KELOMPOK 5
BAYI DENGAN 2
HIPERBILIRUBIN 3
Nama Anggota :
4
1. Fikri Yansyah
5
2. Firda Muzdalifah
6
3. Fitratul Illahi
5. Suci Ashriani
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
6
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
6
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Manifestasi Klinis
Patofisiologi Hiperbilirubin
Hiperbilirubin
Bilirubin di produksi sebagian besar (70- 1. Ikterus pada 24 jam pertama 1
80%) dari eritrosit yang telah rusak. 2. Ikterus disertai dengan proses hemolysis
Kemudian bilirubin indirek (tak 3. Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10
2
terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan cara mg% atau lebih setiap 24 jam.
berikatan dengan albumin. Bilirubin direk 4. Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10
(terkonjugasi) kemudian diekskresikan mg% pada neonatus yang cukup bulan dan 3
melalui traktus gastrointestinal. Bayi 12,5 mg% pada neonatus yang kurang
memiliki usus yang belum sempurna, karna bulan. 4
belum terdapat bakteri pemecah, sehingga 5. Asfiksia
pemecahan bilirubin tidak berhasil dan 6. Hipoksia 5
menjadi bilirubin indirek yang kemudian ikut 7. Sindroma gangguan pernafasan
masuk dalam aliran darah, sehingga bilirubin 8. Pada pemeriksaan fisik: bentuk abdomen 6
terus bersirkulasi (Atika dan Jaya, 2016). membuncit,terjadi pembesaran hati,feses
berwarna seperti dempul, dapat ditemukan
adanya kejang, opistotonus, tidak mau
minum, letargi, reflek moro lemah /tidak
ada sama sekali.
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Pemeriksaan Penunjang 1
6
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
ultraviolet ringan yaitu dari jam 7.oo – hiperbilirubinemia pada neonatus dapat 2
jenis ini tidak larut dalam air. kerusakan neurologis, cerebral palsy, dan
4
2. Pemberian intake ASI yang adekuat. dapat menyebabkan retardasi mental,
hiperaktivitas, bicara lambat, tidak dapat 5
mengoordinasikan otot dengan baik, serta
6
tangisan yang melengking (Suriadi dan
Yuliani, 2010).
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
3.Pemeriksaan fisik
1. Pengkajian pada kasus hiperbilirubinemia meliputi : 1) Kepala-leher, Ditemukan adanya ikterus pada sklera dan
- Identitas, seperti : Bayi dengan kelahiran prematur, mukosa.
BBLR, dan lebih sering diderita oleh bayi laki-laki. 1
2. Dada, pergerakan dada yang abnormal.
- Keluhan utama
3. Perut, Perut membucit, muntah, kadang mencret yang
Bayi terlihat kuning dikulit dan sklera, letargi, malas disebabkan oleh gangguan metabolisme bilirubin 2
menyusu, tampak lemah, dan bab berwarna pucat. enterohepatik.
4. Ekstremitas, Kelemahan pada otot.
- Riwayat kesehatan 5. Kulit, Kulit Menguning 3
6. Kaki
2. Riwayat kesehatan sekarang Pemeriksaan neurologis Letargi, pada kondisi bilirubin
Keadaan umum bayi lemah, sklera tampak kuning, letargi, 4
indirek yang sudah mencapai jaringan serebral, maka akan
refleks hisap kurang, pada kondisi bilirubin indirek yang menyebabkan kejang-kejang dan penurunan kesadaran.
sudah .20mg/dl dan sudah sampai ke jaringan serebral 7. Urogenital 5
maka bayi akan mengalami kejang dan peningkatan
Urine berwarna pekat dan tinja berwarna pucat. Bayi yang
tekanan intrakranial yang ditandai dengan tangisan
sudah fototerapi biasa nya mengeluarkan tinja kekuningan.
melengking. 6
Pemeriksaan diagnostic
Data penunjang 1
1. Pemeriksaan bilirubin serum
2. Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang 1. Pemeriksaan kadar bilirubin serum
(total) (normal = <2mg/dl) 2
kantong empedu
3. Radioisotope scan dapat digunakan untuk 2. Pemeriksaan darah tepi lengkap dan
membantu membedakan hepatitis dan atresia biliary. gambaran apusan darah tepi. 3
3. golongan darah dari ibu dan bayi.
4. Pemeriksaan kadar enzim G6PD. 4
5. ikterus yang lama, lakukan uji fungsi
Diagnosa Keperawatan hati, uji fungsi tiroid, uji urin terhadap 5
1. Ikterus Neonatus b.d Kesulitan transisi ke galaktosemia.
6. Bila secara klinis dicurigai sepsis,
kehidupan ekstra uterin, usia kurang dari 7 hari lakukan pemeriksaan kultur darah,
6
Yuliastati., Arnis, Amelia. (2016). Modul Keperawatan Anak. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Auliyasari, Nimas A., Etika Risa., dkk. (2019). Faktor Risiko Kejadian Ikterus Neonatorum.
Pediomaternal Nursing Journal : Volume 5 Nomor 2.
Tim Pokja SDKI. (2018). Standar Diagnosa keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI. (2018). Standar Intervensi keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
TERIMA KASIH