DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
JULI 2020
PROFIL PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS
CENDERAWASIH PADA TRIWULAN I DAN II TAHUN 2020
ABSTRAK
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang.
Sampel penelitian adalah semua balita di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih
periode Januari 2020 – Juni 2020. Pengambilan sample berdasarkan total sampling
berjumlah 1697 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan
catatan dari Kartu Menuju Sehat balita di Puskesmas Cendrawasih periode Januari
2020 – Juni 2020 dengan menggunakan Excel.
Hasil : Jumlah balita umur 0-23 bulan Triwulan 1 sebanyak 1138 balita dan Triwulan 2
1102 balita. Jumlah balita umur 24-59 bulan pada triwulan 1 sebanyak 558 balita dan
periode Triwulan 2 sebanyak 595 balita. Jenis kelamin balitaTriwulan 1, 915 balita dan
periode Triwulan 2, 909 balita sedangkan jumlah balita berjenis kelamin laki-laki, pada
periode Triwulan 1 sebanyak 782 balita dan periode Triwulan 2 sebanyak 788 balita.
Triwulan 1 dan periode Triwulan 2 didapatkan sebanyak 18 balita usia 24-59 bulan yang
berada di bawah garis merah KMS. Rata-rata presentase bayi yang ditimbang pada
triwulan 1 yakni 88,3% dan pada triwulan 2 yakni 19,8%. . Rata-rata presentase
kenaikan berat badan pada triwulan 1 yakni 82,7% dan pada triwulan 2 yakni 59,4%.
Kesimpulan : Situasi pandemi COVID-19 mempengaruhi penurunan mobilitas
masyarakat ke fasilitas kesehatan. Selain itu, kurangnya perhatian ibu terhadap balita
usia 23-59 bulan memengaruhi kenaikan berat badan balita.
AUTHORS :
SUPERVISORS :
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN UNIVERSITY
JULY 2020
PROFILE OF MONITORING GROWTH CHILDREN IN CENDERAWASIH PRIMARY
HEALTH CENTER FROM FIRST AND SECOND QUARTERS 2020
Inderawati Binti Ramli1*, Mar’atus Sholehah1*, Idvianty Wulandari1*, Muh Rum Rahim1*
1) Department of Community and Preventive Medicine
*Faculty of Medicine Hasanuddin University, Makassar, Indonesia
ABSTRACT
Background: Malnutrision is a growth problem for children under five years old in
Indonesia with a prevalence in 2018, 10,2 % wasting, 37,2% stunting and 17,7 %
underweight. In a effort to prevent growth disorders, this study aims to determine the
profile of growth monitoring.
Method: This research is a descriptive with a cross sectional study. The sample was all
children under five years old in Cenderawasih Primary Health Center in the period
January 2020 – June 2020. Total sampling amounted to 1697 respondents. Data
collected by collecting from Cenderawasih Primary Health Center for period January
2020 – June 2020 by using Excel.
Result:The total of children aged 0-23 months in the first quarter was 1138 children and
in the second quarter was 1102 children. Children aged 24059 months in the first
quarter was 558 children and in the second quarter was 595 children. The total gender
of female in the first quarter was 915 children and the second quarter was 909 children. .
The total gender of male in the first quarter was 782 children and the second quarter
was 788 children. In the first and second quarters, there were 18 children who were
below the KMS red line. The average percentage of babies weughed in first quarter was
88,3% and in the second quarter was 19,8%. The average percentage of weight gain in
the first quarter was 82,7% and the second quarter was 59,4%.
Conclusion: The Covid 19 pandemic situation affected the decline in community and
mobility to public fasilities including health facilities. In addition, the lack of maternal
attention towards children who aged 23-59 months affects the weight gain of children.
