PERTEMUAN II
PERTEMUAN 2
1.PENALARAN DAN BAHASA DALAM KEBIDANAN
2. PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF
3. KESALAHAN/ FALLACIES DALAM PENALARAN
SUB POKOK BAHASAN 1
PENALARAN DAN BAHASA DALAM KEBIDANAN
Intuisi: suatu kegiatan non analitik yang tidak mendasarkan diri kepada
suatu pola pikir tertentu.
Cara berpikir masyarakat dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:
1.Cara berpikir analitik: yang berupa penalaran
2.Cara berpikir nonanalitik: yang berupa intuisi/perasaan
HAKIKAT PENALARAN
4. Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat
formal. Tingkat keformalan dapat dilihat pada kosa kata,
bentukan katanya dan kalimatnya.
• 5. Obyektif
• Sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan
sebagai pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan dalam
penggunaan kata.
• 6. Konsisten
• Unsur bahasa, tanda baca dan istilah, sekali digunakan sesuai
dengan kaidah makna untuk selanjutnya digunakan secara
konsisten.
• 7. Bertolak dari gagasan
• Bahasa keilmuan digunakan dengan orientasi gagasan. Pilihan
kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat
pasif perlu dihindari.
• 8. Ringkas dan padat
• Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan
dengan unsur unsur bahasa. Karena itu , jika gagasan yang
terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas
tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.
Kekurangan Bahasa
Bahasa bersifat multi fungsi yaitu: emotif, afektif dan simbolik.
1.Dalam komunikasi ilmiah digunakan aspek simbolik saja. Yang
dalam kenyataannya sulit dilakukan.
2. Arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata
yang membangun bahasa.
3. Bahasa adalah konotasi yang bersifat emosional.
SUB POKOK BAHASAN 2
PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF
• Jadi berpikir kritis yang dimaksud adalah berpikir dengan benar untuk mendapat pengetahuan
yang tepat dan benar, sehingga dirinya dan orang lain dapat mengambil manfaat dari
pemikirannya bukan malah sebaliknya.
• Salah satu upaya untuk mempertahankan pemikiran kritis adalah dengan belajar logika
deduksi dan induksi karena sudah selayaknya pemikiran kritis itu harus didasari oleh logika,
dan
• Pemikiran kritis tanpa logika itu artinya batal atau eror.
• Walaupun pada dasarnya tidak akan ada jaminan yang pasti bahwa orang yang belajar dan
mahir logika akan dapat berpikir kritis. Oleh karena itu berpikir kritis itu bisa disebut seni
karena membutuhkan latihan dan pembiasaan.
• Seseorang yang terbiasa berpikir kritis tanpa dasar logika tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya, begitu juga berlogika tanpa berpikir kritis itu mustahil.
•
SUB POKOK BAHASAN 3
KESALAHAN/FALLACIES DALAM PENALARAN
• Kesesatan adalah kesalahan yang terjadi dalam aktivitas
berpikir dikarenakan penyalahgunaan bahasa dana atau
penyalahan relevansi.
• Kesesatan merupakan bagian dari logika dan dikenal sebagai
fallacial/falacy, dimana beberapa jenis kesesatan penalaran
dipelajari sebagai lawan dari argumentasi logis.
Kesesatan terjadi karena 2 hal:
• 1. Ketidaktepatan bahasa
• Pemilihan terminologi yang salah.
• 2. Ketidaktepatan relevansi
a.Pemilihan premis yang tidak tepat, yaitu membuat premis dari
proposisi yang salah.
b.Proses kesimpulan premis yang caranya tidak tepat, premisnya
tidak berhubungan dengan kesimpulan yang dicarai.
Locke, J. & Dewey, J. dalam Adib, M.(2011) ahli filsafat dan psikolog
mengidentifikasi kesesatan berfikir yang pada akhirnya termanifestasi dalam
perilaku yang juga sesat.
1.Kesesatan yang terjadi karena subyek sesungguhnya jarang berpikir
sendiri dan berpikir atau bertindak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan
dilakukan orang lain.
Subyek didik yang terbiasa dengan kultur pendidikan seperti ini tumbuh
menjadi manusia bermoralitas heteronom layaknya sebuah robot berjalan.
2. Kesesatan dimana subyek bertindak seakan sangat menghargai rasio,
tetapi kenyataannya tidak menggunakan rasionya sendiri dengan baik.
Rasionalitasnya hanya muncul sebagai retorika tanpa pernah menjadi nyata
secara substansial dalam cara berfikir dan bertindak. Subyek seperti ini juga
tidak mendengarkan sungguh-sungguh alasan orang lain, kecuali mengikuti
rasa humor, kepentingan atau kelompoknya sendiri.
3. Kesesatan yang terjadi akibat subyek tidak terbuka untuk melihat
persoalan secara secara komprehensif, terpaku hanya pada pendapat atau
pendekatan tertentu, orang tertentu atau sumber terentu.
Kelompok orang seperti ini menggunakan rasionya dengan baik, tetapi
karena perspektifnya sempit maka cara menjawab persoalanpun tidak tepat.
Klasifikasi kesesatan berfikir.
• 1. Kesesatan Formal
Kesesatan formal adalah kesesatan yang dilakukan karena bentuk
penalaran yang tidak tepat atau tidak sahih.
Kesesatan ini terjadi karena pelanggaran terhadap prinsip prnsip logika
mengenai term dan proposisi dalam suatu argumen.
• 2. Kesesatan Material
• Kesesatan material adalah kesesatan ang terutama menyangkut isi (materi)
penalaran. Kesesatan ini dapat terjadi karena faktor bahasa yang
menyebabkan kekeliruan dalam menarik kesimpulan dan juga dapat
terjadi karena memang tidak ada hubungan logis/relevansi antara premis
dan kesimpulannya.
Setiap kata dalam bahasa memiliki arti tersendiri, dan masing-
masing kata itu dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang
sesuai dengan dengan arti kalimat yang besangkutan.