Rosa Yulianti
1704010088
Farmasi 4B
KASUS
Satu keluarga terdiri ibu dan tiga anak serta seorang keponakannya
ikan kaleng yang sudah kadaluarsa,” ujar seorang staf medis RS PMI
Bogor.
Lanjutan...
Sekitar pk.06:00, Maryam memasak sarden buat sarapan anak dan
Panas dapat memungkinkan spora aktif dan berkecambah dan panas juga dapat
membunuh bakteri lain yang menjadi saingan dengan Clostridium Botulinum dalam
mendapatkan Host.
sistem saraf periferi karena memiliki afiniti untuk neuron pada persimpangan otot
syaraf.
Lanjutan...
Toksin botulinum ialah sejenis endopeptidase yang menghalang
pembebasan asetilkolin pada pertemuan antara otot dengan saraf
(myoneural junction). Ia adalah spesifik untuk bagian ujung saraf
tepi/periferi pada tempat di mana neuron motor merangsang otot, Sel
yang terpapar gagal membebaskan neurotransmiter (asetilkolin).
Apabila otot tidak menerima isyarat daripada saraf, ia tidak akan
berkontraksi (contract). Ini menyebabkan paralisis (lumpuh) sistem
motor.
PENATALAKSANAAN KERACUNAN
PENGOBATAN
Penderita botulisme harus segera dibawa ke rumah sakit.
Pengobatannya segera dilakukan meskipun belum
diperoleh hasil pemeriksaan laboratorium untuk
memperkuat diagnosis.
Untuk mengeluarkan toksin yang tidak diserap dilakukan:
-perangsangan muntah
-pengosongan lambung melalui lavase lambung
– pemberian obat pencahar untuk mempercepat
pengeluaran isi usus.
Lanjutan...
Bahaya terbesar dari botulisme ini adalah masalah pernafasan. Tanda-
tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu) harus
diukur secara rutin.
Jika gangguan pernafasan mulai terjadi, penderita dibawa ke ruang intensif
dan dapat digunakan alat bantu pernafasan. Perawatan intensif telah
mengurangi angka kematian karena botulisme, dari 90% pada awal tahun
1900 sekarang menjadi 10%.Mungkin pemberian makanan harus dilakukan
melalui infus.
Pemberian antitoksin tidak dapat menghentikan kerusakan, tetapi dapat
memperlambat atau menghentikan kerusakan fisik dan mental yang lebih
lanjut, sehingga tubuh dapat mengadakan perbaikan selama beberapa
bulan.
Antitoksin diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan.
Pemberian ini pada umumnya efektif bila dilakukan dalam waktu 72 jam
setelah terjadinya gejala. Antitoksin tidak dianjurkan untuk diberikan pada
bayi, karena efektivitasnya pada infant botulism masih belum terbukti.
Spora sangat tahan terhadap pemanasan dan dapat tetap hidup selama beberapa jam
pada proses perebusan. Tetapi toksinnya dapat hancur dengan pemanasan, Karena
itu memasak makanan pada suhu 80° Celsius selama 30 menit, bisa mencegah
foodborne botulism. Memasak makanan sebelulm memakannya, hampir selalu dapat
mencegah terjadinya foodborne botulism. Tetapi makanan yang tidak dimasak
dengan sempurna, bisa menyebabkan botulisme jika disimpan setelah dimasak,
karena bakteri dapat menghasilkan toksin pada suhu di bawah 3° Celsius (suhu
lemari pendingin).
Penting untuk memanaskan makanan kaleng sebelum disajikan. Makanan kaleng
yang sudah rusak bisa mematikan dan harus dibuang. Bila kalengnya penyok atau
bocor, harus segera dibuang. Anak-anak dibawah 1 tahun sebaiknya jangan diberi
madu karena mungkin ada spora di dalamnya.
Toksin yang masuk ke dalam tubuh manusia, baik melalui saluran pencernaan, udara
maupun penyerapan melalui mata atau luka di kulit, bisa menyebabkan penyakit
yang serius. Karena itu, maPENCEGAHAN
kanan yang mungkin sudah tercemar, sebaiknya segera dibuang.
Hindari kontak kulit dengan penderita dan selalu mencuci tangan segera setelah
mengolah makanan (medicastore)
DAFTAR PUSTAKA
Soemirat, Juli. 2003. “Toksikologi Lingkungan”.
Bandung. Gadjah Mada University Press.
Priyanto. 2009. “Tokdikologi, Mekanisme, Terapi
Antidotum, dan Penilaian Resiko”. Jakarta. LESKONFI
Press.
Palar, Heryando. 2004. “Pencemaran dan Toksikologi
Logam Berat”. Jakarta. Rineka Cipta.
http://poskotanews.com/2012/08/23/ibu-tiga-anak-dan-
keponakan-keracunan-ikan-kaleng/