Prevalensi balita wasting di Indonesia pada tahun 2013 yakni12,1% dan menurun
padat ahun 2018 yakni 10,2%. Prevalensi balita stunting pada tahun 2013 yakni 37,2%
dan menurun pada tahun 2018 yakni 30,8%.Prevalensi balita underweight pada tahun
2013 yakni 19,2% dan menurun pada tahun 2018 yakni 17,7%. Meskipun prevalensi
menurun tetapi malnutrisi tetap menjadi masalah gizi di Indonesia.Sedangkan di
Sulawesi Selatan pada tahun 2018, prevalensi balita wasting sebesar 23%, balita
stunting 35,7%, balita underweight 10%.Dalam menanggulangi masalah malnutrisi,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesias (Kemenkes RI) melakukan program
pemantauan pertumbuhan dengan penimbangan minimal 8 kali/tahun dan pengukuran
panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun.(Riskesdas, 2018)
HASIL
Baji
0,15 4.332 32.841
Mappakasunggu
PA’BATANG
BONTOLEBAN
G
PARANG
TAMPARANG
BAJI
KEKE
MAPPAKASUNGGU
SAMBUNG
149 Balita
JAWA
KARANG 348Balita 369Balita
ANYAR
246Balita 200Balita
190Balita
196Balita
BONTOLEBANG
PARANG
TAMPARANG KEKE
BAJI
MAPPAKASUNGGU
149 Balita
SAMBUNG
JAWA
355 Balita 369 Balita
KARAANG ANYARA 200 Balita
246 Balita
186 Balita
192 Balita
200 178
158 153
144 134
150 125
112 107
100 88
56 58 61
42
50
1000
800
558 595
600
400
200
0
0-23 bulan 24-59 bulan
Triwulan 1 Triwulan 2
Laki-laki Perempuan
250
200
195
150 174 175
156
133
100 113
110 106
90 98
86 88
50 70 79
Laki-Laki Perempuan
950
915 909
900
850
750
700
Laki-Laki Perempuan
Triwulan 1 Triwulan 2
20
18
16 18 18
14
12
10
8
6
4
2 2 0
0
Januari-Maret 2020 April-Juni 2020
Grafik 7. Jumlah Balita yang Berada di Bawah Garis Merah KMS berdasarkan
Usia
Berdasarkan analisis, jumlah balita yang berada di bawah garis merah KMS
berdasarkan usia pada periode Triwulan 1 dan periode Triwulan 2 didapatkan sebanyak
18 balita usia 24-59 bulan yang berada di bawah garis merah KMS. Sedangkan pada
balita usia 0-23 bulan didapatkan mengalami penurunan jumlah dimana pada periode
Triwulan 1 terdapat 2 balita yang berada di bawah garis merah KMS sedangkan pada
periode Triwulan 2 tidak ada satupun balita yang berada di bawah garis merah KMS.
12
10 11
10
8 9
8
6
0
Januari-Maret 2020 April-Juni 2020
Laki-Laki Perempuan
Grafik 8. Jumlah Balita yang Berada di Bawah Garis Merah KMS berdasarkan Jenis
Kelamin
Berdasarkan analisis, jumlah balita yang berada di bawah garis merah KMS
berdasarkan jenis kelamin pada periode Triwulan 1 didapatkan sebanyak 9 balita laki-
laki yang berada di bawah garis merah KMS. Jumlah ini mengalami penurunan pada
periode Triwulan 2. Sedangkan pada balita perempuan didapatkan juga mengalami
penurunan jumlah dimana pada periode Triwulan 1 terdapat 11 balita perempuan yang
berada di bawah garis merah KMS sedangkan pada periode Triwulan 2 terdapat 10
balita yang berada di bawah garis merah KM
Triwulan 1 Triwulan 2
Grafik 9. Persentase jumlah balita yang ditimbang dari total sasaran berdasarkan
kelurahan
Menurut analisa, kelurahan yang memiliki persentase jumlah balita yang ditimbang
dari total sasaran tertinggi yakni kelurahan Bajimapakasunggu baik di triwulan 1 dan 2.
Rata-rata presentase pada triwulan 1 yakni 88,3% dan pada triwulan 2 yakni 19,8%.
Pada triwulan 1 persentase setiap kelurahan yakni Sambungjawa 90,2%, Karanganyar
87%, Tamparangkeke 75,3%, Bajimapakasunggu 92,1%, Pabatang 91,3%, Parang
90,9%, dan Bontolebang 91,9%. Pada triwulan 2 seluruh kelurahan mengalami
penurunan persentase yakni Sambungjawa15,7%, Karanganyar 18,3%,
Tamparangkeke 21,5%, Bajimapakasunggu 25,8%, Pabatang17,6%, Parang13%, dan
Bontolebang 25,7%.
