Anda di halaman 1dari 41

dr. R. Setiadji, M.

Sc

FARMAKOTERAPI ENDOKRIN DI
LAYANAN PRIMER
Penyakit di SKDI dengan level
kompetensi 3-4
 DMT 2,
 DMT1,
 Hipoglikemia,
 Ketoasidosis,
 hiperosmolar non ketotik
 Hyperthyroidisme
 Obesitas
 Dislipidemia
Reference
 Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012
 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Fasilitas
Layanan Primer
 Formularium Nasional
Panduan Klinis Layanan Primer

1. Obesitas
2. Tirotoksikosis
3. Diabetes Melitus Tipe 2
4. Hipoglikemia
5. Hiperurisemia- Gout Arthritis
6. Dislipidemia
7. Malnutrisi Energi Protein
Obesitas

 Obesitas merupakan keadaan dimana


seseorang memiliki kelebihan kandungan lemak
(body fat) sehingga orang tersebut memiliki
risiko kesehatan.
 Obesitas terjadi disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan antara energi yang masuk
dengan penggunaan energi
Tirotoksikosis

 Tirotoksikosis adalah manifestasi klinis akibat


kelebihan hormon tiroid yang beredar didalam
sirkulasi.
 Sebagian besar kejadian tiroroksikosis akibat
hipertiroidisme sehingga kelenjar tiroid
memperoleh perintah salah untuk menghasilkan
hormon tiroid yang banyak.
Penatalaksanaan

 a. Pemberian obat simptomatis


 b. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4 dosis.
 Tirotoksikosis dapat berkembang menjadi krisis
tiroid yang merupakan suatu keadaan klinis
hipertiroidisme paling berat karena dapat
menyebabkan kematian.
 Tirotoksikosis yang fatal biasanya disebabkan
oleh autoimun Grave’s disease pada ibu hamil.
Janin yang dikandungnya dapat mengalami
tirotoksikosis pula.
Krisis tiroid

 PTU dosis 300 mg tiap 4-6 jam PO Alternatif: metimazol 20-


30 mg tiap 4 jam PO.
 Pada keadaan sangat berat: dapat diberikan melalui pipa
nasogastrik (NGT) PTU 600 – 1.000 mg atau metimazol 60-
100 mg.
 Blokade ekskresi hormon tiroid: soluti lugol (saturated
solustion of potasium iodida) 8 tetes tiap 6 jam.
 Penyekat ß: propanoolol 60 mg tiap 6 jam PO, dosis
disesuaikan respons (target: frekuensi jantung < 90 x/m).
 Glukokortikoid: Hidrokortison 100-500 mg IV tiap 12 jam.
16.4 HORMON TIROID dan ANTITIROID
  1 levotiroksin      
    1. tab 50 mcg   Ö Ö
    2. tab 100 mcg   Ö Ö
  2 lugol      
    1. lar Ö Ö Ö
  3 propiltiourasil      
    1. tab 100 mg Ö Ö Ö
  4 karbimazol      
    1. tab 5 mg   Ö Ö
  5 tiamazol      
    1. tab 5 mg   Ö Ö
    2. tab 10 mg   Ö Ö
DM Tipe 2

 Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik yang


ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja
insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin atau
kedua-duanya.
16.2 ANTIDIABETES
16.2.1 Antidiabetes Oral
Primer Sekunder Tertier
  1 akarbose*      
    1. tab 50 mg   Ö Ö
    2. tab 100 mg   Ö Ö
  2 glibenklamid      
    1. tab 2,5 mg Ö Ö Ö
    2. tab 5 mg Ö Ö Ö
  3 gliklazid*      
    1. tab MR 30 mg   Ö Ö
    2. tab SR 60 mg   Ö Ö
    3. tab 80 mg   Ö Ö
  4 glikuidon      
    1. tab 30 mg   Ö Ö
  5 glimepirid      
    1. tab 1 mg Ö Ö Ö
    2. tab 2 mg Ö Ö Ö
    3. tab 3 mg*   Ö Ö
    4. tab 4 mg*   Ö Ö
  6 glipizid      
    1. tab 5 mg Ö Ö Ö
    2. tab 10 mg*   Ö Ö
  7 metformin      
    1. tab 500 mg Ö Ö Ö
    2. tab 850 mg Ö Ö Ö
  8 pioglitazon*      
    1. tab 15 mg   Ö Ö
Baik Sedang Buruk

