Anda di halaman 1dari 16

PERTEMUAN KETIGA BELAS DAN KEEMPAT BELAS

Mata kuliah pancasila


PANCASILA
SEBAGAI SISTEM
FILSAFAT

PANCASILA
SEBAGAI SISTEM
ETIKA

Haris Fadilah, S.Pd., M.Pd.


INDONESIA
TANAH AIRKU
TANAH TUMPAH DARAHKU
DI SANALAH
AKU BERDIRI
JADI PANDU IBUKU
INDONESIA KEBANGSAANKU
BANGSA DAN TANAH AIRKU INDONESIA RAYA
MARILAH KITA BERSERU: Wage Rudolf Soepratman
INDONESIA BERSATU!
HIDUPLAH TANAHKU
HIDUPLAH NEGERIKU
BANGSAKU RAKYATKU SEMUANYA
BANGUNLAH JIWANYA
BANGUNLAH BADANNYA
UNTUK INDONESIA RAYA
INDONESIA RAYA
MERDEKA! MERDEKA!
TANAHKU NEGERIKU
YANG KU CINTA
INDONESIA RAYA
MERDEKA! MERDEKA!
HIDUPLAH INDONESIA RAYA
RENCANA PEMBELAJARAN MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
BENTUK
NO MATERI SUMBER PUSTAKA
PENILAIAN
1 Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

2 Nilai Sejarah Perjuangan Bangsa Pada Masa Kejayaan Nasional


Utama:
3-4  Nilai Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan Aiken, HD. 2009. Abad Ideologi.
 Pertumbuhan Kebangsaan Indonesia Pada Masa Proklamasi Kemerdekaan Yogyakarta: Relif.
Bakri, Nor MS. 2010. Pendidikan
Pancasila. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Latif, Yudi. 2013. 4 Pilar Kehidupan
5-6  Dasar-dasar Kebenaran Bahwa Pancasila Adalah Ideologi yang Sesuai Bagi Bangsa Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: SekJen
Indonesia yang Majemuk (Pancasila Sebagai Ideologi Negara) PMR RI.
 Pancasila Sebagai Dasar Negara Ristekdikti. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah 1. Ujian tulis
Wajib Umum Pendidikan Pancasila Untuk 2. Tugas/Latihan
Perguruan Tinggi. 3. Kuis
7-8  Sistem Ketatanegaraan RI Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
4. Presentasi
 Dasar-dasar Kebenaran Bahwa Pancasila Adalah Ideologi yang Sesuai Bagi Bangsa Pendukung:
Indonesia yang Majemuk (Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 45)
Abdulgani, Roeslan. 1979. Pengembangan
Pancasila di Indonesia. Jakarta: Yayasan Dengan kriteria:
Idayu.
Pemahaman dan Penguasaan
Syarbini, S. 2003. Pendidikan Pancasila Materi
9-10  Pelaksanaan UUD 1945 dan Dinamikanya
dii Perguruan Tinggi. Galiya.
 Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

11-12  Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat, Berbangsa dan


Bernegara
 Aktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara

13-14  Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


 Pancasila Sebagai Sistem Etika

Ujian Akhir Semester

JUMLAH 15 kali pertemuan


MATERI
PERTEMUAN 13

PANCASILA SEBAGAI
SISTEM FILSAFAT:
 Pengertian Filsafat
 Filsafat Pancasila
 Hakikat Sila-sila
Pancasila
KONSEP Pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsinya:
a. Filsafat; sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap
tentang kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak

FILSAFAT kritis (arti informal)  kepercayaan atau keyakinan yang


diterima secara tidak kritis.
b. Filsafat; suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
Coba Anda renungkan dan pikirkan
kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi (arti
beberapa pernyataan berikut! formal)  mengacu pada arti reflektif (terbuka, toleran, dan
1. “Sebagai seorang pedagang, filsafat mau melihat sesuatu dari segala sudut persoalan tanpa
saya adalah meraih keuntungan prasangka)
sebanyak-banyaknya”. c. Filsafat; usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan
(arti komprehensif)  sebagai dasar filsafat negara yang
2. “Saya sebagai seorang prajurit TNI, mewarnai seluruh peraturan hukum yang berlaku  ketika
filsafat saya adalah suatu sistem bersifat mendasar dan fundamental maka
mempertahankan tanah air sistem tersebut dapat dinamakan sistem filsafat.
Indonesia ini dari serangan musuh d. Filsafat; analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang
sampai titik darah terakhir”. arti kata dan konsep (arti analisis linguistik)  lebih mengacu
pada upaya untuk mengklarifikasi arti istilah atau pemakaian
3. “Pancasila merupakan dasar filsafat
bahasa dalam berbagai bidang kehidupan) sehingga menjadi
negara yang mewarnai seluruh
sarana berpikir kritis untuk memahami makna suatu
peraturan hukum yang berlaku”. ungkapan.
4. “Sebagai seorang wakil rakyat, maka e. Filsafat; sekumpulan problematik yang langsung mendapat
filsafat saya adalah bekerja untuk perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli
membela kepentingan rakyat”. filsafat (arti aktual-fundamental)  lebih mengacu pada
persoalan-persoalan yang mendalam dari eksistensi manusia.
Pertama, dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno
memberi judul pidatonya dengan nama Philosophische
Grandslag daripada Indonesia Merdeka.
 Sebagai hasil perenungan yang mendalam dari para
tokoh kenegaraan Indonesia. Perenungan tersebut
merupakan suatu sistem filsafat karena memenuhi ciri-ciri
berpikir kefilsafatan (koheren, menyeluruh, mendasar, dan
spekulatif)
 Philosophiche Grandslag istilah yang sarat dengan nilai-
nilai filosofis, berbeda dengan Weltanchauung/pandangan
hidup yang tidak didahului rumusan filsafat dan tidak
langsung terkait dengan sikap hidup.

Kedua, sebagai Weltanchauung berarti nilai-nilai


Pancasila merupakan sesuatu yang telah ada dan
berkembang di dalam masyarakat yang
kemudian disepakati sebagai dasar filsafat
negara (Philosophiche Grandslag). Mengapa Pancasila
Merupakan pandaangan dunia (world-view) Dikatakan Sebagai
Ajaran tentang nilai, makna, dan tujuan hidup
manusia yang terpatri menyebar dalam berbagai Sistem Filsafat?
pemikiran dan kebudayaan bangsa Indonesia.
FILSAFAT PANCASILA
Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau yang dinamakan Filsafat Pancasila artinya
refleksi filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Adapun makna filsafat Pancasila
yang mana pengolahan filosofis Pancasila sebagai dasar negara ditujukan pada beberapa
aspek:

