Anda di halaman 1dari 35

PEMERIKSAAN FISIK

DASAR
KESADARAN
Compos mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya
Apatis : sikap acuh tak acuh
Letargi : tampak lesu dan mengantuk
Somnolen : selalu ingin tidur, dapat dibangunkan
dengan rangsang nyeri, atau untuk makan/minum,
lalu tertidur kembali
Sopor : mirip koma, tidak bereaksi kecuali dengan
rangsang nyeri, refleks kornea (+), reaksi pupil (+)
Koma : tidak sadar sama sekali dengan rangsangan
apa pun, refleks (-)
PEMERIKSAAN NADI
Palpasi pada arteri radialis kanan dan kiri di dekat
pergelangan tangan dengan 2 atau 3 jari.

1. Frekuensi  N : 60-100 x/menit


<60x/menit : bradikardi
>100x/menit : takikardi
2. Irama  regular atau iregular
3. Besarnya pengisian
Pulvus parvus : nadi isi kecil
Pulvus tardus : nadi isi besar
4. Karakter
Pulsus celer : selisih tekanan nadi cukup besar
Pulsus dartus : selisih tekanan nadi kecil
TEKANAN DARAH
1. Pengukuran biasanya pada lengan kanan
2. Pasien dapat berbaring atau duduk
3. Letakkan manset pada ± 1,5cm diatas fosa ante cubiti
4. Tekanan dinaikkan sampai ±20mmHg diatas tekanan sistol
dugaan sambil palpasi arteri radialis
5. Stetoskop diletakkan pada fosa ante cubiti diatas
a.brachialis
6. Lalu turunkan tekanan 2-3mm untuk setiap satu denyut
nadi
7. Tekanan sistole adalah bunyi pertama yang terdengar
8. Tekanan diastole adalah saat bunyi hilang

Tekanan darah normal 120/80 mmHg


MATA
 Kelopak : ptosis, xantelasma, blefaritis,
edema, perdarahan
 Pupil : isokor/anisokor, miosis/midriasis,
refleks pupil (+/-)
 Sklera ikterik (+ /-)
 Konjungtiva palpebra inferior pucat (+/-)
TELINGA
Daun telinga deformitas, tanda radang, benjolan
Liang telinga  serumen, sekret, deskuamasi
Gendang telinga  utuh / tidak
Nyeri tekan (+/-)
Uji pendengaran : Tes Rinne dan Tes Weber
HIDUNG
Napas cuping hidung (+/-)
Septum  ada deviasi atau tidak
Selaput lendir  ada penyumbatan, perdarahan atau
sekret dalam lubang hidung
MULUT DAN TENGGOROK
Bibir  pucat , sianosis, fisura
Selaput lendir
Gigi geligi  jumlah, karies, abses
Lidah  Beslag (+/-), tremor (+/-), basah atau
kering, papil atrofi
LEHER
Simetris / asimetris
Trakea  terdorong / tertarik
Kelenjar tiroid :
- Inspeksi  besar, bentuk
- Palpasi  pasien membelakangi pemeriksa
kemudian dengan kedua tangan pemeriksa dari arah
belakang meraba kelenjar tiroid, pasien disuruh
menelan ludah
- Auskultasi  dilakukan pada tiroid yang
membesar : bruits (+/-)
 Pembesaran kelenjar getah bening (+/-)
Pengukuran Tekanan Vena Jugularis
Cara langsung : jarum >> a.brachialis >> manometer
Cara tidak langsung :
Pasien berbaring semi volar 45° >> tentukan v.
jugularis >> vena ditekan ditekan 1 jari mula-mula di
sebelah proksimal klavikula, lalu di sebelah distal
dekat madibula oleh jari lain, kemudian tekanan oleh
jari pertama dilepaskan >> lihat sampai dimana vena
terisi waktu inspirasi biasa >> tinggi diukur dari titik
acuan
THORAKS
Inspeksi
1. Bentuk dada :
- dada paralitikum  kecil, diameter sagital pendek, sela iga
sempit, iga lebih miring, angulus costae <90° (malnutrisi TB)
- dada emfisematous (Barrel-chest)  diameter sagital besar,
dada menggembung, kifosis, angulus costae >90° (bronkhitis
kronis, PPOK, emfisema)

Kelainan bentuk:
- Kifosis, lordosis, skoliosis
- Pectus excavatum : tulang sternum cekung ke dalam
- Pectus carinatum : tulang sternum menonjol ke depan
2. Frekuensi pernapasan :
N : 12-20 x/menit
<12 x/menit : bradipnea
>20 x/menit : takipnea
3. Sifat pernapasan : torakal, abdominal, kombinasi
4. Irama pernapasan :
- normal  inspirasi-ekspirasi teratur bergantian
- Cheyne-stokes  terdapat periode apnea lalu disusul
periode hiperpnea yang berulang- ulang
- Biot  bentuk pernapasan tidak teratur mengenai cepat
dan dalamnya
5. Pemakaian otot-otot bantu pernapasan (+/-)
6. Ada/tidaknya bagian dada yang tertinggal saat bernapas
Palpasi
1. Kelenjar getah bening  supraklavikula, aksila
2. Nyeri tekan (+/-)
3. Benjolan, edema, krepitasi, gesekan pleura
4. Pemeriksaan fremitus : pemeriksa meletakkan sisi
ulnar tangan pada dinding dada dan meminta pasien
untuk mengatakan “tujuh puluh tujuh”  fremitus
dinilai dan tangan pemeriksa diletakkan ke posisi
yang sama pada sisi yang berlawanan
Fremitus : pneumonia, atelektasis
Fremitus : pneumothoraks, efusi pleura,
obstruksi bronkus, PPOK
Perkusi
Ada 4 jenis bunyi :
 Pekak  jaringan tanpa udara di dalamnya (tumor paru, penebalan
pleura)
 Redup  bagian padat jaringan > udara (infiltrat, konsolidasi)
 Sonor  normal, udara cukup banyak dalam jaringan
 Hipersonor  udara > jaringan padat (emfisema)

Tehnik perkusi :
Hiperextensikan jari tengah, tekankan sendi interfalangeal kuat-
kuat pada permukaan yang diperkusi, dengan kuat, tajam, dan
dengan gerakan pergelangan yang santai, ketoklah ujung jari
tengah kiri dengan ujung jari tengah kanan anda, ujung jari tegak
lurus dengan jari yang diketok
Perkusi
Batas paru – hati
 Pasien berbaring
 Pada daerah mana merupakan
batas paru dan hati, suara sonor
akan berubah menjadi
redup/pekak
- Berilah tanda pada batas tersebut
- Pada orang normal sehat, ini
terletak antara kosta ke 5 dan 6
SUARA NAFAS DASAR :
• Vesikular
AUSKULTASI • Bronkovesikular
• Bronkial
• Suara nafas
• Suara tambahan
SUARA TAMBAHAN
Timbul karena :
• Sekret
• Penyempitan
• Asinus terbuka
AUSKULTASI SUARA NAFAS NORMAL = VESIKULER
• Inspirasi terdengar penuh
SUARA NAFAS DASAR • Ekspirasi lebih lemah dan pendek

VESIKULER : BRONKO - VESIKULER


• Inspirasi terdengar penuh
BRONKOVESIKULER :
• Ekspirasi penuh
BRONKIAL : • Tidak ada silent gap

BRONKIAL
• Inpirasi & ekspirasi penuh
SUARA NAFAS LEBIH JELAS, MENGUAT : • Silent gap
Infiltrat ( konsolidasi ), atelektasis kompresi

SUARA NAFAS MELEMAH :


Udara >> : emfisema, pneumotoraks, dll
Cairan : efusi pleura, hemotoraks, dll
Jaringan padat / masif : tumor
RONKI BASAH (-TERPUTUS)
• Kasar Sal.napas besar.
Gel.udara besar pecah
(kesad , KU lemah)
• Sedang Sal.napas kecil
Gel. udara kecil pecah
(bronki ektasis, br.pneumonia)

• Halus Terbukanya asinus / alveoli


spt gesekan rambut
mis. : sembab paru dini
pneumonia dini.
RONKI KERING (-TDK TERPUTUS) :
* Sonorous (nada rendah) :
- obstruksi parsial sal. napas besar, mengerang

* Sibilan (nada tinggi) :


- obstruksi saluran napas kecil, mencicit (squaeking)
- lbh mudah didengar waktu exp.
Gambar 17. Skematis Urutan Gambar 18. Skematis Urutan
auskultasi dada auskultasi Punggung
 
Teknik pemeriksaan:
Bladder sebaiknya tidak dalam keadaan penuh.
Pasien berbaring/supine.
Posisi lengan di sisi badan atau dilipat di dada
Pertanyaan sebelum palpasi,”Daerah mana yg sakit?”
Daerah yg nyeri dipalpasi paling belakangan .
Pemeriksaan sambil memonitor wajah pasien, adakah mimik
pertanda rasa tidak nyaman.
Inspeksi ; perhatikan :
Status nutrisi.
Kulit : Scar, striae, dilated veins (venectase), ruam ,lesi.
Umbilicus : bagaimana kontur & lokasinya, tanda hernia
atau inflamasi (+/-)? Sister Mary Joseph’s nodule  curiga
keganasan abdominal.
Liver stigmata.
Kontur abdomen :
Apakah flat, scaphoid, protuberant, rounded?
Apakah ada penonjolan? Survey juga area inguinal &
femoral
Apakah abdomen simetris?
Apakah tampak organ atau massa? Liver yang membesar
atau spleen.
Peristalsis.
Pulsasi. Sering pulsasi aorta terlihat di epigastrium .
(normal)
Liver stigmata:
Umum dijumpai pada Sirosis Hati Alkoholik (Laennec’s ).
Kadang-kadang dijumpai pada Sirosis lainnya.
Spider nevi
Palmar erythema
Ginekomastia
Caput medusae
Dupuytren’s contracture
Pembesaran kelenjar parotid
Atrofi testis
Auskultasi
Auskultasi dilakukan sebelum palpasi & perkusi ( bisa
menyebabkan perubahan frekwensi suara usus), gunakan
diafragma stethoscope.

Suara usus :

Normal frek :  5 – 34 per menit.


Kadang-kadang borborygmi (+)
Auskultasi pd satu tempat , mis RLQ, biasanya
sdh cukup.
Bruit
Jk TD tinggi suara vaskuler mirip murmur jantung dij.
pd epigastrium , RUQ& LUQ.

Perubahan suara usus


diare, obstruksi intestinal, ileus paralitik, peritonitis.

Bruit dgn komponen sistolik & diastolik


kesan kuat stenosis a.renalis sebagai penyebab
hipertensi.
LANCAR KAJI KARENA DIULANG,

LANCAR JALAN KARENA DITEMPUH.

Anda mungkin juga menyukai