Anda di halaman 1dari 16

Kasus DM dan Epilepsi

Kelompok 1
Novita Dwi Indri W 1704010049
Fuzi Fauzia F 1704010051
Anisa Apriana 1704010053
Erika Restiar J 1704010055
Sopia Awaliah 1704010057
M Hendra Ap 1704010063


Hilda Nurosifah 1704010065
Yoga Darmawan 1704010069
Gesy Ghinaeni M 1704010071
Ade Irma S 1704010073
Neng Revi Nurul A 1704010075
Thia Herliani P 1704010077
Resi Syifaurohman 1704010079
Ilham Hilmi A 1704010081
Imas Sri Sinta 1704010083
Reva Restiana 1704010085
Rosa Yulianti 1704010088

Farmasi B 2017
Kasus DM
Ibu Mirna (43thn) mengeluhkan gejala mudah lelah, frekuensi buang air
kecil meningkat, dan haus yang berlebihan. Kadar gula darah puasanya
(GDP) adalah 200 mg/dL, nilai hemoglobin terglikosilasi (A1c) adalah


8,1%, tekanan darahnya adalah 145/90 mmHg dan kadar kolesterol low
density lipoprotein (LDL) pasien adalah 187 mg/dL. Indeks massa
tubuhnya (BMI) adalah 31,9. Pasien memiliki riwayat diabetes
gestational pada kehamilan kedua dan ketiga. Ibu serta nenek dari ibu
pasien mempunyai riwayat Diabetes Mellitus (DM). Ayahnya meninggal
mendadak karena infark miokard pada usia 49 dan ibunya meninggal
karena stroke massiv pada usia 76 tahun. Ibu Mirna juga diberi terapi
metformin 500 mg dua kali sehari. Setelah 3 bulan, Ibu Mirna terjadi
peningkatan kadar glikemik (GDP pasien adalah 195 mg/dL dan A1c
adalah 8,4% BMI 28,1 kg/m2 LDL 167 mg/dL),). Oleh karena itu, ia
diberi lisinopril 20 mg/hari untuk terapi hipertensi dan simvastatin 40
mg/hari untuk terapi hiperlipidemia. Pasien diberitahu untuk melanjutkan
terapi metformin sekaligus ditambahkan glimepiride 4 mg/hari. Pasien
mengaku sering lupa meminum obat karena jadwal kerja yang padat
dan sesekali mengalami gangguan gastrointestinal (GI) (Davis, 2007).
Subjective
Nama pasien : Ibu Mirna
Jenis kelamin : Wanita
Umur : 43 tahun 
Keluhan : Mudah lelah, frekuensi buang air kecil
meningkat, dan haus yang berlebihan.
Riwayat penyakit:Diabetes gestational pada kehamilan
kedua dan ketiga.
Riwayat keluarga :Ibu pasien serta nenek dari ibunya
mempunyai riwayat Diabetes mellitus (DM).
Ayahnya meninggal mendadak karena infark
miokard pada usia 49 dan ibunya meninggal
karena stroke massiv pada usia 76 tahun.
Objective
Hasil pemeriksaan fisik
Parameter Hasil Nilai normal Keterangan
pemeriksaan (Dipiro

et al.,
2015).
(Dipiro
et al.,
2015).
Tekanan 145/90 120/80 Hiperten
darah mmHg mmHg si stage 1
BMI 31,9 18,5-24,9 Obesitas
kg/m2 kg/m2 kelas 1
Hasil pemeriksaan laboratorium
Parameter Hasil Nilai normal Keterangan
pemeriksaan
Gula Darah 250 mg/dL < 110 mg/dL (ACE dan Diabetes
Puasa (GDP) AACE); terjadi DM jika GDP mellitus
≥126 mg/dL (Dipiro et al.,
2015).
HBA1c 8,1 % < 7% (ADA, 2016). Diabetes
mellitus
Low Density 187 mg/dL < 100 mg/dL (Dipiro et al., Hiperlipidemia
Lipoprotein 2015).
(LDL)
cholesterol
 Terapi I yang diberikan
Indikasi Terapi yang diberikan Rentang dosis terapi Keterangan
Diabetes mellitus Metformin 500 mg (2 kali 500 mg 2 kali sehari; Dosis sesuai
sehari) dosis maks 2550
mg/hari
Terapi II yang diberikan
Indikasi Terapi
yang

Rentang dosis terapi Keterangan

diberikan
Diabetes Metformin 500 mg 2 kali sehari; dosis Dosis sesuai
mellitus 500 mg (2 maks 2550 mg/hari  
kali sehari)    
  Dosis awal 1-2 mg/hari;  
  dosis maks 8 mg/hari Dosis sesuai;
Glimepirid (DiPiro, 2008) Kontraindikasi dengan
Dosis pemeliharaan 1-4 pasien obesitas
mg sekali sehari (DIH,
2009)
Hipertensi Lisinopril 10-40 mg/hari Dosis sesuai
20 (pemberian 1 kali sehari)
mg/hari
Hiperlipide Simvastati 10-20 mg/hari ; dosis Dosis sesuai
mia n 40 maks 80 mg/hari (DiPiro,
mg/hari 2008);
40 mg satu kali sehari saat
malam (DIH, 2009)
Assesment
Diberi terapi metformin 500 mg dua kali sehari
terjadi peningkatan kadar glikemik (GDP pasien adalah

195 mg/dL dan A1c adalah 8,4% BMI 28,1 kg/m2 LDL
167 mg/dL),)
diberi lisinopril 20 mg/hari untuk terapi hipertensi dan
simvastatin 40 mg/hari untuk terapi hiperlipidemia
Pasien diberitahu untuk melanjutkan terapi metformin
sekaligus ditambahkan glimepiride 4 mg/hari
Drug Related Problem (DRP)
Indikasi yang tidak diobati: Pasien memiliki faktor risiko
yang besar mengalami kardiovaskular karena memiliki


riwayat hipertensi, dislipidemia, obesitas, diabetes serta
riwayat keluarga mengalami penyakit jantung koroner.
Pemilihan obat yang tidak tepat: Pasien diberikan obat
antidiabetes glimepirid yang merupakan golongan
sulfonilurea. Obat golongan sulfonilurea memiliki efek
samping berupa peningkatan berat badan. Di sisi lain,
pasien mengalami obesitas kelas 1. Sehingga
pemberian glimepirid pada pasien kurang tepat.
Dosis terlalu rendah: -
Dosis terlalu tinggi : -
Interaksi obat :-
Pengobatan tanpa indikasi: -
Penggunaan obat yang tidak tepat oleh pasien: Pasien
mengaku bahwa sering lupa meminum obatnya karena
jadwal kerja yang sibuk. Hal ini menunjukkan

ketidakpatuhan pasien terhadap terapinya yang
menyebabkan kadar glukosa darahnya mengalami
peningkatan.
Reaksi yang tidak diinginkan: Pasien mengatakan
bahwa sesekali mengalami gangguan gastrointestinal
(GI) saat diberikan terapi metformin 500 mg dua kali
sehari. Gangguan GI ini merupakan efek samping dari
metformin (DiPiro, 2008). Pada terapi terakhir yang
diberikan kepada pasien terdapat kombinasi antara
metformin dan glimepiride. Kombinasi obat ini dapat
menyebabkan efek hipoglikemi yang harus diwaspadai
oleh pasien.
Planning
- Terapi Farmakologi:
Metformin, Indikasi : Antidiabetes, Dosis : 500 mg, 2 kali

sehari. Acarbose, Indikasi : Antidiabetes, Dosis : 25 mg, 3
kali sehari. Lisinopril , Indikasi : Antihipertensi, Dosis : 20
mg/hari. Simvastatin, Indikasi : Antihiperlipidemia, Dosis :
40 mg/hari.
Terapi Nonfarmakologi:
Melakukan olahraga ringan setiap hari seperti berjalan
kaki selama 30-60 menit.Mengkonsumsi makanan bergizi
(seimbang jumlah karbohidrat, protein dan lemak), rendah
glukosa, rendah kolesterol dan rendah garam.Menjaga
atau mengurangi berat badan sampai berat badan
optimal.(Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik,
2006)
Kasus Epilepsi