100,0% 87,5%
90,0% 80,5% 82,1% 81,4% 82,4% 80,6% 84,3%
80,0% 70,3%
70,0% 65,7%
60,2% 59,1% 59,8%
60,0% 52,7%
48,2%
50,0%
40,0%
30,0%
20,0%
10,0%
0,0%
Triwulan 1 Triwulan 2
Grafik 10. Persentase jumlah balita yang mengalami kenaikan berat badan dari total
balita yang ditimbang berdasarkan kelurahan
Menurut analisa, pada triwulan 1 kelurahan yang memiliki persentase jumlah balita
yang mengalami kenaikan berat badan dari total balita yang ditimbang yakni kelurahan
Parang. Sedangkan pada triwulan 2 yang memiliki persentase tertinggi yakni
Bontolebang. Rata-rata presentase pada triwulan 1 yakni 82,7% dan pada triwulan 2
yakni 59,4%. Pada triwulan 1 persentase setiap kelurahan yakni Sambungjawa 80,5%,
Karanganyar 82,1%, Tamparangkeke 81,4%, Bajimapakasunggu 82,4%, Pabatang
80,1% , Parang 87,5%, dan Bontolebang 84,3%. Pada triwulan 2 seluruh kelurahan
mengalami penurunan persentase yakni Sambungjawa 52,7%, Karanganyar 48,2%,
Tamparangkeke 60,2%, Bajimapakasunggu 59,1%, Pabatang 70,3%, Parang 59,8%,
dan Bontolebang 65,7%.
PEMBAHASAN
Pada grafik 7 didapatkan bahwa balita usia 24-59 bulan cenderung berada di
bawah garis merah KMS dibandingkan balita usia 0-23 bulan. Sebuah penelitian
menjelaskan bahwa kelompok balita dengan usia yang lebih tinggi memiliki peluang
kekurangan berat badan yang lebih tinggi dikarenakan para ibu biasanya kurang
memperhatikan anak-anak mereka ketika mereka mencapai usia 2 tahun. Pada saat itu,
kakak-kakak kandung atau anggota keluarga lainnya mengambil alih sebagai pengasuh
mereka, yang mungkin mengarah pada praktik pemberian makan dan kebersihan yang
buruk. Akibatnya, anak-anak tersebut lebih rentan terhadap penyakit masa kanak-
kanak, akhirnya menjadi kurang berat badan. Selain itu, hampir sepertiga anak-anak
berusia antara 6 dan 9 bulan (30%) tidak menerima makanan pendamping selain
menyusui. (Adhikari, D., Khatri, R. B., Paudel, Y. R., & Poudyal, A. K. (2017). Hasil ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2018 di Indonesia, bahwa faktor
risiko terjadinya gangguan pertumbuhan balita pada usia 24-59 bulan 2,5 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan balita usia 6-11 bulan. (Muldiasma et al., 2018) Penelitian
lain, juga menunjukkan hasil yang demikian, bahwa gangguan pertumbuhan akan
meningkat pada balita usia 23 bulan keatas. (Glover-Amengor et al, 2016.). Hal ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu penelitian menyatakan bahwa salah satu
faktor yang dapat memengaruhi gangguan pertumbuhan balita di Indonesia adalah
pemberian makanan pendamping ASI yang tidak adekuat pada usia tersebut. (Ty Beal
et al., 2018).
Pada grafik 8, distribusi balita yang memiliki berat badan dibawah garis merah
pada KMS berdasarkan jenis kelamin, didapatkan lebih tinggi pada jenis kelamin
perempuan. Hal ini kurang, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di Provinsi
Maluku Utara, bahwa balita perempuan memiliki peluang yang lebih rendah untuk
mengalami gangguan pertumbuhan. (Ramliet al, 2009). Begitu pula, dengan penelitian
pada tahun 2019, bahwa balita laki laki lebih berpeluang untuk mengalami gangguan
pertumbuhan. (Kang & Kim, 2019). Hasil yang didapatkan pada penelitian ini, mungkin
pula dapat disebabkan karena populasi balita perempuan lebih besar dibandingkan
populasi balita laki-laki. Namun, masih perlu banyak penelusuran lebih lanjut untuk
mengetahui penyebab yang pasti.
