Anda di halaman 1dari 21

HALAMAN SAMPUL

PROFIL PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS


CENDERAWASIH PADA TRIWULAN I DAN II TAHUN 2020

DISUSUN OLEH :

Inderawati Binti Ramli C014182118


Mar’atus Sholehah C014182143
Idvianty Wulandari C014182150

PEMBIMBING :

dr. Muh Rum Rahim. M.Sc


dr. Utami Murni Pratiwi M.Kes
drg. St. Maisarah. M.Kes

BAGIAN KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

JULI 2020
PROFIL PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS
CENDERAWASIH PADA TRIWULAN I DAN II TAHUN 2020

Inderawati Binti Ramli1*, Mar’atus Sholehah1*, Idvianty Wulandari1*,Muh Rum Rahim1*


1) Bagian Kedokteran Komunitas dan Kedokteran Pencegahan
*Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang :Malnutrisi menjadi masalah pertumbuhan balita di Indonesia dengan


prevalensi pada tahun 2018 yakni wasting 10,2%,stunting 37,2% dan underweight
17,7%.Dalam upaya mencegah gangguan pertumbuhan, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui profil pemantauan pertumbuhan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang.
Sampel penelitian adalah semua balita di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih
periode Januari 2020 – Juni 2020. Pengambilan sample berdasarkan total sampling
berjumlah 1697 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan
catatan dari Kartu Menuju Sehat balita di Puskesmas Cendrawasih periode Januari
2020 – Juni 2020 dengan menggunakan Excel.
Hasil : Jumlah balita umur 0-23 bulan Triwulan 1 sebanyak 1138 balita dan Triwulan 2
1102 balita. Jumlah balita umur 24-59 bulan pada triwulan 1 sebanyak 558 balita dan
periode Triwulan 2 sebanyak 595 balita. Jenis kelamin balitaTriwulan 1, 915 balita dan
periode Triwulan 2, 909 balita sedangkan jumlah balita berjenis kelamin laki-laki, pada
periode Triwulan 1 sebanyak 782 balita dan periode Triwulan 2 sebanyak 788 balita.
Triwulan 1 dan periode Triwulan 2 didapatkan sebanyak 18 balita usia 24-59 bulan yang
berada di bawah garis merah KMS. Rata-rata presentase bayi yang ditimbang pada
triwulan 1 yakni 88,3% dan pada triwulan 2 yakni 19,8%. . Rata-rata presentase
kenaikan berat badan pada triwulan 1 yakni 82,7% dan pada triwulan 2 yakni 59,4%.
Kesimpulan : Situasi pandemi COVID-19 mempengaruhi penurunan mobilitas
masyarakat ke fasilitas kesehatan. Selain itu, kurangnya perhatian ibu terhadap balita
usia 23-59 bulan memengaruhi kenaikan berat badan balita.

Kata kunci :pemantauan pertumbuhan, Puskesmas Cenderawasih, Makassar, profil


pemantauan pertumbuhan
COVER PAGE

PROFILE OF MONITORING GROWTH CHILDREN IN CENDERAWASIH


PRIMARY HEALTH CENTER FROM FIRST AND SECOND QUARTERS
2020

AUTHORS :

Inderawati Binti Ramli C014182118


Mar’atus Sholehah C014182143
Idvianty Wulandari C014182150

SUPERVISORS :

dr. Muh Rum Rahim. M.Sc


dr. Utami Murni Pratiwi M.Kes
drg. St. Maisarah. M.Kes

DEPARTEMENT OF COMMUNITY AND [REVENTIVE MEDICINE

FACULTY OF MEDICINE

HASANUDDIN UNIVERSITY

JULY 2020
PROFILE OF MONITORING GROWTH CHILDREN IN CENDERAWASIH PRIMARY
HEALTH CENTER FROM FIRST AND SECOND QUARTERS 2020

Inderawati Binti Ramli1*, Mar’atus Sholehah1*, Idvianty Wulandari1*, Muh Rum Rahim1*
1) Department of Community and Preventive Medicine
*Faculty of Medicine Hasanuddin University, Makassar, Indonesia
ABSTRACT

Background: Malnutrision is a growth problem for children under five years old in
Indonesia with a prevalence in 2018, 10,2 % wasting, 37,2% stunting and 17,7 %
underweight. In a effort to prevent growth disorders, this study aims to determine the
profile of growth monitoring.

Method: This research is a descriptive with a cross sectional study. The sample was all
children under five years old in Cenderawasih Primary Health Center in the period
January 2020 – June 2020. Total sampling amounted to 1697 respondents. Data
collected by collecting from Cenderawasih Primary Health Center for period January
2020 – June 2020 by using Excel.