An. DR usia 19 tahun, 50 kg, tiba-tiba jatuh saat
dikamarnya, kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur.
Kejang terjadi hanya beberapa menit, kemudian merasa
lemah dan kebingungan. An.DR sudah tidak
mengkonsumsi Dilantin 400 mg/hari sejak dua tahun
terakhir. An. DN kembali ke dokter yang merawatnya dan
diresepkan Dilantin dengan dosis 100 mg 3 x sehari.
Riwayat penyakit dahulu : Epilepsi semenjak usia 10 tahun,
sejak dua tahun terakhir putus obat. Sering mengeluhkan
pusing kepala. An. DR juga merupakan penderita asma.
Riwayat pengobatan : Symbicort 2dd 2 puff.
Subjective
Seorang anak DR usia 19 tahun dengan berat 50 kg
Patien Medical History (Riwayat Medis Pasien): Pasien

jatuh saat dikamar dan mengalami kejang beberapa
menit, nafas terengah-engah, keluar air liur dan merasa
lemah serta kebingungan. Pasien memiliki riwayat
penyakit epilepsi sejak usia 10 tahun dan sudah putus
obat sejak 2 tahun. Pasien merupakan penderita asma.
Pasien mengeluh sering pusing kepala
Medication History (Riwayat Pengobatan): Pasien
pernah mengkonsumsi Dilantin 400 mg/hari namun
sudah berhenti sejak dua tahun terakhir, lalu An. DN
kembali ke dokter yang merawatnya dan diresepkan
Dilantin dengan dosis 100 mg 3 x sehari.
Pasien pernah menggunakan Symbicort 2dd 2 puff.
Objective
PEMERIKSAAN
Tekanan darah
 HASIL
108/68 mmHg
NORMAL
120/80 mmHg
Suhu tubuh 36,8ºC 36-37 ºC
Pernafasan 21 x/menit 15-24 x/menit
Nadi 80 x/menit 60-100 x/menit
KGDS (Kadar Gula Darah 110 mg/dL 70-200 mg/dL
Sesaat)
LDL (Low Density Lipoprotein) 100 mg/dL >60 mg/dL
HDL (High Density Lipoprotein) 80 mg/dL <100 mg/dL
Trigliserida 150 mg/dL <150 mg/dL
Assesment


Pasien memiliki riwayat penyakit epilepsi dan asma
Pasien tiba-tiba terjatuh di kamarnya
Planning


Pasien harus patuh mengkonsumsi obat epilepsi
Perbaikan pola hidup, seperti : pengaturan diet, pola
makan, dan olahraga teratur.
Pasien harus menghindari Pasien harus menghindari
faktor pencetus kambuhnya asma, seperti: dingin,
debu dan stress
Mengendalikan kejang menggunakan monoterapi,
tanpa menyebabkan efek samping yang tidak
diinginkan
Daftar Pustaka

 Davis, S.N. 2007. Patient With New-Onset Type 2
Diabetes Mellitus. University of Tennessee Advanced
Studies in Pharmacy. 4(6) : 161-162
 DiPiro, J.T., et al. 2009.Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach.Seventh Edition. Mc-
Graw Hill : New York
 Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik. 2006.
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes
Mellitus. Jakarta : Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan

 Deliana, M., 2002, Tatalaksana Kejang Demam pada
Anak, Sari Pediatri, 4(2), 59-62.
 Harsono, 2001, Epilepsi, Edisi 1, Gadjah Mada
University Press,Yogyakarta.
 Harsono, 2005, Buku Ajar Neurologis Klinis, 119-155,
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
Bekerjasama dengan Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai