Anda di halaman 1dari 36

MANAGEMEN

PENGELOLAAN KOTA
PERKOT C
DOSEN: WAHYUNI ZAHRA, ST, MS

Kelompok 7 :
18-115 Elisabeth Lumbantoruan
18-116 Amabel Odelia Simaremare
18-121 Abdillah Faridz
18-127 Rut Miriyam Tarigan
 
TEORI MANAGEMEN PENGELOLAAN KOTA
Teori
Secara Umum dapat didefinisikan adalah suatu upaya proses
pelaksanaan rencanakotauntuk mencapai sasaran
pembangunankotasecara efisien dan efektif, namun secara umum
Bidang pengelolaan perkotaan dapat dibagi menjadi 2 bidang
yaitu:
Bidang Fisik dan Bidang Non Fisik.
John Brickerhoff jackson (1984)
• Menurut Surat Keputusan Mentri dalam negri No. 65 tahun
1995 Manajemen perkotaan adalah pengelolaan sumber daya
perkotaan yang berkaitan dengan bidang-bidang tata ruang,
lahan, ekonomi, keuangan, lingkungan hidup, pelayanan jasa,
investasi, prasarana dan sarana perkotaan; serta di sebutkan pula
bahwa pengelola perkotaan adalah para pejabat (Pemerintah)
pengelola perkotaan.
PRINSIP
•1. Memberikan visi jangka panjang kota berdasarkan: keberlanjutan; keadilan

antargenerasi, sosial, ekonomi dan politik; dan individualitas mereka.

•2. Mewujudkan jaminan ekonomi dan sosial jangka panjang.

•3. Mengakui nilai intrinsik keanekaragaman hayati dan ekosistem alam, serta

melindungi dan memulihkannya.

•4. Mengenali dan membangun karakteristik kota yang khas, termasuk nilai-nilai

manusia dan budaya, sejarah dan sistem alamnya .

•5. Memungkinkan peningkatan berkelanjutan, berdasarkan akuntabilitas,


transparansi, dan tata kelola yang baik .
Tujuan
• 1. Pengelolaan Perkotaan adalah pengendalian dalam upaya pencapaian
tujuan pembangunan Kawasan Perkotaan secara efisien dan efektif.

• 2. Menciptakan wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.

• 3. Menyusun fungsi Kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,


pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.

• 4. Membuat Kawasan Perkotaan Baru dimana kawasan perdesaan yang


direncanakan untuk dikembangkan menjadi Kawasan berfungsi perkotaan.

• 5. Membuat proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,


melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
KASUS 1
KASUS PENATAAN RUANG PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN, BERDAYA SAING DAN BEROTONOMI
Kota-kota di Indonesia

Ada 3 faktor utama yang menyebabkan berbagai


permasalahan muncul di perkotaan,
• yaitu pertambahan penduduk,
• bertambahnya aktivitas kegiatan dan
• bertambah luasnya ukuran wilayah terbangun perkotaan
• Pertambahan jumlah penduduk, khususnya akibat migrasi dari
desa ke kota (urbanisasi) telah menyebabkan pemadatan
penduduk perkotaan (urban densification) dan
pembengkakan/pemekaran kawasan pinggiran (urban
sprawling),
• Tidak jarang pemekaran wilayah akhirnya sampai membentuk
suatu kabupaten atau kota baru. Di Indonesia, hingga tahun
2009 terdapat penambahan 165 kabupaten baru dan 34 kota
baru. Pengembangan wilayah terbangun sangat mendesak
untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan tempat-tempat
aktivitas lainnya, dan ini telah mengorbankan keberadaan jalur
hijau maupun areal persawahan, seperti yang ditunjukkan
Tabel 2. Ruang Terbuka Hijau yang diamanahkan harus 30%
(UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang) sulit dapat
dipenuhi oleh kotakota di Indonesia
Kota pada awalnya tidak lebih dari suatu pemukiman atau desa-desa yang secara umum tersebar di
sekitar kawasan, akan tetapi karena nilai strategis dan potensi yang dimilikinya, maka desa tersebut
per-lahan tapi pasti tumbuh menjadi ramai dan membentuk suatu kota atau perkotaan.