Result:The total of children aged 0-23 months in the first quarter was 1138 children and
in the second quarter was 1102 children. Children aged 24059 months in the first
quarter was 558 children and in the second quarter was 595 children. The total gender
of female in the first quarter was 915 children and the second quarter was 909 children. .
The total gender of male in the first quarter was 782 children and the second quarter
was 788 children. In the first and second quarters, there were 18 children who were
below the KMS red line. The average percentage of babies weughed in first quarter was
88,3% and in the second quarter was 19,8%. The average percentage of weight gain in
the first quarter was 82,7% and the second quarter was 59,4%.

Conclusion: The Covid 19 pandemic situation affected the decline in community and
mobility to public fasilities including health facilities. In addition, the lack of maternal
attention towards children who aged 23-59 months affects the weight gain of children.

Keywords: growth monitoring, Cenderawasih Primary Health Center, Makassar, growth


monitoring profile
PENDAHULUAN

Salah satu masalah yang mempengaruhi pertumbuhan balita yakni malnutrisi.Yang


termasuk ke dalam malnutrisi adalah wasting, stunting, underweight, inadekuat asupan
vitamin atau mineral, dan overweight. Kondisi malnutrisi pada balita disebabkan olehr
iwayat infeksi berulang, nutrisi yang kurang, dan inadekuat stimulasi psikososial.
Malnutrisi bisa meningkatkan resiko penurunan kognitif, penyakit menular dan tidak
menular, bahkan kematian. Secara global pada tahun 2019, 47 juta balita mengalami
wasting dan 144 juta balita mengalami stunting. Afrika dan Asia menjadi 2 benua
dengan tingkat malnutrisi yang tinggi.(WHO, 2020)

Prevalensi balita wasting di Indonesia pada tahun 2013 yakni12,1% dan menurun
padat ahun 2018 yakni 10,2%. Prevalensi balita stunting pada tahun 2013 yakni 37,2%
dan menurun pada tahun 2018 yakni 30,8%.Prevalensi balita underweight pada tahun
2013 yakni 19,2% dan menurun pada tahun 2018 yakni 17,7%. Meskipun prevalensi
menurun tetapi malnutrisi tetap menjadi masalah gizi di Indonesia.Sedangkan di
Sulawesi Selatan pada tahun 2018, prevalensi balita wasting sebesar 23%, balita
stunting 35,7%, balita underweight 10%.Dalam menanggulangi masalah malnutrisi,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesias (Kemenkes RI) melakukan program
pemantauan pertumbuhan dengan penimbangan minimal 8 kali/tahun dan pengukuran
panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun.(Riskesdas, 2018)

Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu program di puskesmas.Kegiatan


pokok program ini adalah mengumpulkan data hasil penimbangan, menghitung proporsi
balita yang naik atau tidak, mengkaji kecenderungan perubahan antar waktu,
melaporkan hasil pemantauan dan melakukan tindakan intervensi bila diperlukan.
Kegiatan pokok diimplementasikan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan
anak secara teratur yang dilakukan di Posyandu. Data hasil selanjutnya di-plot ke garis
pertumbuhan. Jika hasil plot menunjukkan pertumbuhan tidak normal maka petugas
kesehatan dan keluarga akan bertindak untuk melakukan intervensi
pencegahan.(Aditiantiet al., 2019) Analisa ini bertujuan untuk mengetahui pemantauan
pertumbuhan di Puskesmas Cenderawasih sebagai upaya penentuan strategi dalam
mencegah gangguan pertumbuhan pada balita.
METODE

Penelitian dilakukan di Puskemas Cendrawasih Kecamatan Mamajang Kota


Makassar Provinsi Sulawesi Selatan selama kurun waktu 3 bulan dari Januari 2020
sampai Juni 2020. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong
lintang. Sampel penelitian adalah semua balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Cendrawasih pada periode Januari 2020 – Juni 2020. Pengambilan sample
berdasarkan total sampling berjumlah 1697 responden. Kriteria inklusinya itu balita yang
berkunjung ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih pada periode
Januari 2020 – Juni 2020 dan mempunyai Kartu Menuju Sehat. Kriteria eksklusiya itu
balita yang tidak mempunyai Kartu Menuju Sehat.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan catatan dari pemegang
program ini di Puskesmas Cendrawasih periode Januari 2020 – Juni 2020. Variabel
penelitian adalah usia, jenis kelamin, dan cakupan program pemantauan pertumbuhan
balita.

HASIL

Puskesmas Cendrawasih terletak di kecamatan Mamajang yang mencakup 7


kelurahan yaitu kelurahan Tamparang Keke, Sambung Jawa, Karang Anyar, Baji
Mappakasunggu, Pa’batang, Parang, Bonto Lebang. Tabel 1 menunjukan profil
demografi wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih Tahun 2018.

Tabel 1. Profil demografi wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih Tahun 2018

Kepadatan Penduduk Jumlah Luas Wilayah


Kelurahan
(/km2) Penduduk (Km2)

Tamparang Keke 0,05 5.129 35.807


Sambung Jawa 0,3 10.912 84.150

Karang Anyar 0,2 4.113 28.433

Baji
0,15 4.332 32.841
Mappakasunggu

Pa’batang 0,11 4.841 71.411

Parang 0,09 6.528 22.045

Bonto Lebang 0,12 4.004 43.327

Jumlah 1,02 39.859 39.077

PA’BATANG
BONTOLEBAN
G
PARANG
TAMPARANG
BAJI
KEKE
MAPPAKASUNGGU

SAMBUNG
149 Balita
JAWA
KARANG 348Balita 369Balita
ANYAR
246Balita 200Balita

190Balita

196Balita

Gambar 1. Mapping Distribusi Balita per Kelurahan pada triwulan 1.


PA’BATANG

BONTOLEBANG
PARANG

TAMPARANG KEKE
BAJI
MAPPAKASUNGGU

149 Balita
SAMBUNG
JAWA
355 Balita 369 Balita
KARAANG ANYARA 200 Balita
246 Balita

186 Balita

192 Balita

Gambar 2. Mapping Distribusi Balita per Kelurahan periode Triwulan 2.

Wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih terbagi menjadi 7 kelurahan di


Kecamatan Mamajang, yaitu Kelurahan Sambung Jawa, Kelurahan Karang Anyar,
Kelurahan Baji Mappakasunggu, Kelurahan Tamparangkeke, Kelurahan Pa’batang,
Kelurahan Parang, Kelurahan Bontolebang. Total posyandu yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Cendrawasih adalah sebanyak 40 posyandu. Data menunjukkan, bahwa
jumlah balita terbanyak ada di Kelurahan Sambung Jawa (n = 369 balita). Data
menunjukkan adanya peningkatan jumlah balita pada Kelurahan Parang. Tetapi,
penurunan jumlah balita terjadi padaKelurahan Tamparang Keke dan Kelurahan Baji
Mappakasunggu.
300
250
263
200
196
150
149 156 159
100 141
126
106 107
50 90
51 51 60 22
0

0-23 bulan 24-59 bulan

Grafik 1. Karakteristik Balita berdasarkan Umur periode Triwulan 1

Karakteristik balita berdasarkan usia (Grafik 1) di Puskesmas Cendrawasih


periode Triwulan 1 dikelompokkan berdasarkan kelompok usia 0-23 bulan dan 24-59
bulan. Jumlah balita terbanyak ditemukan pada Kelurahan Sambung Jawa dengan
jumlah balita usia 0-23 bulan sebanyak 263 balita dan balita usia 24-59 bulan sebanyak
106 balita. Pada kelurahan Karang Anyar didapatkan jumlah balita usia 0-23 bulan
sebanyak 149 balita dan balita usia 24-59 bulan sebanyak 51 balita. Pada kelurahan
Tamparangkeke jumlah balita usia 0-23 bulan sebanyak 141 balita dan balita usia 24-59
bulan sebanyak 51 balita sedangkan pada kelurahan Baji Mappakasunggu, jumlah
balita usia 0-23 bulan sebanyak 126 balita dan balita usia 24-59 bulan sebanyak 60
balita. Pada kelurahan Pa’batang, jumlah balita usia 0-23 bulan sebanyak 156 balita dan
balita usia 24-59 bulan sebanyak 90 balita. Jumlah balita yang paling sedikit ditemukan
pada kelurahan Bontolebang dengan jumlah balita usia 0-23 bulan sebanyak 107 balita
dan balita usia 24-59 bulan sebanyak 22 balita sedangkan pada kelurahan Parang,
jumlah balita usia 0-23 bulan sebanyak 196 balita dan balita usia 24-59 bulan sebanyak
159 balita.
300
257
250

