Potensi Risiko Penularan Covid-19 di Ruang IGD • Ruang Triase Penilaian pasien di triase dimulai dengan ABC (airway, breathing, circulation), kesadaran, keluhan utama, riwayat medis, TTV, dan pemeriksaan fisik. pada masa pandemi COVID-19 untuk mengidentifikasi dini pasien yang mengalami infeksi pernapasan akut (ARI) tujuan untuk mencegah transmisi patogen ke tenaga kesehatan dan pasien Lainnya. Penyebaran corona virus diruang IGD disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : • Adanya paparan virus corona pada benda-benda mati • Kontak langsung dengan pasien dan memiliki tanda dan gejala nampak atau tidak • Penggunaan APD yang tiidak sesuai dengan standart • Kejadian kecelakaan kerja • Daya imunitas yang turun mnyebabkan mudah terpapar virus • Terkena percikn cairan tubuh pasien atau droplet • Mempunyai penyakit penyerta (WHO, 2020) Setiap pasien yang mendaftar ditanyakan apakah ada keluhan demam atau batuk atau sesak napas. Pasien bergejala infeksi saluran pernapasan dipisahkan dengan pasien umum lainnya. Beda halnya apabila pasien datang sudah terkonfirmasi COVID-19 (IDI, 2020): • Minta pasien segera memakai masker • Jaga jarak > 1 meter dari pasien lain • Petugas memakai N 95, gaun pelindung dan sarung tangan • Segerakan pasien untuk dirujuk ke rumah sakit rujukan atau sementara di ruang isolasi sampai mendapat rujukan • Petugas medis di ruang isolasi memakai APD sesuai dengan ketentuan pengendalian & Pencegahan Infeksi (PPI) di ruang isolasi • Ruang Tindakan Bentuk risiko dan potensi penularan COVID-19 pada tenaga kesehatan terutama di ruang tindakan atau IGD, antara lain: Menurut Florendo L., dan Rabajante J.F (2020) jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 yang dirawat di rumah sakit terus meningkat, hal tersebut berdampak terhadap sistem kesehatan dan tenaga kesehatan yang kewalahan terhadap risiko infeksi. • Menurut Kursumovic E,dkk (2020) jenis faktor risiko penularan COVID-19 pada tenaga kesehatan di ruang tindakan atau IGD berhubungan dengan keterlibatan petugas kesehatan dalam manajemen jalan napas yang melibatkan prosedur penghasil aerosol yang dianggap beresiko tinggi terhadap infeksi. Sehingga memerlukan APD sesuai dengan kebutuhan prosedur • Pengambilan spesimen atau pemeriksaan yang dilakukan tanpa mengikuti pedoman SOP. Petugas kesehatan di ruang gawat darurat harus memberikan perhatian khusus terhadap perlindungan dirinya. • Pemakaian APD yang tidak sesuai dengan pedoman pemberian layanan di ruang gawat darurat dan kurangnya pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi, sehingga semua petugas kesehatan wajib menerima pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi standar (IPC) untuk dapat melindungi diri Petunjuk pencegahan penularan COVID-19 di ruang tindakan antara lain: • Pisahkan pelayanan pasien bergejala infeksi saluran napas dengan pasien umum lainnya • Seluruh pasien memakai masker bedah • Dokter atau petugas kesehatan memakai masker bedah saat anamnesis maupun saat melakukan pemeriksaan dengan jarak minimal 1 meter • Dokter tidak perlu menggunakan sneli atau jas dokter • Untuk pemeriksaan yang membuat jarak dokter atau petugas kesehatan dengan pasien <1 meter maka dokter atau petugas kesehatan yang memeriksa memakai masker bedah, sarung tangan, gaun pelindung dan sepatu atau sandal RS • Untuk setiap tindakan atau pemeriksaan yang mengharuskan pasien membuka mulut maka dokter atau petugas memeriksa menggunakan masker N95, sarung tangan, gaun pelindung dan sepatu atau sandal RS • Bila ada pasien yang harus menjalani inhalasi dengan nebulizer, maka tempatnya harus dipisahkan di ruang yang berbeda dan sendirian untuk menghindari aerosol terhirup oleh orang disekitarnya • Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan fisik • Dokter atau petugas kesehatan diharapkan membawa baju ganti dan mengganti baju sebelum pulang kerumah Manajemen Perlindungan Diri Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat sebagai penghalang terhadap penetrasi zat, partiket padat, cair, atau udara untuk melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit (Kemenkes RI, 2020). Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipatuh: 1. Tetapkan indikasi penggunaan APD dengan mempertimbangkan: • Risiko terpapar APD digunakan orang yang berisiko terpajan dengan pasien atau material infeksius seperti tenaga kesehatan, petugas kebersihan, petugas instalasi sterilisasi, petugas laundry dan petugas ambulans faskes. • Dinamika transmisi A. Transmisi penularan Covid-19 adalah droplet dan kontak APD yang digunakan antara lain: » Gaun/gown » Sarung tangan » Masker N95/bedah » Pelindung kepala » Pelindung mata/googles » Sepatu pelindung *bisa ditambah dengan pelindung wajah (face shield) • Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya aerosol seperti intubasi trakea, ventilasi non invasif, trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi manual sebelum intubasi, nebulasi dan bronkoskopi, pemeriksaan gigi ( scaler ultrasonici dan high- speed air driven), pemeriksaan hidung dan tenggorokan, pengambilan swab. 2. Cara memakai dengan benar 3. Cara melepas dengan benar 4. Cara mengumpulkan (disposal) setelah dipakai APD yang dipakai merawat pasien terduga atau terkonfirmasi Covid-19 harus dikategorikan sebagai material infeksius. Semua APD disposable atau reuseable harus dikemas secara terpisah (dimasukkan ke dalam kantong plastik infeksius atau tempat tertutup) yang diberi label dan anti bocor. Sebaiknya untuk menghindari melakukan hal-hal di bawah ini : • Meletakkan APD di lantai atau di permukaan benda lain (misal di atas loker atau di atas meja). • Membongkar kembali APD yang sudah dimasukkan ke kantong plastik infeksius atau tempat tertutup. • Mengisi kantong plastik infeksius atau tempat tertutup berisikan APD terlalu penuh. Ruang Triase APD yang direkomendasikan kasus covid-19 di ruang triase adalah masker bedah dan menjaga jarak 1 meter dengan syarat tidak terjadi kontak langsung antara petugas dan pasien (Kemenkes RI, 2020). Ruang Tindakan Level 2 Bantuan Hidup Dasar pada Masa Pandemi
• Cardiopulmonary resuscitation (CPR) dasar Pre- Hospital
biasanya diberikan dengan pengetahuan yang minimal dikarenakan penolong yang melakukan biasanya yakni bukan tenaga medis melainkan orang awam. 1. Kompresi dada 2. Defibrilasi akses publik 3. Mengangkut • Cardiopulmonary resuscitation CPR Intra Rumah Sakit Pelaksanaan CPR di rumah sakit dilakukan dengan mengurangi jumlah pengunjung dan jaga jarak untuk meminimalisir penularan 1. Pre arrest (persiapan sebelum pertolongan) 2. Pasien yang diintubasi pada saat henti jantung 3. Pasien rentan pada saat henti jantung 4. Pasien Post arrest TERIMAKASIH