•akibat ketidakmampuan dalam mengantisipasi perkembangan per- kotaan yang


demikian pesat telah menimbulkan berbagai isu-isu permasalahan kawasan
perkotaan
• seperti:
- Bertambahnya Angka Kemiskinan
- Kurangnya Lapangan Pekerjaan
- Tumbuhnya kawasan kumuh di perko- taan
- Meningkatnya kebutuhan perumahan sederhana dan murah
- Kemacetan lalulintas yang makin me- ningkat
- Terbatasnya akses terhadap jaringan air minum/bersih dan sanitasi
- Makin berkurangnya Ruang Terbuka Hijau di perkotaan
- Penanganan masalah persampahan yang kurang terpadu
- Kebijakan pengelolaan sektor informal (PKL) yang belum optimal
Bertambahnya angka kemiskinan di perkotaan &
Tumbuhnya kawasan kumuh diperkotaan
KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
(SUSTAINABLE DEVELOPMENT)
• Solusi permasalahan umumnya cenderung berbasis pada multi
aspek/sektor Dimasa depan perlu adanya reorientasi paradigma dimana
kota merupakan entity kawasan atau wilayah.

• Memenuhi kebutuhan manusia akan kenyamanan hidup, fisik, sosial


budaya, dan lingkungan.
• - Berkelanjutan (sustainable) Antisipasi terhadap perubahan iklim dan
bencana alam serta memenuhi keperluan hidup manusia kini dengan tanpa
mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang - Berkeadilan (just)
Menyediakan ruang hidup dan berusaha bagi seluruh golongan masyarakat
perkotaan
• - Pendorong pertumbuhan (engine of growth) Mampu berkompetisi dalam
perkembangan ekonomi global dengan memanfaatkan potensi sosial
budaya dan kreatifitas lokal (ekonomi kreatif)
• serta mampu menciptakan hierarki pasar bagi kota menengah, kecil, dan
perdesaan.
Perwujudan pembangunan berkelanjutan di Indonesia, khususnya oleh
pemerintah di wilayah perkotaan dapat dijelaskan melalui langkah-langkah yang
sudah diambil, meliputi:

• Bidang Lingkungan:
• perlindungan dan konservasi sumber daya alam.
• pembangunan wilayah pesisir dan laut terpadu.
• peningkatan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian, penegakan hukum,
peningkatan kelembagaan serta sarana dan prasarana pengawasan.
• peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya kelautan dan perikanan.
• peningkatan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim.
pengembangan peralatan pemantauan kualitas air.
• pelaksanaan Program Langit Biru, program Proper, Program Kali Bersih
(Prokasih), Pengelolaan Limbah Domestik dan Usaha Skala Kecil, Pengelolaan
Sampah Terpadu, Pengelolaan B3 dan Limbah; penegakan hukum pidana dan
perdata serta administrasi lingkungan.
• Bidang Sosial:
• - Penanggulangan kemiskinan.
• - Pemberdayaan masyarakat sipil.
• - Pelaksanaan musrenbang tingkat desa, kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi dan nasional.
• - Meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat Indonesia.
• Bidang Ekonomi:
• - Pengendalian inflasi.
• - Konsolidasi fiskal. - Stimulus fiscal, dan
• - Memperkuat ketahanan sektor keuangan domestik.
KASUS 2
REVITALISASI KOTA
REVITALISASI
•Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan atau

kawasan melalui pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang


dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya. Pelestarian adalah
kegiatan perawatan, pemugaran, serta pemeliharaan bangunan
gedung dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalan
bangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai dengan keadaan
menurut periode yang dikehendaki. (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 18/PRT/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi
Kawasan).
ISU REVITALISASI KOTA
a. Kemerosotan vitalitas/produktivitas kawasan terbangun perkotaan.