200 178
158 153
144 134
150 125
112 107
100 88
56 58 61
42
50

0-23 bulan 24-59 bulan

Grafik 2. Karakteristik Balita berdasarkan Umur periode Triwulan 2

Karakteristik balita berdasarkan usia (Grafik 2) di Puskesmas Cendrawasih


periode Triwulan 2 dikelompokkan berdasarkan kelompok usia 0-23 bulan dan 24-59
bulan. Jumlah balita terbanyak ditemukan pada Kelurahan Sambung Jawa dengan
jumlah balita usia 0-23 bulan sebanyak 257 balita dan balita usia 24-59 bulan sebanyak
112 balita. Pada kelurahan Karang Anyar didapatkan jumlah balita usia 0-23 bulan
sebanyak 144 balita dan balita usia 24-59 bulan sebanyak 56 balita. Pada kelurahan
Tamparangkeke jumlah balita usia 0-23 bulan sebanyak 134 balita dan balita usia 24-59
bulan sebanyak 58 balita sedangkan pada kelurahan Baji Mappakasunggu, jumlah
balita usia 0-23 bulan sebanyak 125 balita dan balita usia 24-59 bulan sebanyak 61
balita. Pada kelurahan Pa’batang, jumlah balita usia 0-23 bulan sebanyak 158 balita dan
balita usia 24-59 bulan sebanyak 88 balita. Jumlah balita yang paling sedikit ditemukan
pada kelurahan Bontolebang dengan jumlah balita usia 0-23 bulan sebanyak 107 balita
dan balita usia 24-59 bulan sebanyak 42 balita sedangkan pada kelurahan Parang,
jumlah balita usia 0-23 bulan sebanyak 153 balita dan balita usia 24-59 bulan sebanyak
178 balita.
1200 1138 1102

1000

800
558 595
600

400

200

0
0-23 bulan 24-59 bulan

Triwulan 1 Triwulan 2

Grafik 3. Perbandingan Jumlah Balita berdasarkan Umur periode Januari-Maret &


April -Juni 2020

Berdasarkan analisis, perbandingan jumlah balita berdasarkan umur pada


periode Triwulan 1 dan periode Triwulan 2 didapatkan bahwa jumlah balita terbanyak
didapatkan pada umur 0-23 bulan dengan jumlah pada periode Triwulan 1 sebanyak
1138 balita dan periode Triwulan 2 sebanyak 1102 balita sedangkan jumlah balita umur
24-59 bulan pada periode Jnuari-Maret 2020 sebanyak 558 balita dan periode Triwulan
2 sebanyak 595 balita.
250
195 189
200 166
174
150 133
112 103 113
88 88 104 83
100 70 79
50

Laki-laki Perempuan

Grafik 4. Karakteristik Balita berdasarkan Jenis Kelamin periode Triwulan 1


Karakteristik balita berdasarkan jenis kelamin (Grafik 4) di Puskesmas
Cendrawasih periode Triwulan 1 adalah mayoritas perempuan sebanyak 915 balita
sedangkan laki-laki sebanyak 782 balita. Pada Kelurahan Sambung Jawa jumlah balita
laki-laki sebanyak 174 balita dan balita perempuan sebanyak 195 balita. Pada
kelurahan Karang Anyar didapatkan jumlah balita laki-laki sebanyak 88 balita dan
perempuan sebanyak 112 balita. Pada kelurahan Tamparangkeke jumlah balita laki-laki
sebanyak 88 balita dan balita perempuan sebanyak 104 balita sedangkan pada
kelurahan Baji Mappakasunggu, jumlah balita laki-laki sebanyak 83 balita dan balita
perempuan sebanyak 103 balita. Pada kelurahan Pa’batang, jumlah balita laki-laki
sebanyak 113 balita dan balita perempuan sebanyak 133 balita. Pada kelurahan
Bontolebang dengan jumlah balita laki-laki sebanyak 70 balita dan balita usia
perempuan sebanyak 79 balita sedangkan pada kelurahan Parang, jumlah balita laki-
laki sebanyak 166 balita dan balita usia perempuan sebanyak 189 balita.