Glukosa darah puasa (mg/dL) 80 – 99 100 – 125 ≥ 126

Glukosa darah 2 jam (mg/dL) 80 – 144 145 – 179 ≥ 180

A1C (%) < 6,5


Baik Sedang 6,5 – 8Buruk >8
Glukosa darah puasa (mg/dL) 80 – 99 100 – 125 ≥ 126
Glukosa darah 2 jam (mg/dL) 80 – 144 145 – 179 ≥ 180
Kolesterol total (mg/dL) < 200 200 – 239 ≥ 240
A1C (%) < 6,5 6,5 – 8 >8

Kolesterol LDL (mg/dL)


Kolesterol total (mg/dL)
< 100
< 200 200 100
– 239 – 129 ≥ 240 ≥ 130
Kolesterol LDL (mg/dL) Pria< >10040 100 150
– 129 – 199 ≥ 130 ≥ 200
Kolesterol HDL (mg/dL)
Kolesterol HDL (mg/dL) Pria > 40 150 – 199 ≥ 200

Trigliserida ((mg/dL) Wanita > 50


Wanita > 50

< 150
< 150
Trigliserida ((mg/dL)
IMT (kg/m3) 18,5 – 23 23 – 25 > 25

Tekanan darah (mmHg) ≤130/80 > 130 – 140 / >80 – 90 >140/90

IMT (kg/m3) 18,5 – 23 23 – 25 > 25

Tekanan darah (mmHg) ≤130/80 > 130 – 140 / >80 – 90 >140/90


Hiperglikemia Hiperosmolar Non
Ketotik
 Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK)
merupakan komplikasi akut pada DM tipe 2 berupa
peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi
(>600mg/dl - 1200mg/dl) dan ditemukan tanda-
tanda dehidrasi tanpa disertai gejala asidosis.
Hiperglikemia Hiperosmolar Non
Ketotik
 rehidrasi intravena agresif, NaCl 0,9% sampai TD >
90 atau produksi urin >0,5 ml kgBB
 pemberian insulin intravena, 180 mikrounit/kgBB
 diagnosis dan manajemen faktor pencetus dan
penyakit penyerta,
 pencegahan
Hipoglikemia

 Hipoglikemia merupakan komplikasi akut dari penyandang


diabetes melitus dan geriatri. Hipoglikemia dapat terjadi karena:
 a. Kelebihan obat/ dosis obat, terutama insulin atau obat
hipoglikemia oral yaitu sulfonilurea.
 b. Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun; gagal
ginjal kronik pasca persalinan.
 c. Asupan makan tidak adekuat: jumlah kalori atau waktu
makan tidak tepat.
 d. Kegiatan jasmani berlebihan.
Stadium permulaan (sadar)

 1. Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau


sirop/permen atau gula murni (bukan pemanis pengganti gula
atau gula diet/ gula diabetes) dan makanan yang mengandung
karbohidrat.
 2. Hentikan obat hipoglikemik sementara. Pantau glukosa
darah sewaktu tiap 1-2 jam.
 3. Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL (bila sebelumnya tidak
sadar).
 4. Cari penyebab hipoglikemia dengan anamnesis baik auto
maupun allo anamnesis.
koma hipoglikemia

1. Diberikan larutan destrosa 40% sebanyak 2 flakon


(=50 mL) bolus intra vena.
2. Diberikan cairan dekstrosa 10 % per infuse ,6 jam
perkolf.
Dislipidemia

 Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai


denganpeningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi
lipid dalam darah.
 Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau trigliserida, serta
penurunan kolesterol HDL.
 Dislipidemia merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosis
sehingga dapat menyebabkan stroke, Penyakit Jantung
Koroner (PJK), Peripheral Arterial Disease (PAD), Sindroma
Koroner Akut (SKA
17.8 ANTIHIPERLIPIDEMIA
Primer Sekund Tersie
er r
  1 fenofibrat*      
    Hanya untuk hipertrigliseridemia      
dengan kadar
    trigliserida > 250 mg/dL.      
    1. kaps 100 mg   Ö Ö
    2. kaps 300 mg   Ö Ö
  2 gemfibrozil*      
    Hanya untuk hipertrigliseridimia.      
    Tidak dianjurkan diberikan bersama      
statin.
    1. kaps 300 mg   Ö Ö
    2. kaps 600 mg   Ö Ö
  3 kolestiramin*      
    1. serb, 4 g   Ö Ö
  4 pravastatin*      
    a) Hanya untuk hiperlipidemia dengan      
kadar LDL >160 mg, pada penyakit
jantung koroner dan diabetes mellitus
disertai makroalbuminuria.
    b) Pemberian selama 6 bulan,      
selanjutnya harus dievaluasi kembali.
    1. tab 10 mg   Ö Ö
    2. tab 20 mg   Ö Ö
  5 simvastatin *      
    1. tab sal 10 mg Ö Ö Ö
    2. tab sal 20 mg Ö Ö Ö
Langkah Penulisan resep

1. Diagnosis
2. Tujuan terapi
3. Penentuan kelompok obat yang tersedia di layanan
primer (Formularium Nasional)
4. Penentuan Pdrugs
5. Penulisan resep
6. Edukasi pasien dan monitoring
Skenario
 Willy 56 tahun datang ke puskesmas dengan Diabetes melitus tipe 2. HbA1C
7,4 %, Glukosa darah sewaktu 240 gr/dL Sudah menjalani pengaturan diet dan
olah raga selama 3 bulan. Akan diberikan obat pertama kali.
 Billy 56 tahun datang ke puskesmas dengan Diabetes melitus tipe 2. HbA1C
7,6 %, Glukosa darah sewaktu 240 gr/dL Sudah menjalani pengobatan dengan
metformin 2 X sehari 850mg selama 3 bulan. Akan diberikan pengaturan obat.
 Beni 56 tahun datang ke puskesmas dengan Diabetes melitus tipe 2. HbA1C
7,6 %, Glukosa darah sewaktu 140 gr/dL Sudah menjalani pengobatan dengan
metformin 2 X sehari 850mg selama 3 bulan. Akan diberikan pengaturan obat.
 Hadi 56 tahun datang ke puskesmas dengan Diabetes melitus tipe 2. HbA1C
8,6 %, Glukosa darah sewaktu 240 gr/dL Akan diberikan obat pertama kali.
 Heni 27 tahun, hami 3 bulan, berobat ke puskesmas. Denyut jantung 104
X/menit, Tensi 170/90 mmHg. Diagnosis Grave’s disease. Akan diberikan
farmakoterapi.
 Hari 67 tahun datang di puskesmas dengan keadaan umum sadar, seperti mau
pingsan. Didiagnosa sebagai hipoglikemia karena kelebihan dosis sulfonilure.
Skenario
 Willy 56 tahun datang ke puskesmas dengan Diabetes melitus tipe 2. HbA1C
7,4 %, Glukosa darah sewaktu 240 gr/dL TB 170 cm, BB 83 kg. Tujuan terapi
mengurangi berat badan dan mengontrol glukosa.
 Billy 56 tahun datang ke puskesmas dengan Dislipidemia Kolesterol LDL 210
mg %. Risiko PJK rendah. Akan diberikan obat untuk memperkuat efek
pengaturan diet
 Nina 19 tahun didiagnosa hipertiroid dengan takhikardi akan diberikan
farmakoterapi
 Dicky 57 tahun datang di puskesmas dengan kesadaran menurun, dehidrasi
dan glukosa darah sewaktu 700 mg %
Tugas

 Diagnosis & tujuan terapi


 Kelompok obat yang tersedia di layanan primer
 Pdrugs untuk diagnosis di atas?
 Tuliskan resep untuk 10 hari
 Monitoring?
Hiperurisemia
Hiperurisemia

 Kondisi kadar asam urat dalam darah melebihi


“normal” yaitu lebih dari 7,0 mg/dl.
 Hiperurisemia dapat terjadi akibat meningkatnya
produksi ataupun menurunnya pembuangan asam
urat, atau kombinasi dari keduanya.
 Gout adalah radang sendi yang diakibatkan deposisi
Kristal monosodium urat pada jaringan di sekitar
sendi.
Hiperurisemia
Hiperurisemia
Hiperurisemia

 a. Mengatasi serangan akut dengan segera


 Obat: analgetik, colcichine, kortikosteroid
 1. Analgesik (NSAID bila tidak terdapat kontraindikasi terbanyak
digunakan: indometasin 150-200 mg/hari selama 2-3 hari).
 2. Colchicine (Efektif pada 24 jam pertama setelah serangan nyeri
sendi timbul. Dosis oral 0.5-0.6 mg per hari dengan dosis maksimal 6
mg.
 3. Kortikosteroid sistemik (bila NSAID dan Colchicine tidak
berespon baik)
 b. Program pengobatan untuk mencegah serangan berulang
 Obat: analgetik, colcichine dosis rendah
Hiperurisemia

 c. Mengelola hiperurisemia (menurunkan kadar


asam urat) & mencegah komplikasi lain
 Agen penurun asam urat (tidak digunakan
selama serangan akut).
 Pemberian Allupurinol dimulai dari dosis terendah,
100mg, kemudian bertahap dinaikkan bila
diperlukan, dengan dosis maksimal 800mg/hari.
 Target terapi adalah kadar asam urat < 6mg/dl.
Hiperurisemia

ANTIPIRAI
Primer Sekunder Tersier
 
1 alopurinol      
 
  Tidak untuk nyeri akut.      
 
  1. tab 100 mg Ö Ö Ö
 
  2. tab 300 mg Ö Ö Ö
 
2 kolkisin      
 
  1. tab 500 mcg   Ö Ö
 
3 probenesid      
 
  1. tab 500 mg Ö Ö Ö
Insulin

 Tidak tersedia di puskesmas


 Untuk DM tipe 1
 Untuk perioperatif
 Untuk DM dengan HbA1c > 9
Insulin
Primer Sekund Tersier
er

1 human insulin* :   X X
  a) Untuk diabetes melitus tipe 1 harus dimulai dengan human insulin.      

  b) Wanita hamil yang memerlukan insulin maka harus menggunakan      


human insulin.
  1. short acting      
    inj 100 UI/mL (kemasan vial, cartridge disposible, penfill cartridge)      

    Pada kondisi khusus (misal : perioperatif) maka diabetes melitus tipe      


2 dapat langsung diberikan insulin.

  2. intermediate acting      
    inj 100 UI/mL (kemasan vial, cartridge disposible, penfill cartridge)      

    Untuk diabetes melitus tipe1 atau tipe 2 yang tidak terkendali dengan      
golongan sulfonil urea dan obat diabetes oral.

  3. mix insulin      
    inj 100 UI/mL (kemasan vial, cartridge disposible, penfill cartridge)      
Insulin
Primer Sekunder Tersier

2 analog insulin* :   X X
  1. rapid acting      

    inj 100 UI/mL (kemasan vial, cartridge disposible, penfill      


cartridge)
    Pada kondisi khusus (misal : perioperatif) maka diabetes      
melitus tipe 2 dapat langsung diberikan insulin.
  2. long acting      

    inj 100 UI/mL (kemasan vial, cartridge disposible, penfill      


cartridge)
    Untuk diabetes melitus tipe1 atau tipe 2 yang tidak terkendali      
dengan golongan sulfonil urea dan obat diabetes oral.

  3. mix insulin      

    inj 100 UI/mL (kemasan vial, cartridge disposible, penfill      


cartridge)

Anda mungkin juga menyukai