b. Pentingnya peningkatan ekonomi lokal dalam pembangunan kota dan

pembangunan nasional.

c. Pemberdayaan pasar dan masyarakat (market & community enablement).

d. Degradasi kualitas lingkungan kawasan.

e. Pentingnya kebhinnekaan budaya terbangun bagi persatuan dan kesatuan

bangsa.

f. Meningkatnya peran pemangku kepentingan.

g. Pergeseran peran dan tanggung jawab pusat ke daerah.


TUJUAN

• Tujuan dari revitalisasi kota adalah meningkatkan vitalitas

kawasan terbangun melalui intervensi perkotaan yang


mampu menciptakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi
lokal, terintegrasi dengan sistem kota, layak huni,
berkeadilan sosial, berwawasan budaya dan lingkungan.
SASARAN
1) Meningkatnya stabilitas ekonomi kawasan melalui intervensi.

2) Terintegrasinya kantong-kantong kawasan kumuh yang terisolir dengan sistem kota

dari segi spasial, prasarana, sarana serta kegiatan ekonomi, sosial dan budaya.

3) Meningkatnya kuantitas dan kualitas prasarana lingkungan seperti jalan dan jembatan,

air bersih, drainase, sanitasi dan persampahan, serta sarana kawasan seperti pasar,
ruang untuk industri, ruang ekonomi informal dan formal, fasilitas sosial dan budaya,
dan sarana transportasi.

4) Meningkatnya kelengkapan fasilitas kenyamanan (amenity) kawasan guna mencegah

proses kerusakan ekologi lingkungan.

5) Penguatan kelembagaan yang meliputi pengembangan SDM, kelembagaan dan

peraturan/ ketentuan perundang-undangan.


Program Revitalisasi Kota Bukittinggi
Kegiatan revitalisasi kawasan yang diselenggarakan oleh
Departemen Pekerjaan Umum dengan dana APBN telah
mendorong Pemerintah Kota Bukittinggi (Kimpraswil, 2005)
untuk melanjutkan beberapa kegiatan.
Tahapan Revitalisasi
• Intervensi Fisik
Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara
bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik
bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan
ruang terbuka kawasan (urban realm).
• Intervensi Ekonomi
Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus
mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik
kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi
kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development),
sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasan kota.
• Revitalisasi Sosial/ Institusional
Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu
menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar
membuat beautiful place.
Tahap Pengelolaan
• Tahap pengelolaan pada revitalisasi Bukittinggi menggunakan Cultural
Quarter. Merupakan suatu strategi bagi kota untuk melakukan suatu
intervensi yang proaktif, yang melibatkan proses regenerasi kawasan
perkotaan. Tidak semua bagian atau area perkotaan dapat diubah
menjadi cultural quarter.
• Hanya daerah yang memiliki karakter dan image yang unik terutama di
sektor kultural, yang berpotensi menjadi cultural quarter. Untuk
mengembangkan suatu area menjadi cultural quarter, kota
membutuhkan flagship project yang melibatkan regenerasi kawasan
tidak bernilai (derelict) menjadi area yang lebih dinamis dan bernilai
ekonomis. Cultural quarter juga melibatkan orang-orang yang bekerja di
bidang seni dengan menyediakan tempat bekerja (working space) di
dalam kawasan tersebut.
• Strategi pengembangan cultural quarter ini diharapkan mampu menarik
investor luar bagi pengembangan area tersebut pada khususnya dan
bagi kota pada umumnya.
KASUS KOTA MEDAN
ANALISIS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI MEDAN
• Masalah permukiman kumuh merupakan masalah
tanpa akhir (the endless problems) yang setiap
tahunnya termasuk dalam program pemerintah sesuai
dengan UU No.1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman bahwa setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat,
yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang
mempunyai peran yang sangat strategis dalam
pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai
salah satu upaya membangun manusia Indonesia
seutuhnya, berjati diri mandiri dan produktif. Namun,
masalah ini dari tahun ke tahun masih menjadi
masalah yang tak terpecahkan
Penyebab
• penyebab lain yang menjadi faktor terjadinya permukiman
kumuh adalah:
1. Karakter bangunan, yaitu umur bangunan yang sudah terlalu
tua, tidak terorganisasi, ventilasi, pencahayaan, dan sanitasi
tidak memenuhi syarat
2. Karakter lingkungan, yaitu tidak ada ruang terbuka hijau
(open space) dan tidak tersedianya fasilitas rekreasi keluarga,
kepadatan penduduk yang tinggi dan prasarana serta sarana
yang tidak terencana dengan baik.
Tingkat kekumuhan
• Tingkat kekumuhan di Kecamatan Medan Denai dapat dilihat

dari 7 aspek yang ditetapkan oleh Permen PUPR RI No. 14


Tahun 2018 pada 9 lingkungan yang terdapat di Kecamatan
Medan Denai. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
bahwa terdapat tingkat kekumuhan yang berbeda di setiap
lingkungan yang termasuk kawasan kumuh yang ditinjau dari
7 aspek dan 16 kriteria yang telah ditetapkan sebagai berikut:
1. Kondisi Bangunan Gedung
• Kondisi bangunan gedung termasuk aspek dalam penentuan kawasan kumuh yang dapat

dilihat dari 3 kriteria berupa:


a. ketidakteraturan bangunan
b. tingkat kepadatan bangunan
c. kualitas bangunan

2. Kondisi Jalan Lingkungan


• Jalan lingkungan merupakan jalan yang berada di lingkungan perumahan, jalan

lingkungan terbagi atas dua yaitu jalan lingkungan primer yang menghubungkan antara
lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
• Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh dilihat dari:
a. ketidaktersediaan akses aman air minum
b. tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai dengan standar yang berlaku.
3. Kondisi Drainase Lingkungan
• Dalam kondisi drainase lingkungan dapat dilihat dari 3 kriteria berupa:
a. ketidaktersediaan drainase

b. Ketidakmampuan mengalirkan limpasan

c. Kualitas konstruksi drainase

4. Kondisi Pengelolaan Air Limbah Limbah merupakan semua buangan


• yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan hewan yang berbentuk padat, cair dan gas yang

dibuang karena tidak diinginkan lagi. Air limbah yang dimaksudkan adalah limbah domestik
yaitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan rutin manusia dalam bentuk cair dari kegiatan
mencuci pakaian dan makanan, mandi, kakus, dll.
5. Kondisi Pengelolaan Persampahan Pengelolaan persampahan
•merupakan kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk
mengurangi dan menangani persampahan di suatu tempat. Beberapa indikator
dalam pengelolaan persampahan dengan melihat:

a. Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis

b. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan.


POLA PENANGANAN
• Program dalam penanganan permukiman kumuh di Kecamatan
Medan Denai melalui program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh)
(Dirjen Cipta Karya, 2016). Program KOTAKU (Kota Tanpa
Kumuh) adalah program yang dilaksanakan secara nasional
yang menjadi basis penanganan permukiman kumuh yang
mengintegrasikan berbagai sumber daya dan sumber pendanaan
termasuk dari pemerintah pusat dan pemangku kepentingan
lainnya.
KESIMPULAN
• Kota sebagai pusat pemerintahan dan aktivitas
masyarakat yang sangat kompleksdengan perubahan
ekologi yang sangat cepat dan Permasalahan yang ada
merupakan akibat dari aktivitas masyarakat yang tinggi,
sehingga perlu adanya rencana pengelolaan lingkungan
kota yang berkelanjutan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai