PPOK
Identitas pasien
Nama : Tn. J
Tanggal Lahir : 18-06-1959 (59 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Ciranggon
Masuk RS : 8 November 2018
NRM : 499757
ANAMNESA
Pasien datang ke IGD RS Annisa dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 1
hari SMRS. Sesak nafas timbul setelah batuk-batuk ketika ingin tidur dan tidak membaik
dengan perubahan posisi. Pasien sudah lama sering merasakan sesak nafas namun dirasa
makin lama semakin memberat. Sesak nafas dirasakan pasien terutama setelah
melakukan aktivitas seperti berjalan dari kamar tidur menuju luar rumah. Sesak
tidak dipengaruhi waktu dan cuaca. Sesak nafas kadang diakui diserta suara ‘ngik-
ngik’. Pasien mengeluh sering merasa cepat lelah. Pasien sehari-hari tidur menggunakan
1 bantal. Nyeri dada (-).
ANAMNESA
Pasien juga mengeluh batuk berdahak sejak 2 minggu SMRS. Dahak berwarna
putih dan kadang dikeluhkan berwarna kehijauan. Keluhan demam dan flu (-) Nafsu
makan pasien sedikit menurun karena sempat merasa mual jika batuk. Muntah (-)
Riwayat batuk darah (-) penurunan berat badan (-) keringat pada malam hari (-)
Riwayat kontak dengan pasien TB dan sedang pengobatan 6 bulan (-) Riwayat kaki
bengkak (-) BAB dan BAK tidak ada keluhan.
ANAMNESA
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok kurang lebih selama 25 tahun. Pasien mengaku menghabiskan 1-2
bungkus rokok per-hari (IB = sedang). Pasien mengaku telah berhenti merokok 4 bulan ini.
Riwayat konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang disangkal.
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi :
• Batas jantung kanan pada ICS IV linea sternalis dextra
• Batas jantung kiri pada ICS V linea midclavicula sinistra
• Batas pinggang jantung pada ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop.
PEMERIKSAAN FISIK
Paru
Inspeksi
Bentuk dan gerak : Normal dalam keadaan statis dan dinamis.
Tipe pernafasan : Abdominotorakal
Retraksi : Interkostal (-)
Palpasi
Fremitus taktil dan fremitus vokal normal.
Perkusi
Sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi
Suara nafas dasar vesikuler +/+ dengan ekspirasi memanjang, ronkhi -/-, wheezing +/+
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
• Inspeksi : Datar, simetris, tidak tampak sikatriks
• Auskultasi : Bising usus positif normal
• Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
• Palpasi : Supel, tidak teraba pembesaran lien dan hepar, nyeri tekan (-)
Kesan: Irama sinus takikardi, Right Atrial Enlargement (RAE), Left Ventricular Hypertrophy (LVH)
Assessment
O2 3 lpm
Inhalasi Combivent 2,5 ml (Ipratropium bromide 0,5 mg + salbutamol sulfat 3,01 mg) + Pulmicort 2 ml
(Budesonide 1 mg)
IVFD RL 20 tpm
Konsultasi dr. Rinaldy, Sp.P
Metilprednisolon 1 x 62,5 mg IV
Erdostein 2 x 1 cap PO
Tanda gagal nafas → Rawat ruang ICU untuk dilakukan intubasi serta pemasangan ventilasi mekanik.
Hari Perawatan Ke-2 (9 November 2018) FOLLOW UP
S: Pasien masih sesak, batuk,
Kesadaran membaik Hari Perawatan Ke-3 (10 November 2018)
O: KU: Tampak sakit sedang, Kesadaran: CM S: Pasien mengatakan sesak berkurang, batuk masih
TD: 137/80 HR: 119x RR: 24x Suhu: 37,5oC ada dahak putih.
Sp02: 99% O: KU: Tampak sakit sedang,
Kesadaran: CM
Mata: CA -/-, SI -/-
TD: 122/77 HR: 101x RR: 21x Suhu: 37,3oC Sp02:
Cor: S1-S2 reg, murmur (-), gallop (-) 99%
Pulmo: SNV +/+, RH -/-, WH +/+, Mata: CA -/-, SI -/-
Cor: S1-S2 reg, murmur (-), gallop (-)
Ekspirasi memanjang
Pulmo: SNV +/+, RH -/-, WH +/+,
Abdomen: Supel, BU(+), NT(-) Ekspirasi memanjang
Ekstremitas: akral hangat, CRT<2”, edema (-) Abdomen: Supel, BU(+), NT(-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT<2”,
A:
edema (-)
- PPOK Eksaserbasi akut derajat berat A:
- Gagal nafas perbaikan - PPOK Eksaserbasi akut derajat berat
- Gagal nafas perbaikan
P:
P:
- Ekstubasi - Pindah ruang rawat biasa
- Terapi lanjut - Terapi lanjut
Hari Perawatan Ke-4
(11 November 2018)
FOLLOW UP
S: Pasien mengatakan sesak berkurang,
Hari Perawatan Ke-5 (12 November 2018)
batuk masih ada
dahak putih.
S: Pasien mengatakan sesak
O: KU: Tampak sakit sedang, Kesadaran:
batuk berkurang.
CM
O: KU: Tampak sakit sedang, Kesadaran: CM
TD: 140/90 HR: 100x RR: 24x
TD: 130/80 HR: 100x RR: 22x Suhu: 37oC
Suhu: 37oC Sp02: 99%
Sp02: 99%
Mata: CA -/-, SI -/-
Mata: CA -/-, SI -/-
Cor: S1-S2 reg, murmur (-),
Cor: S1-S2 reg, murmur (-), gallop (-)
gallop (-)
Pulmo: SNV +/+, RH -/-, WH -/-,
Pulmo: SNV +/+, RH -/-, WH -/-,
Ekspirasi memanjang
Ekspirasi memanjang
Abdomen: Supel, BU(+), NT(-)
Abdomen: Supel, BU(+), NT(-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT<2”, edema (-)
Ekstremitas: akral hangat,
A:
CRT<2”, edema (-)
- PPOK Eksaserbasi akut
A:
P:
- PPOK Eksaserbasi akut - Hasil cek sputum BTA negative
P:
- Terapi lanjut
- Cek Sputum BTA
- 02 nasal kanul coba dilepas,
- Terapi lanjut
cek saturasi dan nadi
Hari Perawatan Ke-6
(13 November 2018)
FOLLOW UP
S: Pasien mengatakan sesak dan batuk
berkurang, pasien stabil.
O: KU: Tampak sakit ringan, Kesadaran: CM
TD: 130/90 HR: 100x RR: 22x
Suhu: 36oC Sp02: 99%
Mata: CA -/-, SI -/-
Cor: S1-S2 reg, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo: SNV +/+, RH -/-, WH -/-, Ekspirasi
memanjang
Abdomen: Supel, BU(+), NT(-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT<2”, edema
(-)
A:
- PPOK Eksaserbasi akut
P:
PROGNOSIS
- BLPL dengan obat pulang aminofilin 2x1
tab, azitromisin 1x1 tab, erdostein 2x1 cap Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
PPOK
DEFINISI
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik) merupakan penyakit paru yang dapat dicegah dan
ditanggulangi, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible,
bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau
gas yang beracun/berbahaya, disertai efek ekstra paru yang berkontribusi terhadap derajat
berat penyakit yang gejalanya berupa sesak napas yang memberat saat aktivitas, batuk dan
produksi sputum.
EPIDEMIOLOGI
Riwayat merokok
• Status perokok (Perokok aktif, pasif, bekas perokok)
• Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB)
Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja
• Polusi organic (pestisida), industri, asap kendaraan bermotor, asap bahan bakar kayu dan
minyak (biomass)
Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
Genetik
• Defisiensi alpha-1 antitrypsin
Komorbiditas
• Asma, TB paru
KLASIFIKASI
Tingkat keparahan PPOK diukur dari skala sesak Klasifikasi Global Initiative for Chronic
napas Obstructive Lung Disease (GOLD)
• Skala 0 → tanpa sesak kecuali dengan aktivitas • Derajat 0 (berisiko) → Memiliki satu atau
berat. lebih gejala seperti batuk kronis, produksi
• Skala 1 → terganggu oleh sesak napas saat sputum, dan sesak. Ada paparan terhadap
bergegas waktu berjalan atau sedikit mendaki faktor resiko.
• Skala 2 → berjalan lebih lambat daripada orang • Derajat I (PPOK ringan) → Derajat sesak
lain yang sama usia karena sesak napas, atau 0-1.
harus berhenti sesaat untuk bernapas pada saat • Derajat II (PPOK sedang) → Derajat sesak
berjalan walau jalan mendatar
• Skala 3 → harus berhenti bila berjalan 100 2.
meter atau setelah beberapa menit berjalan. • Derajat III (PPOK berat) → Derajat sesak
• Skala 4 → sesak napas tersebut menyebabkan 3 dan 4. Eksaserbasi lebih sering terjadi.
kegiatan sehari-hari terganggu atau sesak napas • Derajat IV (PPOK sangat berat) → Pasien
saat menggunakan atau melepaskan pakaian. derajat III dengan gagal napas kronik.
Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal
jantung kanan.
PATOGENESIS
PATOFISIOLO
GI
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Batuk → dengan atau tanpa dahak, intermiten
• Peningkatan produksi sputum
• Sesak → memberat seiring waktu, memberat dengan aktivitas, bersifat
persisten, disertai mengi
• Riwayat terpajan faktor risiko → merokok, asap dari memasak atau
kendaraan, debu, kimia
• Riwayat eksaserbasi sebelumnya
• Riwayat BBLR, infeksi saluran nafas berulang saat kecil, keluhan yang sama
pada keluarga
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
• Pursed - lips breathing • Pada emfisema • Pada emfisema • Suara napas vesikuler
• Barrel chest fremitus melemah, sela hipersonor dan batas normal, atau melemah
• Penggunaan otot bantu iga melebar jantung mengecil, letak • Terdapat ronki dan atau
napas diafragma rendah, mengi pada waktu
• Hipertropi otot bantu hepar terdorong bernapas biasa atau
napas pada ekspirasi paksa
• Pelebaran sela iga • Ekspirasi memanjang
• Bila telah terjadi gagal • Bunyi jantung
jantung kanan → terdengar jauh
denyut vena jugularis
di leher dan edema
tungkai
• Penampilan pink puffer
(emfisema) atau blue
bloater (bronchitis
kronik)
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Spirometri dan uji bronkodilator → mengukur FEV1/FVC
Darah lengkap → leukositosis, pansitopeni
Radiologi → hiperinflasi, hiperlusen, ruang retrosternal melebar, diafragma
mendatar, jantung menggantung, corakan bronkovaskuler meningkat
Uji latih kardiopulmoner → treadmill
Analisis gas darah (AGD) → menilai gagal napas
CT scan
Elektrokardiografi (EKG) → menilai komplikasi jantung
Ekokardiografi
Bakteriologi → pewarnaan gram dan kultur sputum
Kadar alfa-1 antitripsin (AAT)
PENILAIAN
Obat – obatan
• Bronkodilator → Golongan antikolinergik, agonis beta – 2, kombinasi antikolinergik dan agonis beta – 2,
metilxantin
• Antiinflamasi
• Antibiotika → Lini I (amoksisilin dan makrolid) Lini II ( amoksisilin dan as.klavulanat/sefalosporin/kuinolon/makrolid
baru)
• Antioksidan
• Mukolitik
Terapi Oksigen
Ventilasi Mekanik
Nutrisi
PPOK Eksaserbasi Akut
Disebabkan infeksi atau faktor lainnya seperti asap rokok, polusi udara,
kelelahan atau timbulnya komplikasi.
Ringan (mild)
• 1 gejala eksaserbasi dan setidaknya salah satu dari gejala: infeksi saluran pernapasan atas
dalam 5 hari, demam yang tidak menjadi penyebab lainnya, mengi meningkat,
peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi pernapasan, atau
frekuensi nadi > 20% baseline.
• Dapat ditatalaksana hanya dengan SABA.
Menengah (moderate)
• 2 gejala eksaserbasi.
• Ditatalaksana dengan SABA ditambah antibiotic dan/atau kortikosteroid oral.
Berat (severe)
• 3 gejala eksaserbasi.
• Biasanya disertai dengan gagal napas akut.
• Membutuhkan rawat inap atau tatalaksana kondisi akut di unit gawat darurat
Tidak ada gagal napas
Vaksinasi
Influenza dan pneumokokal (PCV)
KOMPLIKASI
Trombosis vena
Penyakit jantung
Osteoporosis dan embolisme
koroner
paru
DISKUSI
Diagnosis dan Pendekatan Klinis
Anamnesis
Laki-laki 59 th keluhan sesak kronik,terutama setelah melakukan aktivitas, kadang diakui diserta suara ngik-ngik, terdapat batuk kronik
dengan sputum warna putih kadang kehijauan, sering merasa cepat lelah, riwayat perokok lama [25 tahun dengan intensitas merokok 1-2
bungkus perhari (IB = sedang)] dan riwayat sering terpapar asap kedaraan bermotor.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran: Apatis-Somnollen Auskultasi pulmo → suara nafas dasar vesikuler +/+ dengan
TD 130/80 mmHg, Nadi 106 x/menit, RR 28x/menit, suhu 36˚C ekspirasi memanjang, ronkhi -/-, wheezing +/+
Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan darah lengkap → Analisa Gas Darah → asidosis
Rontgen thorax → kesan
leukositosis (Leukosit = 12.080 Sputum BTA negative respiratorik (pH ↓ dan PCO2 ↑, PO2
/L) bronkitis kronik dd PPOK ↓)
- Batuk lama, kadang disertai darah - Riwayat batuk ada, riwayat batuk darah disangkal
- Keringat malam, BB turun drastic - Keringat malam, BB turun drastic disangkal
- Riwayat kontak TB - Kontak TB tidak ada
Tuberkulosis - Imunodefisiensi - Sputum BTA negatif
- Foto toraks sugestif TB
- Konfirmasi bakteriologi
- Nyaman tidur ke salah satu tempat - Nyaman tidur ke salah satu posisi disangkal
- Dapat disertai demam atau turun BB drastis
Efusi Pleura -Foto toraks sugestif
- Penurunan suara paru
Rencana Pemeriksaan
Spirometri dan uji bronkodilator
ditujukkan untuk mengetahui fungsi faal paru dari pasien serta membantu penegakkan diagnosis
dari PPOK
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. 2003.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket Guide to COPD Diagnosis,
Management, and Prevention. 2015.
Celli BR, et al. Standards for the diagnosis and treatment of patients with COPD: a summary of the
ATS/ERS position paper. In European Respiratory Journal. 2004. 23: 932–946
https://www.thoracic.org/statements/resources/copd/copdexecsum.pdf
Guidelines for the Diagnosis and Treatment of COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease)
2nd. ed., Pocket Guide. The Japanese Respiratory Society. 2004. From:
https://www.jrs.or.jp/uploads/uploads/files/guidelines/copd_summary_e.pdf
Agustin H, Yunus F. Proses Metabolisme pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). J Respir
Indo Vol. 28, No. 3. Jakarta : Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Universitas
Indonesia, 2008. 155-16
TERIMAKASIH