Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM STUDI DOKTORAL

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

IDA FARIDAH
PROF. DRA. SETYOWATI, SKP., M.APP.SC, PHD
PROF. DRA. FATMA LESTARI, M.SI, PH.D
DR. RR. TUTIK SRI HARIYATI, SKP., MARS

UNIVERSITAS INDONESIA
Pentingnya Peran Kepala Ruangan Dalam
Mengembangkan Budaya Kerja Positif
Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien merupakan indikator pelayanan yang
berkualitas. Kualitas mutu pelayanan dapat diukur dari kepatuhan
pelaksanaan keselamatan pasien dan penerapan budaya
keselamatan pasien (SNARS, 2018).
Membentuk budaya keselamatan pasien di perlukan peran seorang
pemimpin untuk mencapai keselamatan pasien dan untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman sebagai prioritas. Peran
pemimpin akan keselamatan pasien merupakan hal yang pertama
yang harus diperhatikan dalam menerapkan budaya keselamatan
pasien.
Pemimpin sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan aturan, budaya,
usaha staf dan tidak bersifat menghukum untuk menciptakan budaya
keselamatan pasien. Perawat adalah faktor penting dalam
menentukan kualitas perawatan di rumah sakit (Wunderlich, 2014).
 Kepala ruang sebagai lower manager dalam keperawatan
harus mampu menjalankan fungsi manajemen sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai. Manajemen keperawatan
merupakan rangkaian fungsi dan aktivitas yang secara
simultan saling berhubungandalam menyelesaikan
pekerjaan melalui anggota staf keperawatan untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
 Peran kepala ruang sangat penting dalam mencapai
kualitas pelayanan. Kepala ruang yang kurang memberikan
saran, masukan, motivasi dapat mengakibatkan pelayanan
keselamatan pasien kurang berjalan dengan baik
 Kepala ruangan sebagai manajer bertanggung jawab
terhadap kualitas pelaksanaan keselamatan pasien
sehingga harus mampu mengatur kebijakan, prosedur,
tempat dan stafperawat pelaksana agar pelaksanaan
keselamatan pasien dapat maksimal.
PERAN PEMIMPIN
(Marquis&Huston, 2015)
 Visioner dalam mengidentifikasi atau memperkirakan kebutuhan pengembangan
budaya dalam keselamatan pasien baik jangka pendek dan jangka panjang
 Memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan
dalam perawatan kesehatan
 Mendemonstrasikan fleksibilitas dalam pengaturan tujuan dalam sistem yang
berubah dengan cepat
 Mengantisipasi, mengakui, dan secara kreatif menyelesaikan kendala
 Mempengaruhi dan mengilhami anggota kelompok untuk menjadi aktif dalam
kegiatan jangka pendek dan jangka panjang perencanaan
 Bila ada kendala di komunikasikan secara efektif sesuai rantai komando
 Memastikan bahwa keselamatan pasien tidak terancam oleh karena
keterbatasan
 Peran model kepemimpinan dalam upaya keselamatan kesehatan
Peran dan tanggung jawab perawat
dalam keselamatan pasien
Perawat sebagai tim kesehatan bertanggung jawab untuk tercapainya asuhan yang aman.
Menurut ICN (2012) tanggung jawab perawat terhadap keselamatan pasien meliputi:
1. Menginformasikan potensial risiko pada pasien dan keluarga
2. Melaporkan KTD secara cepat dan tepat kepada pihak yang berwenang
3. Berperan aktif dalam mengkaji keselamatan dan mutu perawatan
4. Mengembangkan komunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya
5. Melakukan negosiasi untuk pemenuhan level staff yang adekuat
6. Mendukung langkah-langkah pencapaian keselamatan pasien
7. Meningkatkan program pengendalian infeksi yang tepat
8. Melakukan negosiasi terhadap standarisasi kebijakan dan protocol pengobatan untuk
meminimalkan kesalahan
9. Mempertanggungjawabkan profesionalisme dengan melibatkan tenaga kesehatan lain
10.Berkolaborasi dengan system pelaporan nasional untuk mencatat, menganalisis dan
belajar dari kesalahan
11.Mengembangkan suatu mekanisme, misalnya melalui akreditasi, untuk menilai kualitas
layanan kesehatan guna mengukur pencapaian dalam keselamatan pasien.
FUNGSI KEPALA RUANGAN
DALAM KESELAMATAN PASIEN
Marquis & Huston (2015)
Fungsi Manajemen

1. Mengembangkan rencana jangka pendek dan panjang yang


mencerminkan kebutuhan unit
2. Menilai lingkungan internal dan eksternal organisasi dalam mengidentifikasi
kekuatan dan hambatan untuk perencanaan
3. Menunjukkan pengetahuan dan menggunakan teknik yang sesuai secara
efektif
4. Memberikan kesempatan bagi staff untuk berpartisipasi dalam
perencanaan
5. Mengkoordinasikan perencanaan tingkat unit agar sesuai dengan tujuan
organisasi
6. Secara akurat menilai kebutuhan dengan menggunakan standar yang telah
ditentukan
7. Mengkoordinasikan aspek pemantauan dan pengendalian
8. Dokumentasikan kebutuhan pasien untuk kebutuhan asuhan
Fungsi Manajerial Kepala Ruang Dalam
Menegembangkan Budaya Kerja Positif
Keselamatan Pasien Meliputi Lima Fungsi Yaitu:
 Perencanaan : Keselamatan pasien merupakan dasar untuk memberikan
layanan kesehatan yang berkualitas
 Pengorganisasian : Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas
untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan,
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal
maupun horizontal, bertanggungjawab untuk mencapai tujuan organisasi
(Marquis & Huston, 2015).
 Supervisi : Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing
(penggerakkan/pengarahan) dalam fungsi manajemen yang berperan
untuk mempertahankan agar keselamatan pasien yang telah diprogramkan
dapat dilaksanakan dengan benar dan lancar. Supervisi secara langsung
memungkinkan kepala ruangan menemukan berbagai
hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan keselamatan.
Pengendalian : Pengendalian adalah proses
untuk mengevaluasi aktivitas sesuai dengan
yang telahdirencanakan dan berfungsi untuk
menjamin kualitas. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pengendalian meliputi
menetapkan standar dan menetapkan metode
pengukuran, melakukan pengukuran prestasi
kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai
dengan standar, mengambil tindakan korektif.
Fungsi Kepala Ruangan Dalam Pengembangan Budaya
Kerja Positif Keselamatan Pasien Pada Aspek Perencanaan
Meliputi :
 Melakukanan alisis ketersediaan sejumlah
kebijakan yang berisi pedoman, panduan dan
standar keselamatan pasien, serta standar perilaku
professional dalam membangun budaya kerja
positif keselamatan pasien.
 Merumuskan sejumlah panduan, pedoman dan
standar yang diperlukan dalam implementasi
pengembangan budaya keselamatan pasien.
 Mensosialisasikan pedoman, panduan, standar
kepada seluruh staff dalam rangka membangun
budaya kerja positif keselamatan pasien.
Fungsi Kepala Ruangan Dalam
Pengembangan Budaya Kerja Positif
Keselamatan Pasien Pada Aspek
Pengorganisasian Meliputi:
 Merumuskan struktur organisasi dalam rangka
mengembangkan budaya kerja positif keselamatan
pasien
 Merumuskan dan menetapkan uraian tugas dan
tanggungjawab setiap unit dalam
mengembangkan budaya positif keselamatan
pasien
 Menetapkan sumber daya manusia dan fasilitas
tiap bagian untuk membangun budaya positif
keselamatan pasien.
Fungsi kepala ruangan dalam pengembangan
budaya kerja positif keselamatan pasien pada aspek
perencanaan meliputi :
 Memberikan orientasi bagi staf dalam membangun
budaya kerja positif keselamatan pasien
 Memberikan arahan, bimbingan kepada staff dalam
mengembangkan budaya keselamatan pasien
 Memberikan latihan pada staf agar memiliki
pemahaman, sikap dan keterampilan dalam
mengimplementasikan kegiatan yang diperlukan
untuk membangun budaya kerja positif
keselamatan pasien
DAFTAR PUSTAKA
 InstituteofMedicine.  Crossingthequalitychasm: a newhealthsystemforthe
21st century.Washington, DC: National AcademyPress; 2001. [PubMed]
 JointCommission International. (2017). JointCommission International
Accreditationstandardsforhospitals(6th ed.). OakBrook: Department of
Publications JointCommission Resources.
 Kemenkes RI.2017. PMK nomor 27. Bahan Ajar Keperawatan : Managemen
Keperawatan Pasien.
 Koivu, A. Sarinen, P. . & K. D. (2012). Clinicalsupervisionpromotemedical-
surgicalnurses
 Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2017). Standar Nasional Akreditasi Rumah
Sakit. Jakarta, Indonesia: KARS.
 Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS).2015. Jakarta.
 Marquis, B. L., &Huston, C. J. (2015).
Leadershiprolesandmanagementfunctions in nursing:
Theoryandapplication(8th ed.). Philadelphia: WoltersKluwerLippincott
Williams &Wilkins.
 Mendes, L., &Fradique, M. J. J. G. (2014). Influenceofleadershiponqualitynursingcare.
International JournalofHealthCareQuality Assurance, 27(5):439–450.
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien.
 Revitasari, A.(2018).Identifikasi Ketidaklengkapan Pengisian Dokumen Rekam Medis Rawat
Jalan Berdasarkan Teori Motivasi Ekspektansi. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia,
4(2), 86.https://doi.org/10.20473/jaki.v4i2.2016.86-96
 SNARS. (2018). Standar Akreditasi Rumah Sakit. Standar Akreditasi Rumah Sakit, 421.
 Stieger, J. (2012). Numberofadvershealthevents in Minnesota Hospitals increasesslightly in
2011. https://doi.org/http://www.health.state.mn.us /patientsafety/
 Sugiharto, A. S., Keliat, B. A., & Sri, T. (2012). Manajemen keperawatan: aplikasi MPKP di
rumah sakit. Jakarta: EGC.
 Thompson, J. (2012). Transformationalleadershipcanimproveworkforcecompetencies.
NursingManagement(Harrow), 18(10), 21–24.
 World HealthOrganization. (2011). WHO PatientSafetyCurricullumGuide: Multi Professional
Edition. (http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44641/26/9789241501958_ind.pdf
.Diterbitkan oleh
 Wunderlich GS, Sloan F, Davis CK. 2014. Nursingstaff in hospitalsandnursinghomes:
isitadequate. Washington, DC: National AcademyPress.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai