hubungan Pearson u/ analisis koefisien variable dari distribusi normal Hasil • 65 pasien didiagnosa DA , 7 ekslusi (tidak rajin control) • Usia rata rata pasien 12,6 ( usia 2-54 tahun) • 67 % (39 org ) wanita • Pada awalnya • 39% (23 org) defisiensi • 59% (34 org) kekurangan • 32 pasien placebo • 33 pasien vit D3 • Tidak melihat perbedaan usia, derajat SCORAD, atau metabolism kalsium fosfor • Pada akhir studi • 100% pasien yang menerima vit D3 dimana memiliki kadar serum 25 OH D cukup (>30ng/ml) menunjukan penurunan derajat SCORAD yg drastic • Selain kelompok placebo yang terdaftar memiliki kadar serum cukup, akan tetapi ada 41 % terdaftar kadar serum > 20ng/ml Pada grafik 1 • Menunjukan perkembangan dari derajat berat SCORAD dengan kadar 25 OH D yang mencapai nilai yang berbeda dengan pasein yang menerima suplemen vit D3 • Pada minggu ke 12 , pasien yang memiliki kadar serum 25 OH D >20 ng/ml, tanpa melihat menerima suplemen atau tidak, menunjukan ada penurunan derajat SCORAD dibanding dengan nilai kadar serum < 20 ng/ml • Hanya 2 pasien dengan kadar serum 25 OH D < 10 (kekurangan) memiliki DA sedang , sementara sebagian besar pasien dengan kadar yang defisiensi sangat berhubungan dengan peningkatan derajat SCORAD pada pasien DA Grafik 2 • Menunjukan hubungan antara hasil akhir kadar serum 25 OH D dengan beratnya DA • Pada akhir studi , kelompok pasien ( kadar serum 25 OH D) , ditemukan bahwa kadar yang < 20 ng.ml (defisiensi) menunjukan penurunan yang sediikit dalam derajat SCORAD dibandingkan dengan kadar serum yang > 20ng/ml • Tidak ada perbedaan signifikan antara kadar serum > 20 dan > 30 ng/ml • Jumlah total area badan yang terkena mengalami penurunan pada pasien yang kadar serum > 20ng/ml • 80 % pasien dengan kadar serum < 20ng/ml tetap mengalami DA derajat sedang berat walaupun sudah dengan terapi standar • Sebaliknya, pasien dengan kadar serum > 20 ng/ml, pada kelompok placebo menunjukan kemajuan secara klinis DA ( SCORAD < 25 ) dibandingkan dengan yang defisiensi Diskusi • Pd percobaan ini, menunjukan dampak yang bagus dari suplemen vit D3 pada pasien DA • Kelompok yang menerima terapi Vit D3 menunjukan hasil yang signifikan dari segi kelainan klinis • Ditemukan juga pasien dengan kadar serum level 20ng/ml yang cukup untuk membantu vit D dalam mencapai efek ajuvan • Pasien dengan kadar serum < 20 ng/ml, tidak mampu memproduksi kadar normal katelisidin yang dapat menyebabkan inflamasi • Kadar katelisidin meningkat signifikan pada pasien DA yang diberikan suplemen vit D3 dan pada kulit yang sehat tidak dapat memproduksi katelisidin , yang mendorong percobaan klinis pada DA • Pro dan kontra smp saat ini masih banyak • Alasan • Dosis • Ras • Fx lingkungan • Secara speseifik pada studi ini , terdapat kelompok pasien yang menunjukan peningkatan spontan kadar 25 OH D ( sinar matahari atau variasi makanan) yang menyebabkan penurunan relative derajat SCORAD • Analisis ini menunjukan kadar serum 25 OH D berperan penting untuk memperoleh efek ajuvan untuk standar terapi • Dalam studi ini • 100% pasien yang menerima suplemen vit D3 5000 / hari dapat mencapai kadar serum yang cukup (> 30ng/ml) • Kadar serum 25 OH D pada grup yang diberikan suplemen lebih tinggi dari pada kadar serum placebo • Pasien dengan kadar serum > 20 ng/ml tidak menunjukan hasil yang berbeda dengan pasien dengan kadar serum 20ng/ml dalam derajat SCORAD • Secara klinis, dapat diperoleh relasi dengan TBSA • 26 pasien (<30ng/ml) dan 10 pasien (<20ng/ml) penurunan signifikan dari kalsium fosfor dibandingkan dengan pasin dengan kadar cukup • Hal ini menyebabkan ada hubungan antara 25 OHD dengan metabolism kalsium fosofor Kesimpulan • Vit D3 dapat dipertimbangkan sebagai terapi ajuvan yang relevan untu DA • Mencapai kadar serum > 20 ng/ml dalam hubungan dengan terapi standar cukup untuk mencapai penurunan beratnya derajat SCORAD dan TBSA yang terkena pada pasien DA • Dosis dicatat dan dibuktikan aman dan efektif untuk mencapai kadar 25 OH yg cukup selama 3 bulan