Anda di halaman 1dari 20

DIABETES MELITUS

ADELIA KHAERUNISA 1604015350


DEFINISI ( D I P I R O 9 T H E D I T I O N , 2 0 1 5 . H AL : 1 6 1 )

Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme yang ditandai oleh
hiperglikemia dan kelainan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
EPIDEMIOLOGI (DIPIRO,2015)

•DM mempengaruhi sekitar 20,8 juta orang di Amerika Serikat, atau 7% dari populasi. Sementara
diperkirakan 14,6 juta orang telah didiagnosis, 6,2 juta orang lainnya yang memiliki DM tidak menyadari
mereka memiliki penyakit. Di seluruh dunia, jumlah orang dengan DM diperkirakan akan meningkat
menjadi 35% pada tahun 2025.1 Peningkatan prevalensi DM disebabkan oleh tiga pengaruh: gaya hidup,
etnis, dan usia. Gaya hidup menetap ditambah dengan konsumsi makanan berlemak tinggi dan ukuran
porsi yang lebih besar telah mengakibatkan meningkatnya tingkat orang yang kelebihan berat badan atau
obesitas.
•Kegemukan didefinisikan sebagai indeks massa tubuh (BMI) lebih besar dari 25 kg / m2, sedangkan BMI
lebih besar dari 30 kg / m2 merupakan obesitas. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)
memperkirakan bahwa 25% hingga 33% orang Amerika tidak terlibat dalam jumlah kegiatan sehari-hari
yang mencukupi.lalu, gaya hidup kelompok etnis tertentu memiliki risiko DM yang sangat tinggi.
•Faktor kontribusi ketiga adalah bertambahnya usia. Prevalensi DM meningkat dengan usia dari sekitar
2% individu berusia 20 hingga 39 tahun menjadi 20,9% dari individu yang lebih tua dari 60 tahun.1
Seiring bertambahnya usia penduduk, insidensi DM diperkirakan akan meningkat.
PATOFISIOLOGI
•Pada patofisiologi diabetes mellitus tipe 1, yang terjadi adalah tidak adanya insulin yang
dikeluarkan oleh sel yang berbentuk seperti peta pada pankreas yang terletak di belakang
lambung. Dengan tidak adanya insulin, glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
untuk dirubah menjadi tenaga. Karena tidak bisa diserap oleh insulin, glukosa ini terjebak dalam
darah dan kadar glukosa dalam darah menjadi naik (Homenta, 2012).
•Diabetes melitus tipe 2 sebanyak 90% kasus diabetes dan biasanya ditandai dengan kombinasi
resistensi insulin dan defisiensi insulin. Resistensi insulin dimanifestasikan oleh peningkatan
lipolysis dan produksi asam lemak bebas, peningkatan produksi glukosa hepatik, dan penurunan
serapan otot rangka glukosa. Sel β mengalami disfungsi progresif dan menyebabkan
memburuknya kontrol glukosa darah. DM tipe 2 terjadi ketika gaya hidup diabetogenic (kalori
yang berlebihan, olahraga tidak memadai, dan obesitas) ditumpangkan di atas rentan genotip.
Pada DM tipe 2 terjadi ganguan pengikatan glukosa oleh reseptornya tetapi produksi insulin
masih dalam batas normal sehinga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin (Dipiro, et.
al., 2015).
•Kejadian lainnya pada diabetes melitus (1 - 2% kasus) mencakup penyakit endokrin (contoh:
akromegali, cushing syndrome), diabetes gestasional (GDM) atau diabetes pada ibu hamil, dan
obat-obatan (glukokortikoid, niasin, α interferon) (Dipiro, et. al., 2015).
TANDA & GEJALA (DIPIRO,2015)

•Tipe 1 Diabetes Mellitus: •Tipe 2 Diabetes Mellitus


•Gejala awal yang paling umum adalah •Pasien sering asimptomatik dan dapat
poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan didiagnosis sekunder untuk tes darah yang
berat badan, dan kelesuan disertai tidak terkait. • Letih, poliuria, nokturia, dan
hiperglikemia. • Individu kurus dan rentan polidipsia dapat ditemukan. Penurunan berat
untuk mengembangkan ketoasidosis badan yang signifikan kurang umum; lebih
diabetik jika insulin ditahan atau dalam sering, pasien kelebihan berat badan atau
kondisi stres berat. • Antara 20% dan 40% obesitas.
pasien datang dengan ketoasidosis diabetik
setelah beberapa hari poliuria, polidipsia,
polifagia, dan penurunan berat badan.
DIAGNOSA (DIPIRO,2015)

•Kriteria untuk diagnosis DM termasuk salah satu dari yang berikut:


1. HbA1C 6,5% atau lebih
2. Gula darah puasa (tidak ada asupan kalori untuk setidaknya 8 jam) glukosa plasma 126 mg /
dL (7.0 mmol / L) atau lebih
3. Dua jam glukosa plasma 200 mg / dL (11,1 mmol / L) atau lebih selama tes toleransi glukosa
oral (OGTT) menggunakan beban glukosa yang mengandung setara dengan 75 g glukosa
anhidrat dilarutkan dalam air
4. Rasio glukosa plasma acak 200 mg / dL (11,1 mmol / L) atau lebih dengan gejala klasik
hiperglikemia atau krisis hiperglikemik Dengan tidak adanya hiperglikemia yang tegas, kriteria
1 sampai 3 harus dikonfirmasi dengan pengujian ulang.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
•Menurut Smelzer dan Bare (2008), adapun pemeriksaan penunjang untuk penderita diabetes
melitus antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
• Inspeksi
• Palpasi
• Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk mencegah terjadinya ulkus.
2. Pemeriksaan Vaskuler
•Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya benda asing, osteomelietus
3. Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP (Gula Darah Puasa)
• Pemeriksaan urine
4. Pemeriksaan kultur pus
5. Pemeriksaan Jantung meliputi EKG sebelum dilakukan tindakan pembedahan
ALGORITMA
• (Dipiro, 2015)
(BASIC PHARMACOLOGY & DRUG NOTES, 2017)
KASUS

•Tn US, usia 45 tahun, 160 cm, 80 kg. dengan riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu datang ke dokter dengan keluhan badan

lemah, pegal-pegal, kaki sering kesemutan dan terdapat gangrene dikaki. Data klinik menunjukan TD 140/90 mmHg, suhu

38°C.

•Hasil pemeriksaan laboratorium : GDP 220 mg/dL, GD 2 jam PP 490 mg/dL, HbA1C 11%, HDL 35 mg/dL, LDL 210 mg/dL,

Kolesterol total 285 mg/dL, TGA 278 mg/dL

•Riwayat pengobatan sebelumnya: Gibenklinamid, Metformin, Simvastatin.

•Diagnosa : DM tipe 2-neuropati dan ulkus di kaki

•Obat yang digunakan pasien sekarang adalah:


•R/ Captopril 12,5 mg
• s.2 d.d 1 tab
•R/ Furosemide tab
• s.1.d.d 1 tab
•R/ Metformin 500 mg
• s.3.d.d 1 tab
•R/ Novorapid flex pen
• s.2.d.d 16 unit
•R/ Lantus flex pen
• s.1.d.d 5 unit
•R/ Lipitor
• s.1.d.d 1 tab
Karateristik Subjek Objek Terapi obat DRP
pasien

Tn. US usia 45 Keluhan badan Hasil R/ Captopril Furosemid tidak


tahun 160 cm lemas pegal- pemeriksaan 12,5 mg diperlukan
80 kg riwayat pegal kaki lab: GDP s. 2 dd 1 tab karena pasien
DM sejak 5 sering 220mg/dl GD 2 R/ Furosemid hypertensi type
thun yg lalu kesemutan dan jam PP 490 tab 1
terdapat mg/dl, HbA1c s. 1 dd 1 tab
gangrene di 11% HDL R/ Metformin Metformin
kaki. Data 35mg/dl, LDL 500 mg kurang tepat
klinik 210 mg/dL s. 3 dd 1 tab regimen dosis
menunjukan TD kolestrol total R/ Novorapid
140/90mmHg 285 mg/dL flex pen Captopril dosis
suhu 38 derajat TGA 278 s. 2 dd 16 unit tidak tepat
celcius mg/dL. R/ Lantus
s. 1 dd 5 unit
R/ Lipitor
s. 1 dd 1 tab
DRP
• Adanya interaksi antara furosemid dengan metformin dimana dapat
meningkatkan kadar metformin dalam plasma (drug interaction AHFS),
dimana pasien juga menderita hipertensi type1 sehingga tidak membutuhkan
furosemid. furosemid bisa di stop
• Adanya interaksi antara captopril dengan metformin dimana captopril dapat
meningkatkan efek metformin dalam menurunkan kadar gula darah, tetapi
masih bisa digunakan dengan memonitor kadar gula darah, serta dosis
captopril tidak tepat sebaiknya dinaikan. Dosis captopril menjadi 2xsehari
25mg (Dosage From DIH)
• Furosemid tidak digunakan karena pasien hipertensinya baru stage 1 jadi penggunaan obatnya
hanya 1 (dipiro 2015
• Regimen metformin jadi 2kali sehari (DIH/drugs.com)
• Lantus tidak tepat dosis
• Novorapid
• E.s gliben hipoglikemia berat
• Insulin digabung dengan glben akan memperparah efek sampingnya
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Lakukan pemantauan obat dengan metode SOAP!
•Jawab :

SUBJEK OBJEK ASSESSMENT PLAN

• Tn US, usia 45 tahun, • TD 140/90 mmHg DM tipe-2 neuropati dan 1. Dosis Lantus flexpen
160 cm, 80 kg • Suhu 38°C ulkus dikaki yang diberikan
• Memiliki riwayat DM • GDP 220 mg/dL 1. Pemakaian obat seharusnya menjadi 10
sejak 5 tahun lalu • GD 2 jam PP 490 furosemid yang tidak unit perhari (DIH)
• Memiliki keluhan mg/dL tepat (Dipiro ed 9th) 2. Regimen dosis yang
badan lemah, pegal- • HbA1C 11%, 2. Dosis yang kurang diberikan pada
pegal, kaki sering • HDL 35 mg/dL tepat untuk lantus metformin 2xsehari
kesemutan dan terdapat • LDL 210 mg/dL flexpen (DIH) (drugs.com)
gangrene dikaki • Kolesterol total 285 3. Regimen Dose 3. Penggunaan furosemid
mg/dL metformin kurang tepat tidak diberikan karena
• TGA 278 mg/dL (drugs.com) pasien mengalami
hipertensi stage 1
4. Penambahan obat
cilostazol 50 mg untuk
ulkus (luka) pada kaki,
diberikan 2xsehari 30
menit sebelum makan
atau 2 jam sesudah
makan (drugs.com)
2. Isi formulir pelayanan dan lakukan konseling obat pada pasien
diatas dengan metode 3 prime question !

Jawab :
a) Apa yang dikatakan dokter tentang kegunaan pengobatan?
b) Apa yang dikatakan dokter tentang cara pakai obatnya?
c) Apa yang dikatakan dokter tentang harapan terhadap pengobatan?
3. Jelaskan penggunaan insulin dengan alat peraga!
Jawab : 2. Hilangkan kertas pembungkus dan tutup
1. Siapkan insulin pen, lepaskan penutup jarum
pen. a. Tarik kertas pembungkus pada jarum pen.
b. Putar jarum insulin ke insulin pen
c. Lepaskan penutup jarum luar
d. Lepaskan penutup luar jarum agar jarum
tampak. Buang penutup jarum ke tempat
samapah.
{Jarum pen ada berbagai macam ukuran}
3. Pertama insulin pen, pastiakan pen siap 4. Aktifkan tombol dosis insulin (bisa diputar-
digunakan putar sesuai keinginan)

a. Pertama hilangkan udara di dalam pen melalui


jarum. Hal ini untuk mengatur ketepatan pen dan
jarum dalam mengatur dosis insulin. Putar tombol 5. Pilih lokasi bagian tubuh yang akan
pemilih dosis pada ujung pen untuk 1 atau 2 unit disuntikan
(pengaturan dosis dengan cara memutar tobol).
b. Tahan pena dengan jarum mengarah ke atas.
Tekan tombol dosis dengan benar sambil
mengamati keluarnya insulin. Ulangi, jika perlu,
sampai insulin terlihat di ujung jarum. Tombol
pemutar harus kembali ke nol setelah insulin
terlihat di dalam pen.
 Lanjutan nomor 5 d. Gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah
Pastikan posisi nyaman saat menyuntikkan pada tombol dosis sampai berhenti (klep
insulin pen. Hindari menyuntik disekitar dosis akan kembali pada nol). Biarkan jarum
pusar. Posisi bagian paha atas dan lengan di tempat selama 5-10 detik untuk membantu
belakang bagian atas juga dapat digunakan. mencegah insulin dari keluar dari tempat
injeksi
e. Tarik jarum dari kulit. Kadang-kadang
6. Suntikkan insulin
terlihat memar atau tetesan darah, tetapi itu
tidak berbahaya. Bisa di usap dengan tissue
atau kapas, tetapi jangan di pijat pada daerah
bekas suntikan.

a. Genggam pen dengan 4 jari, latekkan


ibu jari pada tombol dosis
b. Cubit bagian kulit yang akan disuntik
c. Segera suntikkan jarum pada sudut 90
derajat. Lepaskan cubitan.
7. Persiapkan pen insulin untuk penggunaan berikutnya

a. Lepaskan tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen
b. Tempatkan jarum yang telah digunakan pada wadah yang aman (kaleng kosong)
c. Buang ke tempat sampah jangan dibuang ditempat pendaurulang sampah.

Anda mungkin juga menyukai