Pancasila sebagai Genetivus-


Subjectivus  Nilai-nilai
Pancasila sebagai Pancasila dipergunakan
Genetivus-Objektivus untuk mengkritisi berbagai
aliran filsafat yang
 Nilai-nilai Pancasila berkembang, baik untuk
dijadikan sebagai objek Agar dapat diberikan Agar dapat dijabarkan lebih lanjut
menemukan hal-hal yang pertanggungjawaban rasional dan
yang dicari landasan sesuai dengan nilai-nilai sehingga menjadi operasional dalam
mendasar mengenaisila-sila dalam bidang-bidang yang menyangkut
filosofisnya berdasarkan Pancasila maupun untuk Pancasila sebagai prinsip-prinsip
melihat nilai-nilai yang tidak hidup bernegara
sistem-sistem dan politik
cabang-cabang filsafat sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Selain itu, nilai-
yang berkembang di nilai Pancasila tidak hanya
Barat. dipakai dasar bagi
pembuatan peraturan
perundang-undangan, tetapi
juga nilai-nilai Pancasila
harus menjadi orientasi
pelaksanaan sistem politik
dan dasar bagi pembangunan Agar dapat menjadi kerangka
nasional. Agar dapat membuka evaluasi terhadap segala kegiatan
dialog dengan berbagai yang bersangkut paut dengan
perspektif baru dalam kehidupan bernegara, berbangsa,
kehidupan berbangsa dan dan bermasyarakat serta
bernegara memberikan perspektif pemecahan
Alasan diperlukannya kajian Pancasila sebagai terhadap permasalahan nasional
sistem filsafat dapat dilihat
Designed dari:
by Kuntjojo UNPKediri 03/08/2021
FILSAFAT PANCASILA dan PENJABARAN SILA-SILANYA
Dimensi ONTOLOGIS ke dalam Pancasila  Manusia adalah makhluk individu
Landasan sekaligus sosial (monodualisme) yang secara universal berlaku pula bagi substansi
Ontologis infrahuman, manusia, dan Tuhan. Sila I ‘pengakuan kebebasan agama, saling
menghormati, toleransi, serta menciptakan kebebasan beragama yang dianut
pemeluknya’, Sila II ‘mengakui setiap orang memiliki martabat yang sama dan harus
diperlakukan secara adil bagi pelaksanaan HAMnya’, Sila III ‘mengakui nasionalisme
dalam menciptakan identitas diri bangsa’, Sila IV ‘makna sistem demokrasi melalui
proses musyawarah’, dan Sila V ‘prinsip tidak adanya kemiskinan dalam negara agar
hidup dalam kesejahteraan’.
Dimensi EPISTEMOLOGIS ke dalam Pancasila  Nilai-nilai Pancasila digali dari
Landasan pengalaman/empiris bangsa Indonesia kemudian disintesiskan menjadi sebuah
Epistemologis pandangan yang komprehensif tentang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Sila I ‘pengalaman kehidupan beragama’ Sila II ‘pengalaman atas
kesadaran yang ditindas oleh penjajahan’, Sila III ‘pengalaman atas kesadaran dari
keterpecahbelahan yang dilakukan penjajah kolonialisme Belanda’, Sila IV
‘pengalaman yang digali dari budaya yang sudah dikenal secara turun temurun’, dan
Sila V ‘pengalaman yang digali dari prinsip-prinsip yang berkembang dalam
masyarakat’
Dimensi AKSIOLOGIS ke dalam Pancasila  Nilai atau kualitas yang terkandung
Landasan dalam sila-sila Pancasila. Sila I ‘mengandung kualitas monoteis, spiritual, kekudusan,
Aksiologis
dan sakral’, Sila II ‘mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan
tanggungjawab’, Sila III ‘mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan’, Sila IV
‘mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar’, dan Sila V
a. Garuda Pancasila sendiri merupakan Burung Garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno dalam sejarah bangsa
Indonesia yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang rajawali. Garuda digunakan sebagai lambang negara
untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara kuat.
b. Warna keemasan pada Burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.
c. Garuda memiliki paruh, sayap, cakar, dan ekor yang melambangkan kekuatan dan tenaga pembangunan.
d. Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari jadi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945,
diantaranya:
1) 17 helai bulu pada tiap-tiap sayap
2) 8 helai bulu pada ekor
3) 19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor
4) 45 helai bulu di leher
e. Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai bagian senjata yang
melambangkan perjuangan pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
f. Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa yang menggambarkan lokasi
negara RI, yaitu negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.
g. Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaan “Merah-Putih” sedangkan pada bagian tengah berwarna
dasar hitam.
h. Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila. Pengaturan pada lambang perisai adalah
sbb:
1) Sila pertama; dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima berlatar hitam.
2) Sila kedua; dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai berlatar merah.
3) Sila ketiga; dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas perisai berlatar putih.
4) Sila keempat; dilambangkan dengan kepada banteng di bagian kanan atas perisai berlatar merah. 03/08/2021
HAKIKAT SILA-SILA PANCASILA
Hakikat (esensi) Pancasila sebagai sistem filsafat terletak pada hal-hal berikut:
Pertama, hakikatnya bahwa Tuhan sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk  harus ada kesadaran
yang otonom (kebebasan, kemandirian) di satu pihak, dan berkesadaran sebagai makhluk Tuhan akan diminta
pertanggungjawabannya.
Kedua, hakikatnya sebagai manusia monopluralis yang terdiri dari 3 monodualis yaitu: susunan kodrat (jiwa, raga),
sifat kodrat (makhluk individu, sosial), dan kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan).
Ketiga, hakikatnya terkait dengan semangat kebangsaan yang terwujud dalam bentuk cinta tanah air, dan dapat
dibedakan kedalam 3 jenis yaitu: tanah air real  bumi tempat orang dilahirkan dan dibesarkan, bersuka, dan
berduka, yang dialami secara fisik sehari-hari, tanah air formal  negara bangsa yang berundang-undang dasar dan
kita sebagai manusia Indonesia dengan segala hak dan kewajibannya, dan tanah air mental  bukan bersifat
territorial karena tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, melainkan imajinasi yang dibentuk dan dibina oleh
ideologi/seperangkat gagasan vital.
Keempat, hakikatnya terletak pada prinsip musyawarah  keputusan yang diambil lebih didasarkan atas semangat
musyawarah untuk mufakat, bukan membenarkan begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.
Kelima, hakikatnya pada keadilan yang terwujud dalam 3 aspek, yaitu keadilan distributif  keadilan yang bersifat
membagi dari negara kepada warga negara, keadilan legal  kewajiban warga negara terhadap negara atau
dinamakan keadilan bertaat, dan keadilan komutatif  keadilan diantara sesama warga negara.
Adapun urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu dapat memulihkan harga diri bangsa sebagai bangsa yang
merdeka bahkan dalam mengemukakan ide-ide pemikirannya untuk kemajuan bangsa, sebagai sistem yang
membangun alam pemikiran yang berakar dari nilai-nilai budaya sendiri sehingga mampu menghadapi berbagai
ideologi dunia, sebagai sistem filsafat yang menjadi dasar pijakan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang
dapat melunturkan semangat kebangsaan dan melemahkan sendi-sendi perekonomian yang berorientasi pada
kesejahteraan rakyat, dan sebagai way of life sekaligus way of thinking bangsa Indonesia untuk menjaga
MATERI
PERTEMUAN 14
PANCASILA SEBAGAI SISTEM
ETIKA:
 Pengertian Etika
 Etika Pancasila
 Pancasila Sebagai Solusi
Problem Bangsa (Seperti
Korupsi, Kerusakan Lingkungan,
dan Dekadensi Moral, dll)
KONSEP tentang ETIKA
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani, “Ethos”  tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir.
Secara etimologis  ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan.
 Kebiasaan hidup yang baik diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain = MORAL
 Lebih mengacu pada filsafat moral yang merupakan kajian kritis tentang baik dan buruk.
 Keseluruhan perilaku manusia dengan norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerap
kali disebut moralitas atau etika.
Etika
Etiket
Berbeda dengan ETIKET, dari kata “Etiquette”  mengacu pada pengertian sopan santun, adat
istiadat dan mengacu pada cara yang tepat yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu
komunitas tertentu.
Namun, keduanya tetap mengatur perilaku manusia secara normatif.
Contoh:
Mencuri termasuk pelanggaran moral (tidak penting apakah mencuri memakai tangan kanan atau
Designed by Kuntjojo UNPKediri 03/08/2021
kiri)  etika, sedangkan tata cara berperilaku dalam pergaulan seperti makan dengan tangan
ETIKA PANCASILA Etika Pancasila  cabang filsafat yang
dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk
mengatur perilaku kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia.
Sila I Nilai
Etika Pancasila lebih dekat pada
spiritualitas
pengertian etika keutamaan atau etika
kebajikan. Etika keutamaan lebih
dominan karena etika Pancasila
Sila V Nilai Peduli tercermin dalam empat tabiat saleh,
Sila II dan Kesediaan
Dimensi Membantu yaitu kebijaksanaan (melaksanakan
Humanis Kesulitan Orang suatu tindakan yang didorong oleh
Lain kehendak yang berupa kepercayaan
yang tertuju pada kenyataan
mutlak/Tuhan dengan memelihara nilai-
nilai hidup kemanusiaan dan religius),
kesederhanaan (membatasi diri/tidak
melampaui batas hal kenikmatan),
Sila III Dimensi Sila IV Sikap
Menghargai, Mau keteguhan (membatasi diri/tidak
Nilai Solidaritas, Mendengar melampaui batas dalam menghindari
mitsein, dan Pendapat, Tidak
cinta tanah air Memaksa Kehendak penderitaan), dan keadilan
(memberikan sebagai rasa wajib kepaa
Designed by Kuntjojo UNPKediri diri sendiri dan orang lain serta
03/08/2021
terhadap Tuhan terkait dengan segala
PANCASILA SEBAGAI SOLUSI
PROBLEM BANGSA (I)
Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan problem yang dihadapi bangsa Indonesia, sebagai
berikut:
Pertama, banyaknya kasus korupsi yang melanda sehingga dapat melemahkan sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Kedua, masih terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga dapat merusak semangat
toleransi dalam kehidupan antarumat beragama, dan meluluhlantakan semangat persatuan atau mengancam
disintegrasi bangsa.
Ketiga, masih terjadinya pelanggaran HAM dalam kehidupan bernegara.
Keempat, kesenjangan antara kelompok masyarakat kaya dan miskin masih menandai kehidupan masyarakat
Indonesia.
Kelima, ketidakadilan hukum yang masih mewarnai proses peradilan di Indonesia.
Keenam, banyaknya orang kaya yang tidak bersedia membayar pajak dengan benar.
Kesemuanya itu memeprlihatkan pentingnya dan mendesaknya peran dan kedudukan Pancasila sebagai sistem
etika karena dapat menjadi tuntunan atau sebagai Leading Principle bagi warga negara untuk berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebab berisikan
tuntunan nilai-nilai moral yang hidup. Namun, diperlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai-nilai moral yang
hidup tersebut agar tidak terjebak ke dalam pandangan yang bersifat mitos.
PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PROBLEM BANGSA (II)
Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di
Indonesia, meliputi hal-hal berikut:
1. KORUPSI  karena adanya godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu muncul ditambah peluangnya ada, maka
bisa terjadi dengan siapa saja dan kapan saja. Dengan menjadi rambu-rambu normatif, Pancasila dapat membedakan
batasan yang boleh dan tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk sehingga semua pihak dapat menjalankan tugasnya
dengan benar.
2. KERUSAKAN LINGKUNGAN  karena kurangnya kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasiladitambah memutuskan
tindakan berdasarkan sikap emosional, mau menang sendiri, keuntungan sesaat, dan tanpa memikirkan dampak yang
ditimbulkan dari perbuatannya (seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi akan datang, global
warming, perubahan cuaca, dsb). Maka Pancasila sebagai sistem etika perlu diterapkan ke dalam peraturan
perundang-undangan yang menindak tegas para pelaku perusak lingkungan. Selain itu, para penggiat lingkungan juga
perlu diberi reward.
3. DEKADENSI MORAL  seperti penyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa menghormati pada
yang lebih tua, menepisnya nilai kejujuran, dan tawuran di kalangan pelajar. Hal ini terjadi ketika pengaruh globalisasi
yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, tetapi justru nilai-nilai luar berlaku dominan sehingga mereka
kehilangan arah. Kesemuanya itu menunjukkan betapa lemahnya tatanan nilai moral sehingga Pancasila sebagai
sistem etika diperlukan kehadirannya sejak dini terutama dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah.
4. PELANGGARAN HAM  beberapa kasusu seperti penganiayaan terhadap ART, penelantaran anak-anak yatim yang
seharusnya melindungi, KDRT, dsb menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai
sistem etika belum berjalan maksimal. Oleh karena itu, di samping perlu sosialisasi sistem etika Pancasila juga
diperlukan penjabarannya ke dalam peraturan perundang-undangan (UU No. 39 Tahun 1999).
5. KURANGNYA RASA PERLU BERKONTRIBUSI DALAM PEMBANGUNAN (PEMBAYARAN PAJAK)  karena kesadaran dan
kepatuhan pajak yang masih rendah maka Pancasila dapat mengarahkan kesadaran pajak dengan wajib pajak dengan
memnuhi kewajiban perpajakannya dnegan baik. Dengan kesadaran pajak yang tinggi maka program pembangunan
yang tertuang dalam APBN akan dapat dijalankan dengan sumber penerimaan dari sektor pajak.
Esensi Pancasila Sebagai Sistem Etika dan Urgensinya
Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada:
Sila Pertama  setiap perilaku warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada norma
agama.
Sila Kedua  tindakan kemanusiaan yang mengandung implikasi moral yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan
yang tertinggi (actus humanus, bukan actus homini/tindakan manusia biasa).
Sila Ketiga  kesediaan untuk hidup bersama dengan tidak mementingkan kepentingan individu/golongan, dengan
berlandaskan semangat kebersamaan dan solidaritas sosial melahirkan kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai
yang bersifat memecah belah bangsa.
Sila Keempat  menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain (prinsip musyawarah mufakat).
Sila Kelima  perwujudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada deontologis/kewajiban semata atau
menekankan pada telelogis/tujuan belaka, tetapi lebih menonjolkan keutamaan/virtue ethics yang terkandung
dalam nilai keadilan itu sendiri.
Adapun hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai sistem etika meliputi:
1. Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika berarti menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan
inspirasi bagi penentu sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil warga negara.
2. Memberi guidance bagi setiap warga negara sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik
lokal, nasional, regional, maupun internasional.
3. Menjadi dasar analisis bagi berbagai kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar
dari semangat negara kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.
4. Menjadi filter untuk menyaring pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak
globalisasi yang mempengaruhi pemikiran warga negara.

Anda mungkin juga menyukai