Anda di halaman 1dari 12

Issue Legal Etik

Keperawatan
Oleh kelompok 2
Kelompok 2
● Jasmine Tazkiyan C (202303102060)
● Alivia Nur F (202303102062)
● Bunga Jannatul F (202303102063)
● Alfiya Putri S (202303102065)
● Sajidah Salsabilah (202303102066)
● Wanda Aayunda P. P (202303102067)
● Ririn Andini (202303102073)
● Laila Nadiyah (202303102072)
● Farah Amalina F (202303102076)
● Minakhul Fiqkiyah (202303102075)
● Alana Faishal A (202303102078)
● Nurfitria Desy R (202303102068)
● Marcella I. P. W (202303102061)
● Laily Qoturnnada (202303102064)
● Hesti Eka Adefani (202303102070)
● Maulidatul Ilmiyah (202303102074)
● Wahyu Nivia P. R (202303102059)
● M Syahril Faizi (202303102071)
Pengertian
Etika menurut para ahli

Etika berasaldari kata ethos, dalam bentuk tunggal yang berarti


kebiasaan, adat - istiadat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara
berpikir dan dalam bentuk jamak (ta etha), berarti adat kebiasaan.
Jadi etika dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2000).

KodeEtik

Kode etik adalah pernyataan standard professional yang


digunakan sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka
kerja untuk membuat keputusan.
 
Pengertian
Legal

Aspek Legal dalam praktik keperawatan Untuk dapat melaksanakan


tugas dan tindakan dengan aman, perawat profesional harus
memahami batasan legal dan implikasinya dalam praktik
keperawatan sehari-hari. Asuhan keperawatan yang legal
diartikan sebagai praktik keperawatan yang bermutu dan taat
pada aturan, hukum, serta perundang-undangan yang berlaku.
 
Prinsip – Prinsip Legal Etik
1. Autonomi ( Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampumembuatkeputusansendiri

2. Beneficience ( BerbuatBaik/ manfaat )


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Prinsip ini menuntut perawat untuk
melakukan hal yang baik dan bermanfaat sehingga dapat mencegah kesalahan atau kejahatan

3. Justice ( Keadilan )

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip – prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
4. Non maleficience ( Tidak Merugikan )
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya / cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh : ketika
ada pasien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu
penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan
pemberian transfuse darah.

5. Veracity ( Kejujuran )
            Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan
bahwa klien sangat mengerti.
 
6. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain.
Perawat setiap ada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
7. Confidentiality ( Kerahasiaan )
       Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien.

8. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilita smerupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali

9. Informed Consent
“informed consent” adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya
atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya
serta resiko yang berkaitan dengannya.
Masalah-Masalah Legal
EtikKeperawatan
1. Kelalaian
2. Pencurian
3. Fitnah
4. False imprisonment
5. Penyerangan dan pemukulan
6. Pelanggaran privasi
7. Penganiayaan
Model PenyelesaianMasalah
Legal EtikKeperawatan

1. Model pemecahan masalah (Megan,1989)


2. Kerangka pemecahan dilemma etik (Kozier&Erb, 1989 )
3. Model Murphy dan murphy
4. Model Curtin
5. Model Levine – AriffdanGron
6. Purtillodan Cassel (1981) Purtillodan Cassel
7. Thompson & Thompson (1981) : model keputusanbiotis
CONTOH KASUS
RSUD Raden Mattaher, Kota Jambi. Gubernur Jambi, Zumi Zola
mengadakan sidak kerumah sakit tersebut pada hari Jumat (20/01/2017)
dini hari. Ketika sampai, Zumi mendapati para dokter dan perawat
sedang terlelap. Tidak hanya di ruangan itu saja, ketika gubernur
melanjutkan sidaknya kegedung perawatan jantung, ruangjaga di sana pun
kosong. Tidak ada perawat yang berjaga.
ANALISA KASUS
● Menurut teori legal etik, perawat tersebut telah melanggar prinsip etik Beneficence
(melakukan hal yang baik). Tidak selayaknya perawat tidur sewaktu dinas di tempat
kerjanya. Seorang perawat seharusnya selalu siap setiap saat karena jika ada
keterlambatan dalam penanganan kepada pasien, bisa berakibat fatal kepada kondisi
pasien. Pelanggaran etik tersebut dapat menimbulkan kerugianbagi pasien,
dapatmenyebabkaninjurydanbahayaemosionalseperti rasa ketidakpuasan. 
● Rasa ketidak puasan tersebut bisa berdampak buruk pada citra perawat di mata
masyarakat dan pendapatan rumah sakit. Pasien merasa para perawat dan dokter
tersebut tidak melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab. Akhirnya pasien tidak
mau berobat kembali ke tempat tersebut karena merasa sudah tidak puas dengan
pelayanan yang diberikan. 
● Dampak lain yang muncul antara lain kurangnya profesionalisme perawatan dalam
pelayanan kesehatan, perawat dipandang tidak sopan, image perawat dipandang buruk
oleh pasien, sehingga pasien kurang percaya dengan perawat dan meragukan dengan
keahlian perawat.
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai