Review Journal One Health: Salmonellosis
Review Journal One Health: Salmonellosis
SALMONELLOSIS
Pembimbing:
Dr. dr. Rina K. Kusumaratna, M.Kes
Disusun Oleh:
Pierre Christoper H H 030.15.151
Prinastiti Setiawati 030.15.152
PENDAHULUAN
■ Salmonella adalah genus batang gram negatif yang termasuk dalam famili
Enterobacteriaceae-> dapat bertahan hidup beberapa minggu di lingkungan
kering dan beberapa bulan di air.
■ Salmonellosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella.
■ Ditandai dengan timbulnya demam, sakit perut, diare, mual dan kadang muntah->
terjadi 6–72 jam (biasanya 12–36 jam) setelah terpapar Salmonella, dan penyakit
berlangsung 2–7 hari.
■ Pada anak-anak dan pasien lanjut usia-> dehidrasi dapat menjadi berat dan
mengancam nyawa.
■ Insiden salmonellosis-non tifoid terus meningkat di seluruh dunia->
Salmonellosis-tifoid dan salmonellosis-non tifoid masih menjadi
problem utama di beberapa negara berkembang termasuk
Indonesia -> endemis di seluruh wilayah Indonesia
■ Diperkirakan demam tifoid terjadi sebanyak 60.000 hingga 1.300.000
kasus dengan sedikitnya 20.000 kematian per tahun.
■ Strategi pencegahan penyakit yang efektif -> deteksi kasus, perbaikan
sanitasi lingkungan, pencegahan kontaminasi dalam industri makanan,
menekan angka reaktor salmonellosis pada pengawasan ternak,
pendidikan kesehatan masyarakat serta eliminasi sumber infeksi.
PICO
Populasi Studi Unggas dan Manusia Babi dan manusia Unggas dan manusia
Lokasi Amerika Spanyol Jawa Barat
Faktor Risiko • Mengkonsumsi daging unggas atau telur • Mengkonsumsi daging babi • Salmonella spp dapat ditularkan
• Kontak dengan unggas yang terinfeksi yang terinfeksi Salmonella melalui makanan & minuman yang
• Kontak dengan babi yang tercemar (dalam kasus ini telur)
terinfeksi Salmonella • Atau makanan yang
Research Strategi dalam menurunkan insiden Salmonella pada Kerjasama antar sektor dalam Mengidentifikasi S. Enteritidis dari
Question unggas berumur sehari di tempat penetasan dan mengidentifikasi faktor risiko dan telur ayam dan pada manusia, serta
memberikan industri peternakan unggas menurunkan untuk menurunkan risiko paparan untuk mengetahui profil resistensi S.
insiden Salmonella di produknya Salmonella ke manusia Enteritidis pada telur ayam dan pada
manusia
Metode Case study Article review Case study
Intervensi • Penemuan kasus: Kerjasama CDC dengan epidemiologist Surveilans dilakukan oleh multisektor Pada jurnal ini aspek One
One Health • Hipotesis: Departemen kesehatan membuat hipotesis dengan (sektor manusia, saktor daging, sektor Health berupa:
melakukan wawancara pasien dengan pertanyaan lokasi tempat kesehatan hewan) • Pemeriksaan identifikasi
belanja, makanan yang dikonsumsi dirumah, dan kontak a. Manusia dan profil resistensi
animal seminggu sebelum sakit. • Pengambilan sampe feses, spesimen antimikroba pada telur
• Investigasi penelusuran: Menelusuri kembali toko yang klinis (luka yang terinfeksi) atau ayam untuk mencegah
bersangkutan jaringan/cairan tubuh steril (darah, penularan S. Enteritidis
• Investigasi laboratorium: Sampel unggas hidup dan urin) untuk dilakukan uji resistensi antimikroba
lungkungan dikumpulkan dari semua rumah pasien laboratorium pada manusia
• Konsultasi dengan dokter hewan untuk menentukan intervensi b.Hewan • Melihat aspek penyebab
dalam menurunkan Salmonella di temoat penetasan dan • Pemberian vaksinasi re-emerging
peternakan • Uji serologi dengan sampel serum Salmonellosis
• Menerapkan praktek biosecurity secara ketat atau daging
• Menggunakan vaksin autogenous yang spesifik untuk • Analisis bakteriologi dari feses atau
memutuskan rantai yang diidentifikasi di lingkungan tempat nodus limfa
penetasasn • Uji mikrobiologi dari daging atau
• Mengumpulkan sampel lingkungan bulanan bangkai
c.Lingkungan
• Pengawasan teratur pada makanan
babi
• Pemeriksaan sampel yang diambil
dari rumah potong hewan
Hasil Studi • Hasil investigasi menunjukkan adanya • Surveilans Salmonella pada babi, daging, • Hasil isolasi, identifikasi, dan biotiping
wabah Salmonellosis akibat unggas di dan manusia tidak dapat dibandingkan dari 122 sampel telur konsumsi dan 23
Amerika dengan 356 orang terinfeksi karena sistem itu dibuat untuk tujuan yang sampel telur tetas menunjukkan berturut-
Salmonella typhimurium di 39 negara berbeda. turut sebanyak 9 (7,4%) sampel dan 7
bagian, 76% pasien merupakan anak • Pada babi dan daging, bertujuan untuk (30,4%) sampel mengandung Salmonella
berusia kurang dari 10 tahun, dengan memonitor beban infeksi akibat spp., sedangkan dari 51 sampel anal swab
riwayat terpapar unggas seminggu Salmonella untuk menurunkan risiko pasien penderita gastroenteritis semuanya
sebelum sakit. penyakit pada manusia melalui negatif Salmonella spp.
