Anda di halaman 1dari 11

KASUS KERACUNAN

Rosa Yulianti
1704010088

Farmasi 4B
KASUS
Satu keluarga terdiri ibu dan tiga anak serta seorang keponakannya

di Desa Cipambuan Kecamatan Babakan Madang keracunan usai

menyantap makanan ikan dalam kemasan kaleng, Kamis (23/8). Ibu

dan anak ini lalu dilarikan ke RS PMI Bogor.

Mereka itu: Maryam, 40, bersama tiga anaknya, Cinta,10, Ratna,8,

Saniya, dan Rifal,2, sedangkan keponakannya Ratna,8. “Kini kondisi

kelimanya berangsur-angsur membaik. Mereka menyantap makanan

ikan kaleng yang sudah kadaluarsa,” ujar seorang staf medis RS PMI

Bogor.
Lanjutan...
Sekitar pk.06:00, Maryam memasak sarden buat sarapan anak dan

keponakanya. Sebelumn ikan dalam kemasana itu dia beli di warung

sekitar rumahnya. Tanpa membaca batas waktu yang boleh dimakan,

ibu tiga anak ini tetap memasaknya

“Setelah menyantap makanan itu mendadak putri bungsunya Rafil

merasa kepalanya pusing lalu disusul dengan muntah-muntah,” ujar

Maman, kerabatnya di RS PMI Bogor. Kejadian serupa dialami

ketiga kakaknya dan sepupunya kemudian Ny. Maryam, ibunya.


GEJALA YANG DITIMBULKAN
BOTULINUM

  Gejalanya terjadi tiba-tiba, biasanya 18-36 jam setelah


toksin masuk, tapi dapat terjadi 4 jam atau paling lambat 8
hari setelah toksin masuk. Makin banyak toksin yang
masuk, makin cepat seseorang akan sakit. Pada umumnya,
seseorang yang menjadi sakit dalam 24 jam setelah makan
makanan yang tercemar, akan mengalami penyakit yang
sangat parah.
MEKANISME TOKSISITAS BOTULINUM
Botulisme adalah suatu keadaan yang jarang terjadi dan
bisa berakibat fatal, yang disebabkan oleh keracunan toksin
(racun) yang diproduksi oleh Clostridium botulinum. Toksin
ini adalah racun yang sangat kuat dan dapat menyebabkan
kerusakan saraf dan otot yang berat. Karena menyebabkan
kerusakan berat pada saraf, maka racun ini disebut
neurotoksin.
Lanjutan...

Bakteri botulinum akan berbahaya bila aktif secara metabolisme dan

memproduksi racun botulinus. Dalam keadaan spora, botulinum tidak berbahaya.

Panas dapat memungkinkan spora aktif dan berkecambah dan panas juga dapat

membunuh bakteri lain yang menjadi saingan dengan Clostridium Botulinum dalam

mendapatkan Host.

Toksin botulinum mempunyai persamaan struktur dan fungsi dengan toksin

tetanus. Kedua-duanya adalah neurotoksin tetapi toksin botulinum mempengaruhi

sistem saraf periferi karena memiliki afiniti untuk neuron pada persimpangan otot

syaraf.
Lanjutan...
Toksin botulinum ialah sejenis endopeptidase yang menghalang
pembebasan asetilkolin pada pertemuan antara otot dengan saraf
(myoneural junction). Ia adalah spesifik untuk bagian ujung saraf
tepi/periferi pada tempat di mana neuron motor merangsang otot, Sel
yang terpapar gagal membebaskan neurotransmiter (asetilkolin).
Apabila otot tidak menerima isyarat daripada saraf, ia tidak akan
berkontraksi (contract). Ini menyebabkan paralisis (lumpuh) sistem
motor.
PENATALAKSANAAN KERACUNAN
PENGOBATAN
 Penderita botulisme harus segera dibawa ke rumah sakit.
Pengobatannya segera dilakukan meskipun belum
diperoleh hasil pemeriksaan laboratorium untuk
memperkuat diagnosis.
 Untuk mengeluarkan toksin yang tidak diserap dilakukan:
-perangsangan muntah
-pengosongan lambung melalui lavase lambung
– pemberian obat pencahar untuk mempercepat
pengeluaran isi usus.
Lanjutan...
 Bahaya terbesar dari botulisme ini adalah masalah pernafasan. Tanda-
tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu) harus
diukur secara rutin.
 Jika gangguan pernafasan mulai terjadi, penderita dibawa ke ruang intensif
dan dapat digunakan alat bantu pernafasan. Perawatan intensif telah
mengurangi angka kematian karena botulisme, dari 90% pada awal tahun
1900 sekarang menjadi 10%.Mungkin pemberian makanan harus dilakukan
melalui infus.
 Pemberian antitoksin tidak dapat menghentikan kerusakan, tetapi dapat
memperlambat atau menghentikan kerusakan fisik dan mental yang lebih
lanjut, sehingga tubuh dapat mengadakan perbaikan selama beberapa
bulan.
 Antitoksin diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan.
Pemberian ini pada umumnya efektif bila dilakukan dalam waktu 72 jam
setelah terjadinya gejala. Antitoksin tidak dianjurkan untuk diberikan pada
bayi, karena efektivitasnya pada infant botulism masih belum terbukti.
 Spora sangat tahan terhadap pemanasan dan dapat tetap hidup selama beberapa jam
pada proses perebusan. Tetapi toksinnya dapat hancur dengan pemanasan, Karena
itu memasak makanan pada suhu 80° Celsius selama 30 menit, bisa mencegah
foodborne botulism. Memasak makanan sebelulm memakannya, hampir selalu dapat
mencegah terjadinya foodborne botulism. Tetapi makanan yang tidak dimasak
dengan sempurna, bisa menyebabkan botulisme jika disimpan setelah dimasak,
karena bakteri dapat menghasilkan toksin pada suhu di bawah 3° Celsius (suhu
lemari pendingin).
 Penting untuk memanaskan makanan kaleng sebelum disajikan. Makanan kaleng
yang sudah rusak bisa mematikan dan harus dibuang. Bila kalengnya penyok atau
bocor, harus segera dibuang. Anak-anak dibawah 1 tahun sebaiknya jangan diberi
madu karena mungkin ada spora di dalamnya.
 Toksin yang masuk ke dalam tubuh manusia, baik melalui saluran pencernaan, udara
maupun penyerapan melalui mata atau luka di kulit, bisa menyebabkan penyakit
yang serius. Karena itu, maPENCEGAHAN
 kanan yang mungkin sudah tercemar, sebaiknya segera dibuang.
Hindari kontak kulit dengan penderita dan selalu mencuci tangan segera setelah
mengolah makanan (medicastore)
DAFTAR PUSTAKA
 Soemirat, Juli. 2003. “Toksikologi Lingkungan”.
Bandung. Gadjah Mada University Press.
 Priyanto. 2009. “Tokdikologi, Mekanisme, Terapi
Antidotum, dan Penilaian Resiko”. Jakarta. LESKONFI
Press.
 Palar, Heryando. 2004. “Pencemaran dan Toksikologi
Logam Berat”. Jakarta. Rineka Cipta.
 http://poskotanews.com/2012/08/23/ibu-tiga-anak-dan-
keponakan-keracunan-ikan-kaleng/

Anda mungkin juga menyukai