250

200
195
150 174 175
156
133
100 113
110 106
90 98
86 88
50 70 79

Laki-Laki Perempuan

Grafik 5. Karakteristik Balita berdasarkan Jenis Kelamin periode Triwulan 2

Karakteristik balita berdasarkan jenis kelamin (Grafik 4) di Puskesmas


Cendrawasih periode Triwulan 1 adalah mayoritas perempuan sebanyak 896 balita
sedangkan laki-laki sebanyak 777 balita. Pada Kelurahan Sambung Jawa jumlah balita
laki-laki sebanyak 174 balita dan balita perempuan sebanyak 195 balita. Pada
kelurahan Karang Anyar didapatkan jumlah balita laki-laki sebanyak 90 balita dan
perempuan sebanyak 110 balita. Pada kelurahan Tamparangkeke jumlah balita laki-laki
sebanyak 86 balita dan balita perempuan sebanyak 106 balita sedangkan pada
kelurahan Baji Mappakasunggu, jumlah balita laki-laki sebanyak 88 balita dan balita
perempuan sebanyak 98 balita. Pada kelurahan Pa’batang, jumlah balita laki-laki
sebanyak 113 balita dan balita perempuan sebanyak 133 balita. Pada kelurahan
Bontolebang dengan jumlah balita laki-laki sebanyak 70 balita dan balita usia
perempuan sebanyak 79 balita sedangkan pada kelurahan Parang, jumlah balita laki-
laki sebanyak 156 balita dan balita usia perempuan sebanyak 175 balita.

950
915 909
900

850

800 782 788

750

700
Laki-Laki Perempuan

Triwulan 1 Triwulan 2

Grafik 6. Perbandingan Jumlah Balita berdasarkan Jenis Kelamin periode Triwulan 1


dan Triwulan 2

Berdasarkan analisis, perbandingan jumlah balita berdasarkan jenis kelamin


pada periode Triwulan 1 dan periode Triwulan 2 didapatkan bahwa jumlah balita
terbanyak berjenis kelamin perempuan dengan jumlah pada periode Triwulan 1
sebanyak 915 balita dan periode Triwulan 2 sebanyak 909 balita sedangkan jumlah
balita berjenis kelamin laki-laki, pada periode Triwulan 1 sebanyak 782 balita dan
periode Triwulan 2 sebanyak 788 balita.

20
18
16 18 18
14
12
10
8
6
4
2 2 0
0
Januari-Maret 2020 April-Juni 2020

0-23 bulan 24-59 bulan

Grafik 7. Jumlah Balita yang Berada di Bawah Garis Merah KMS berdasarkan
Usia

Berdasarkan analisis, jumlah balita yang berada di bawah garis merah KMS
berdasarkan usia pada periode Triwulan 1 dan periode Triwulan 2 didapatkan sebanyak
18 balita usia 24-59 bulan yang berada di bawah garis merah KMS. Sedangkan pada
balita usia 0-23 bulan didapatkan mengalami penurunan jumlah dimana pada periode
Triwulan 1 terdapat 2 balita yang berada di bawah garis merah KMS sedangkan pada
periode Triwulan 2 tidak ada satupun balita yang berada di bawah garis merah KMS.

12

10 11
10
8 9
8
6

0
Januari-Maret 2020 April-Juni 2020

Laki-Laki Perempuan
Grafik 8. Jumlah Balita yang Berada di Bawah Garis Merah KMS berdasarkan Jenis
Kelamin

Berdasarkan analisis, jumlah balita yang berada di bawah garis merah KMS
berdasarkan jenis kelamin pada periode Triwulan 1 didapatkan sebanyak 9 balita laki-
laki yang berada di bawah garis merah KMS. Jumlah ini mengalami penurunan pada
periode Triwulan 2. Sedangkan pada balita perempuan didapatkan juga mengalami
penurunan jumlah dimana pada periode Triwulan 1 terdapat 11 balita perempuan yang
berada di bawah garis merah KMS sedangkan pada periode Triwulan 2 terdapat 10
balita yang berada di bawah garis merah KM

100,0% 90,2% 92,1% 91,3% 90,9% 91,1%


87,0%
90,0%
80,0% 75,3%
70,0%
60,0%
50,0%
40,0%
25,8% 25,7%
30,0% 18,3% 21,5% 17,6%
15,7% 13,0%
20,0%
10,0%
0,0%

Triwulan 1 Triwulan 2

Grafik 9. Persentase jumlah balita yang ditimbang dari total sasaran berdasarkan
kelurahan

Menurut analisa, kelurahan yang memiliki persentase jumlah balita yang ditimbang
dari total sasaran tertinggi yakni kelurahan Bajimapakasunggu baik di triwulan 1 dan 2.
Rata-rata presentase pada triwulan 1 yakni 88,3% dan pada triwulan 2 yakni 19,8%.
Pada triwulan 1 persentase setiap kelurahan yakni Sambungjawa 90,2%, Karanganyar
87%, Tamparangkeke 75,3%, Bajimapakasunggu 92,1%, Pabatang 91,3%, Parang
90,9%, dan Bontolebang 91,9%. Pada triwulan 2 seluruh kelurahan mengalami
penurunan persentase yakni Sambungjawa15,7%, Karanganyar 18,3%,
Tamparangkeke 21,5%, Bajimapakasunggu 25,8%, Pabatang17,6%, Parang13%, dan
Bontolebang 25,7%.