Pada grafik 9 didapatkan penurunan yang signifikan pada persentase jumlah balita
yang ditimbang dari total sasaran dari triwulan 1 ke 2. Rata-rata presentase pada
triwulan 1 yakni 88,3% lalu menurun pada triwulan 2 yakni 19,8%. Penurunan angka
presentase ini sejalan dengan penelitian Santoli mengenai vaksinasi di saat pandemi
Covid-19. Penelitian menjelaskan bahwa mayoritas orang tua khawatir untuk membawa
anaknya ke fasilitas kesehatan untuk vaksinasi sehingga angka pemesanan vaksinasi
menurun saat pandemi.(Santoliet al., 2020)Pada akhir triwulan 1, di Indonesia muncul
pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga sekarang.Sampai tanggal 15 Juli
2020, terdapat 175 kasus positif Covid-19 di Kecamatan Mamajang sebagai wilayah
kerjaPuskesmas Cenderawasih sehingga hal ini berdampak pada jumlah balita yang
ditimbang. Selain itu pada bulan April pemerintah Kota Makassar memberikan kebijakan
untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berdampak pada
penurunan mobilitas masyarakat ke fasilitas umum termasuk fasilitas kesehatan
.(Pemerintah Kota Makassar, 2020) Penimbangan berat badan merupakan cara yang
praktis untuk menentukan pola pertumbuhan balita, sehingga untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap pola pertumbuhan anak di masa pandemi ini,
menggunakan fasilitas home care bisa menjadi salah satu alternative metode program
kerja untuk meningkatkan jumlah balita yang ditimbang di Puskesmas.
Pada grafik 10 didapatkan penurunan yang signifikan pada persentase jumlah
balita yang mengalami kenaikan berat badan dari total balita yang ditimbang. Rata-rata
presentase pada triwulan 1 yakni 82,7% dan pada triwulan 2 yakni 59,4%.Sesuai
dengan penelitian Naja mengenai profil nutrisi pada pandemi Covid-19, pada penelitian
ini dijelaskan bahwa beberapa individu bisa mengalami malnutrisi saat pandemi. Hal ini
dijelaskan bahwa di saat pandemi Covid-19, pemerintah memberikan kebijakan untuk
menutup fasilitas dan anjuran untuk tetap di rumah. Kebijakan ini secara jangka panjang
dapat berpengaruh pada daya beli masyarakat terhadap makanan yang bergizi karena
keterbatasan mobilitas dan fasilitas yang ditutup. Perubahan pola makan dan kurangnya
aktifitas fisik berdampak pada malnutrisi karena mengubah pola makan menjadi tidak
sehat .Dalam menangani hal ini pada tingkat individu harus ada kesadaran mengenai
diet makanan sehat dan tetap melakukan aktivitas fisik, Lalu pada tingkat komunitas
diberikan pengarahan untuk tidak melakukan panic buying dan tetap meningkatkan
pelayanan pemantauan nutrisi pada komunitas, Pada tingkat nasional, pemerintah
harus membuat kebijakan mengenai jaminan tercukupinya makanan sehat untuk
seluruh masyarakat dan mendukung fasilitas kesehatan primer untuk memantau nutrisi
masyarakat.(Naja and Hamadeh, 2020)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Adhikari, D., Khatri, R. B., Paudel, Y. R., & Poudyal, A. K. (2017). Factors Associated
with Underweight among Under-Five Children in Eastern Nepal: Community-Based
Cross-sectional Study. Frontiers in public health, 5, 350.
https://doi.org/10.3389/fpubh.2017.00350
Yunhee Kang
1
|
Jihye Kim
Kang, Yunhee. Kim, Jihye. (2019). Risk Factor For Undernutrition Among Children 0-59
Months Of Age in Myanmar. Wiley Mother and Child Nutrition Journal. doi:
10.1111/mcn.12821
Matern Child Nutr. 2019;e12821.
https://doi.org/10.1111/mcn.12821
Muldiasma et al. (2018). Can early initiation to breastfeeding prevent stunting in 6–59
months old children?. Journal of Health Research Vol. 32 No. 5, 2018 pp. 334-341
Emerald Publishing Limited 2586-940X. doi: 10.1108/JHR-08-2018-038
Naja, F. and Hamadeh, R. (2020) ‘Nutrition amid the COVID-19 pandemic: a multi-level
framework for action’, European Journal of Clinical Nutrition. doi: 10.1038/s41430-020-
0634-3.
Ramli et al. (2009). Prevalence and risk factors for stunting and severe stunting among
under-fives in North Maluku province of Indonesia. BMC Pediatr. Published 2009 Oct 6.
doi:10.1186/1471-2431-9-64
Ty, Beal et al. (2018). A review of child stunting determinants in Indonesia. Matern Child
Nutr.. doi:10.1111/mcn.12617
WHO (2020) Levels and trends in child malnutrition: Key findings of the 2020 Edition of
the Joint Child Malnutrition Estimates., Geneva: WHO. doi: 10.18356/6ef1e09a-en.