• Kekurangan: Terdapat beberapa kontaminasi makanan atau kontak dengan • Keempat belas isolat S enteritidis asal
kekurangan diantaranya hilangnya atau babi yang terinfeksi. telur menunjukkan resistensi yang tinggi
tidak lengkapnya informasi paparan • Langkah-langkah pengurangan risiko terhadap 4 jenis antimikroba yaitu
dan pembelian pasien, pengiriman pada babi dan daging berbeda, streptomosin (42,9%), neomisin (85,7%),
barang yang sulit di lacak kembali, dikarenakan kontaminasi pada daging doksisiklin (64,3%), dan siprofloksasin
adanya kemungkinan sumber dapat diakibatkan karena kebersihan yang (57,1%).
penularan yang lain buruk saat dipotong.
• Pada manusia, bertujuan untuk
mengidentifikasi Salmonella pada suspek
klinis sesegera mungkin untuk mencegah
kasus baru atau wabah dengan penegakan
praktik kebersihan dan dengan mengobati
sumber infeksi yang dicurigai.
Penerapan • UU RI No 18 Tahun 2009 Pasal 22 Ayat 4: Ditemukannya beberapa telur yang terpapar Salmonella spp resisten antimikroba ini harusnya
di menimbulkan kesadaran bagi pihak peternak ayam untuk menggunakan antimikroba/antibiotik pada pakan ayam, dikarenakan hal ini
Indonesia dilarang oleh pemerintah Indonesia
• PP No. 47 Tahun 2014: Pencegahan infeksi salmonella spp dapat dilakukan dengan pengebalan, pengoptimalan kebugaran hewan, dan
biosecurity juga meningkatkan higienitas kandang, ayam, dan telur untuk mencegah infeksi Salmonella spp.
PENERAPAN DI INDONESIA
Domain Peraturan/Kebijakan yang Program Upaya Intervensi/Kegiatan Pencegahan & Penanggulangan Peran Jajaran
mengatur Pemerintah Kesehatan/pemangku
kepentingan terkait
Manusia Kemenkes No.364 Pedoman • PHBS • Dinas kesehatan daerah
Tahun 2006 pengendalian • Pilih hati-hati makanan yang sudah diproses • FKTP
Tifoid • Panaskan kembali makanan
• Lindungi makanan dari serangga dan makanan
• Penyediaan obat
Hewan UURI No.18 Tahun Peternakan dan • Pengawasan terhadap pengadaan & peredaran pakan • Otoritas Veteriner
2009 kesehatan hewan • Menetapkan kandungan tertinggi bahan pencemar pakan • Dokter hewan
• Melarang penggunaan pakan dengan hormon/antibiotik • Peternak
• Produsen pakan wajib memiliki izin usaha
PP No.47 Tahun 2014 Pengendalian dan • Pencegahan penyakit hewan dengan tindakan • Otoritas Veteriner
penanggulangan pengebalan, pengoptimalan kebugaran hewan, dan kabupaten/kota, provinsi,
penyakit hewan biosecurity. kementerian
• Pengawasan lalu lintas hewan • Dokter hewan pada
• Isolasi hewan tertular kementerian
• Penanganan hewan sakit
• Pemusnahan bangkai hewan
Lingkungan PP No. 66 tahun Kesehatan • Pengawasan higene dan sanitasi • Dinas Kesehatan
2014 Lingkungan pangan dengan:
Surveilans
Uji laboratorium
Analisa risiko
Rekomendasi tindak lanjut
• Pelindungan kualitas higiene dan
sanitasi pangan:
KIE
Pemeriksaan kesehatan penjamah
makanan
Penggunaan APD
• Peningkatan kualitas higiene dan
sanitasi pangan:
• Rekayasa teknologi pengolahan
pangan.
PP No.47 Tahun Pengendalian dan • Penutupan wilayah sebagai • Bupati/Walikota
2014 penanggulangan pencegahan penularan wabah • Gubernur
penyakit hewan penyakit hewan menular
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Salmonella (non-typhoidal). Accessed on November 27, 2020. Available at:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/salmonella-(non-typhoidal)
2. Aryanti T, Supar. Lokakarya nasional penyakit zoonosis, problematik salmonellosis pada manusia. Bogor: Balai Penelitian Veteriner; 2020.
3. Presiden RI. Undang-undang republik indonesia nomor 18 tahun 2009. Jakarta: Lembaran Negara RI; 2009.
4. Presiden RI. Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 47 tahun 2014. Jakarta: Lembaran Negara RI; 2014.
5. Kemenkes RI. Pedoman pengendalian demam tifoid. Jakarta: Kemenkes RI; 2006.
6. Presiden RI. Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 66 tahun 2014. Jakarta: Lembaran Negara RI; 2014.
7. CDC. Infection with Salmonellaa. Accessed on November 27, 2020. Available at:
https://www.cdc.gov/training/SIC_CaseStudy/Infection_Salmonella_ptversion.pdf
8. Professional Pig Community. Salmonellas in wild birds: a risk for swine. Accesed on November 27,2020. Available at:
https://www.pig333.com/articles/salmonella-in-wild-birds-a-risk-for-swine_7185/