100,0% 87,5%
90,0% 80,5% 82,1% 81,4% 82,4% 80,6% 84,3%
80,0% 70,3%
70,0% 65,7%
60,2% 59,1% 59,8%
60,0% 52,7%
48,2%
50,0%
40,0%
30,0%
20,0%
10,0%
0,0%

Triwulan 1 Triwulan 2

Grafik 10. Persentase jumlah balita yang mengalami kenaikan berat badan dari total
balita yang ditimbang berdasarkan kelurahan

Menurut analisa, pada triwulan 1 kelurahan yang memiliki persentase jumlah balita
yang mengalami kenaikan berat badan dari total balita yang ditimbang yakni kelurahan
Parang. Sedangkan pada triwulan 2 yang memiliki persentase tertinggi yakni
Bontolebang. Rata-rata presentase pada triwulan 1 yakni 82,7% dan pada triwulan 2
yakni 59,4%. Pada triwulan 1 persentase setiap kelurahan yakni Sambungjawa 80,5%,
Karanganyar 82,1%, Tamparangkeke 81,4%, Bajimapakasunggu 82,4%, Pabatang
80,1% , Parang 87,5%, dan Bontolebang 84,3%. Pada triwulan 2 seluruh kelurahan
mengalami penurunan persentase yakni Sambungjawa 52,7%, Karanganyar 48,2%,
Tamparangkeke 60,2%, Bajimapakasunggu 59,1%, Pabatang 70,3%, Parang 59,8%,
dan Bontolebang 65,7%.

PEMBAHASAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 43 Tahun 2016 tentang


Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan bahwa selain pemberian kapsul vitamin A
sebanyak 2 kali/tahun dan pemberian imunisasi dasar lengkap, penimbangan minimal 8
kali/tahun dan pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun. Penimbangan dan
pengukuran panjang/tinggi badan secara serial digunakan untuk mengetahui pola
pertumbuhan balita. Pola pertumbuhan balita bisa dilihat dari hasil ukur yang di plot
secara serial setiap bulannya pada Kartu Menuju Sehat (KMS).(Riskesdas, 2018)

Gangguan pertumbuhan bisa dideteksi dengan melihat pola pertumbuhan anak


menggunakan KMS. Pada KMS pengukuran yang dilakukan yakni berat badan sebagai
indikator penentuan pola pertumbuhan .(Chamidah, 2017) Hal ini dikarenakan
peningkatan berat badan setiap bulannya dapat menjadi tolak ukur peningkatan
pembentukan sel tubuh. Setelah kelahiran, berat badan akan meningkat rata-rata 800
gram/bulan. Setelah tahun pertama, pertumbuhan berlangsung sekitar 200 gram/bulan.
Pada balita berat badan bisa mencapai sekitar 20% dari berat orang dewasa. (Rogol,
Clark and Roemmich, 2016)

Pada grafik 7 didapatkan bahwa balita usia 24-59 bulan cenderung berada di
bawah garis merah KMS dibandingkan balita usia 0-23 bulan. Sebuah penelitian
menjelaskan bahwa kelompok balita dengan usia yang lebih tinggi memiliki peluang
kekurangan berat badan yang lebih tinggi dikarenakan para ibu biasanya kurang
memperhatikan anak-anak mereka ketika mereka mencapai usia 2 tahun. Pada saat itu,
kakak-kakak kandung atau anggota keluarga lainnya mengambil alih sebagai pengasuh
mereka, yang mungkin mengarah pada praktik pemberian makan dan kebersihan yang
buruk. Akibatnya, anak-anak tersebut lebih rentan terhadap penyakit masa kanak-
kanak, akhirnya menjadi kurang berat badan. Selain itu, hampir sepertiga anak-anak
berusia antara 6 dan 9 bulan (30%) tidak menerima makanan pendamping selain
menyusui. (Adhikari, D., Khatri, R. B., Paudel, Y. R., & Poudyal, A. K. (2017). Hasil ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2018 di Indonesia, bahwa faktor
risiko terjadinya gangguan pertumbuhan balita pada usia 24-59 bulan 2,5 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan balita usia 6-11 bulan. (Muldiasma et al., 2018) Penelitian
lain, juga menunjukkan hasil yang demikian, bahwa gangguan pertumbuhan akan
meningkat pada balita usia 23 bulan keatas. (Glover-Amengor et al, 2016.). Hal ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu penelitian menyatakan bahwa salah satu
faktor yang dapat memengaruhi gangguan pertumbuhan balita di Indonesia adalah
pemberian makanan pendamping ASI yang tidak adekuat pada usia tersebut. (Ty Beal
et al., 2018).

Pada grafik 8, distribusi balita yang memiliki berat badan dibawah garis merah
pada KMS berdasarkan jenis kelamin, didapatkan lebih tinggi pada jenis kelamin
perempuan. Hal ini kurang, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di Provinsi
Maluku Utara, bahwa balita perempuan memiliki peluang yang lebih rendah untuk
mengalami gangguan pertumbuhan. (Ramliet al, 2009). Begitu pula, dengan penelitian
pada tahun 2019, bahwa balita laki laki lebih berpeluang untuk mengalami gangguan
pertumbuhan. (Kang & Kim, 2019). Hasil yang didapatkan pada penelitian ini, mungkin
pula dapat disebabkan karena populasi balita perempuan lebih besar dibandingkan
populasi balita laki-laki. Namun, masih perlu banyak penelusuran lebih lanjut untuk
mengetahui penyebab yang pasti.

Pada grafik 9 didapatkan penurunan yang signifikan pada persentase jumlah balita
yang ditimbang dari total sasaran dari triwulan 1 ke 2. Rata-rata presentase pada
triwulan 1 yakni 88,3% lalu menurun pada triwulan 2 yakni 19,8%. Penurunan angka
presentase ini sejalan dengan penelitian Santoli mengenai vaksinasi di saat pandemi
Covid-19. Penelitian menjelaskan bahwa mayoritas orang tua khawatir untuk membawa
anaknya ke fasilitas kesehatan untuk vaksinasi sehingga angka pemesanan vaksinasi
menurun saat pandemi.(Santoliet al., 2020)Pada akhir triwulan 1, di Indonesia muncul
pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga sekarang.Sampai tanggal 15 Juli
2020, terdapat 175 kasus positif Covid-19 di Kecamatan Mamajang sebagai wilayah
kerjaPuskesmas Cenderawasih sehingga hal ini berdampak pada jumlah balita yang
ditimbang. Selain itu pada bulan April pemerintah Kota Makassar memberikan kebijakan
untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berdampak pada
penurunan mobilitas masyarakat ke fasilitas umum termasuk fasilitas kesehatan
.(Pemerintah Kota Makassar, 2020) Penimbangan berat badan merupakan cara yang
praktis untuk menentukan pola pertumbuhan balita, sehingga untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap pola pertumbuhan anak di masa pandemi ini,
menggunakan fasilitas home care bisa menjadi salah satu alternative metode program
kerja untuk meningkatkan jumlah balita yang ditimbang di Puskesmas.
Pada grafik 10 didapatkan penurunan yang signifikan pada persentase jumlah
balita yang mengalami kenaikan berat badan dari total balita yang ditimbang. Rata-rata
presentase pada triwulan 1 yakni 82,7% dan pada triwulan 2 yakni 59,4%.Sesuai
dengan penelitian Naja mengenai profil nutrisi pada pandemi Covid-19, pada penelitian
ini dijelaskan bahwa beberapa individu bisa mengalami malnutrisi saat pandemi. Hal ini
dijelaskan bahwa di saat pandemi Covid-19, pemerintah memberikan kebijakan untuk
menutup fasilitas dan anjuran untuk tetap di rumah. Kebijakan ini secara jangka panjang
dapat berpengaruh pada daya beli masyarakat terhadap makanan yang bergizi karena
keterbatasan mobilitas dan fasilitas yang ditutup. Perubahan pola makan dan kurangnya
aktifitas fisik berdampak pada malnutrisi karena mengubah pola makan menjadi tidak
sehat .Dalam menangani hal ini pada tingkat individu harus ada kesadaran mengenai
diet makanan sehat dan tetap melakukan aktivitas fisik, Lalu pada tingkat komunitas
diberikan pengarahan untuk tidak melakukan panic buying dan tetap meningkatkan
pelayanan pemantauan nutrisi pada komunitas, Pada tingkat nasional, pemerintah
harus membuat kebijakan mengenai jaminan tercukupinya makanan sehat untuk
seluruh masyarakat dan mendukung fasilitas kesehatan primer untuk memantau nutrisi
masyarakat.(Naja and Hamadeh, 2020)

KESIMPULAN

Perbandingan jumlah balita berdasarkan jenis kelamin pada periode Triwulan 1


dan periode Triwulan 2 didapatkan bahwa jumlah balita terbanyak berjenis kelamin
perempuan. Jumlah balita yang berada di bawah garis merah KMS pada periode
Triwulan 1 dan periode Triwulan 2 didapatkan sebanyak 18 balita usia 24-59 bulan
yang berada di bawah garis merah KMS. Didapatkan pula penurunan yang signifikan
pada persentase jumlah balita yang ditimbang dari total sasaran dari triwulan 1 ke 2.
Rata-rata presentase pada triwulan 1 yakni 88,3% lalu menurun pada triwulan 2 yakni
19,8%. Penurunan yang signifikan pada persentase jumlah balita yang mengalami
kenaikan berat badan dari total balita yang ditimbang. Rata-rata presentase pada
triwulan 1 yakni 82,7% dan pada triwulan 2 yakni 59,4%. Dari data-data tersebut dapat
disimpulkan bahwa, situasi pandemi COVID-19 mempengaruhi penurunan mobilitas
masyarakat ke fasilitas umum termasuk fasilitas kesehatan. Selain itu, kurangnya
perhatian ibu terhadap balita usia 23-59 bulan memengaruhi kenaikan berat badan
balita.

DAFTAR PUSTAKA

Aditianti, A. et al. (2019) ‘Studi Kualitatif Pelaksanaan Pemantauan Pertumbuhan Anak


Balita Di Posyandu Di Kabupaten Bandung’, Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal
of Nutrition and Food Research). doi: 10.22435/pgm.v41i1.1859.

Adhikari, D., Khatri, R. B., Paudel, Y. R., & Poudyal, A. K. (2017). Factors Associated
with Underweight among Under-Five Children in Eastern Nepal: Community-Based
Cross-sectional Study. Frontiers in public health, 5, 350.
https://doi.org/10.3389/fpubh.2017.00350

Chamidah, A. N. (2017) ‘Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan


Anak’, JPK (Jurnal Pendidikan Khusus). doi: 10.21831/jpk.v4i3.789.

Glover-Amengor et al. Nutritional status of children 0–59 months in selected intervention


communities in northern Ghana from the africa RISING project in 2012. Arch Public
Health 74, 12 (2016). https://doi.org/10.1186/s13690-016-0124-1

Yunhee Kang
1
|
Jihye Kim
Kang, Yunhee. Kim, Jihye. (2019). Risk Factor For Undernutrition Among Children 0-59
Months Of Age in Myanmar. Wiley Mother and Child Nutrition Journal. doi:
10.1111/mcn.12821
Matern Child Nutr. 2019;e12821.
https://doi.org/10.1111/mcn.12821

Muldiasma et al. (2018). Can early initiation to breastfeeding prevent stunting in 6–59
months old children?. Journal of Health Research Vol. 32 No. 5, 2018 pp. 334-341
Emerald Publishing Limited 2586-940X. doi: 10.1108/JHR-08-2018-038
Naja, F. and Hamadeh, R. (2020) ‘Nutrition amid the COVID-19 pandemic: a multi-level
framework for action’, European Journal of Clinical Nutrition. doi: 10.1038/s41430-020-
0634-3.

Pemerintah Kota Makassar (2020) Persebaran Kasus Covid-19 di Kota Makassar.


Available at: https://infocorona.makassar.go.id/ (Accessed: 16 July 2020).

Ramli et al. (2009). Prevalence and risk factors for stunting and severe stunting among
under-fives in North Maluku province of Indonesia. BMC Pediatr. Published 2009 Oct 6.
doi:10.1186/1471-2431-9-64

Riskesdas (2018) Riset Kesehatan Dasar 2018, Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia. doi: 1 Desember 2013.

Rogol, A. D., Clark, P. A. and Roemmich, J. N. (2016) ‘Growth and pubertal


development in children and adolescents: Effects of diet and physical activity’, in
American Journal of Clinical Nutrition. doi: 10.1093/ajcn/72.2.521s.

Santoli, J. M. et al. (2020) ‘Effects of the COVID-19 Pandemic on Routine Pediatric


Vaccine Ordering and Administration - United States, 2020’, MMWR. Morbidity and
mortality weekly report. doi: 10.15585/mmwr.mm6919e2.

Ty, Beal et al. (2018). A review of child stunting determinants in Indonesia. Matern Child
Nutr.. doi:10.1111/mcn.12617

WHO (2020) Levels and trends in child malnutrition: Key findings of the 2020 Edition of
the Joint Child Malnutrition Estimates., Geneva: WHO. doi: 10.18356/6ef1e09a-en.

Anda mungkin juga menyukai