KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ATRESIA ANI / MALFORMATION ANORECTAL DI RUANG CENDANA 4 RSUP DR SARDJITO
Alifvia Nurintansari (20/469758/KU/22696)
Bestari Intan K (20/469762/KU/22700) Jihan Siti L (20/469767/KU/22705) Melinda Widyamukti (20/469770/KU/22708) Ussi Khairani F (20/469780/KU/22718) PENGERTIAN • Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan atresia rektum. Atresia ani merupakan suatu kelainan kongenital dimana bayi baru lahir tidak memiliki anus tidak sempurnanya bentuk anus. • Contohnya anus tampak cekung kedalam, anus tak rata, atau anus ada namun tidak terhubung langsung dengan rektum. Atresia ani disebut juga malformasi anorectal atau imperforate anus ETIOLOGI Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum diketahui secara pasti. Adapun faktor lain yang dapat menyebabkan atresia ani, yaitu : a. Gangguan pemisahan kloaka menjadi rectum dan sinus urogenital b. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur c. Gangguan pertumbuhan dalam kandungan d. Kelainan bawaan; kelainan sistem pencernaan, kelainan tulang belakang, kelainan saluran kemih, VACTERL (sindrom kelainan tulang belakang, anal, jantung, trakea, esofagus, ginjal, dan tungkai) PATOFISIOLOGI Patofisiologi • Kegagalan pembentukan septum urorektal karena adanya gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik, yang menyebabkan anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. • Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang akan menjadi bakal genitourinaria dan struktur anorektal • Atresia anal terjadi karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 mgg dalam perkembanagan fetal. • Tidka adanya pembukaan usus besar yang keluar melalui anus menyebabkan fekal tidak bisa keluar sehingga terjadi obstruksi di intestinal • Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah anal/dubur menyebabkan bayi baru lahir tanpa luubang anus. Klasifikasi atresia ani Atresia ani diklasifikasikan berdasarkan letaknya: 1.Tinggi (supralevator):rektum berakhir di atas M. levator ani (M. puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum lebih dari 1 cm. 2.Intermediate: rektum telretak pada M. Levator ani tetapi tidak menenmbusnya 3.Rendah: rektum berakhir di bawah M. Levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm Klasifikasi atresia ani Klasifikasi atresia ani berdasarkan jenis kelamin: •Pada anak laki-laki terdiri atas beberapa tipe: tanpa fistel (rektum buntu tanpa fistel), fistel urin (mekoneum keluar melalui saluran kemih) dan fistel kulit (mekoneum keluar melalui lubang kecil pada kulit di daerah perineum). •Pada anak perempuan terdiri dari: tipe tanpa fistel (rektum buntu tanpa fistel), fistel vestibulum/ vagina (mekonium keluar melalui lubang kemaluan) dan tipe kloaka (saluran kemih, vagina dan rektum bermuara pada satu lubang di daerah kemaluan). MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis • Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran atau keluar melalui saluran urin, vagina, atau fistula • Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu secara fekal pada bayi baru lahir • Distensi abdomen yang terjadi bertahap dalam 8-24 jam pertama • Pem fisik ditemukan tanda-tanda obstruksi usus dan adanya konstipasi • Pembesaran abdomen, pembuluh darah diabdomen akan terlihat menonjol • Bayi muntah-muntah pada usia 24-48 jam dnegan cairan muntahan berwarna hijau karena cairan empedu atau hita kehijaauan karena cairan mekonium KEMUNGKINANAN KOMPLIKASI Komplikasi Komplikasi jangka panjang: PENATALAKSANAAN MEDIS Penatalaksanaan
• Mayoritas bayi dengan malformasi anorektal memerlukan pembedahan,
disertai dengan kemungkinan perawatan berikut: • Pemasangan kateter atau tabung berlubang (untuk mengosongkan kandung kemih secara berkala) • Terapi antibiotik profilaksis (pencegahan) (untuk mengurangi kejadian infeksi) • Penempatan sfingter buatan • Bedah rekonstruksi Jenis dan jumlah operasi bergantung pada kelainan, sebagai berikut:
1. Narrow anal passage
2. Anal membrane: membran akan diangkat melalui pembedahan 3. Lack of rectal/anal connection with or without fistula Serangkaian operasi yang diperlukan untuk memperbaiki malformasi: a. Kolostomi b. Operasi penempelan rektum ke anus, biasanya dilakukan dalam beberapa bulan kehidupan c. Dua bulan kemudian operasi untuk menutup kolostomi Lanjutan..
4. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Dilakukan setelah kolonostomi, tahap kedua dilakukan PSARP pada usia 6 bulan dilakuka bouginasi rectal. Lubang kolostominya tetap dipertahankan beberapa waktu lagi untuk memberi kesempatan pemulihan luka operasi PSARP yang baru dilakukan. Sehingga sebelum anus baru benar-benar siap pakai, bayi tetap harus BAB lewat lubang kolostominya. Idealnya kolostomi akan ditutup setelah 9 minggu. Pengkajian Keperawatan pada Kasus Pengkajian: 1.Biodata klien 2.Riwayat kesehatan sekarang 3.Riwayat kesehatan masa lalu 4.Riwayat tumbuh kembang • BB lahir abnormal • Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah mengalami trauma saat sakit • Sakit pada saat kehamilan atau mengalami infeksi • Saat setelah lahir tidak keluar mekonium Pemeriksaan Tes diagnostic yang dilakukan untuk mengetahui permasalahan ini adalah •Abdominal xrays •Urine tests •Urodynamic study •Abdominal ultrasound (sonography) •Spinal ultrasound •CT or CAT scan RENCANA ASKEP Diagnosa Keperawatan NOC NIC Nyeri akut (00132) b.d agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (1400) cedera fisik d.d ekspresi keperawatan selama 3x24 jam Aktivitas : wajah nyeri, melindungi area diharapkan : •Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi nyeri, keluhan tentang Tingkat nyeri; intensitas dengan standar Nyeri yang dilaporkan (3-5) lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, skala nyeri, keluhan tentang Ekspresi nyeri (3-5) intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor pencetus karakteristik nyeri dengan Panjangnya episode nyeri (3-5) •Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan standar instrumen nyeri Mengerang dan menangis (3-5) dengan pemantauan ketat •Dukung istirahat/tidur untuk membantu penurunan •Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (suhu, pencahayaan, suara bising) •Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang mencetuskan atau meningkatkan nyeri misalnya ketakutan, kelelahan, monoton, kurang pengetahuan •Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti terapi bermain Diagnosa Keperawatan NOC NIC Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Manajemen Nutrisi: nutrisi kurang dari 3x24 jam diharapkan : •tentukan status gizi pasien dan kemampuan kebutuhan tubuh b.d Status nutrisi; pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi Ketidakmampuan Asupan gizi (3-5) •identifikasi adanya alergi atau intoleransi mengabsorbsi nutrien d.d Asupan makanan (3-5) makanan yang dimiliki pasien bising usus hiperaktif, Asupan cairan (4-5) •tentukan apa yang menjadi preferensi penurunan berat badan, makanan bagi pasien nyeri abdomen •tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan persyaratan gizi Monitor Nutrisi: •timbang berat badan pasien •identifikasi perubahan berat badan terakhir •lakukan tindakan antropometri Diagnosa Keperawatan NOC NIC Risiko Infeksi dengan faktor risiko Setelah dilakukan intervensi Kontrol Infeksi prosedur invasif, kurang pengetahuan keperawatan selama 3x24 jam Jaga lingkungan aseptik saat tindakan untuk menghindari pemajanan patogen diharapkan : bagi pasien Keparahan infeksi; Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai Kemerahan (4-5) kebutuhan Demam (5-5) Lakukan tindakan pencegahan infeksi Ketidakstabilan suhu (5-5) yang bersifat universal Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien Pastikan teknik perawatan luka yang tepat Ajarkan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus bertanya pada tenaga kesehatan Ajarkan pada keluarga bagaimana cara mencegah/ menghindari infeksi TERIMA KASIH