Anda di halaman 1dari 18

PENALARAN

Disusun oleh Ayundha Maretha (0432950720032) – S1 Farmasi (sore)


APA ITU PENALARAN, LOGIKA
DAN PENALARAN HUKUM?
Penalaran Logika
Kegiatan akal budi dalam memahami makna setiap Yunani logikos berhubungan dengan
term dalam suatu proposisi, menghubungkan suatu pengetahuan.
proposisi dengan proposisi lain dan menarik
Latin logos perkataan atau sabda
kesimpulan atas dasar proposisi tersebut.

Penalaran bentuk pemikiran


MENURUT BEBERAPA AHLI
David Stewart dan H.
Patterson Irving M. Copi
Gene Blocker
Dalam buku Fundamentals of Aturan tentang cara Dalam buku Introduction to Logic
Philosophy merumuskan logika berpikir lurus “the rules merumuskan logika sebagai ilmu
sebagai thinking about thinking. of straight thinking” yang mempelajari metode dan
hukum-hukum yang digunakan
untuk membedakan penalaran yang
betul dari penalaran yang salah.
PENALARAN HUKUM

Penerapan prinsip-prinsip berpikir lurus (logika) dalam memahami prinsip, aturan, data, fakta,
dan proposisi hukum. Maka istilah ‘penalaran hukum’ atau legal reasoning sejatinya tidak
menunjukan bentuk penalaran lain di luar logika, melainkan penerapan asas-asas berpikir dari
logika dalam bidang hukum itu sendiri.
CIRI-CIRI PENALARAN

• Logis, pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih.

• Analitis, penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang falam merangkai, menyusun
atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.

• Rasional, apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang
dapat dipikirkan secara mendalam.
TAHAP PENALARAN

Menurut John Dewey:

a) Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenal sifat, atau apapun dalam
menerangkan hal-hal yang muncul secara tiba-tiba.

b) Rasa sulit yaitu bentuk permasalahan.

c) Pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesis, inferensi atau teori.

d) Ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan cara mengumpulkan
bukti-bukti (data)

e) Menguatkan ide dan menyimpulkan.


DUA BENTUK DASAR PENALARAN: INDUKSI DAN
DEDUKSI

Contoh generalisasi induksi


Induktif
Premis : Doni, melanggar lalu lintas, bukanlah orang yang
menaati hukum.
Jodi, melanggar lalu lintas, bukanlah orang yang Berdasar pada generalisasi pengetahuan
menaati hukum.
Johan, melanggar lalu lintas, bukanlah orang yang
menaat hukum atau pengalaman, data, fakta, atau

Budi, melanggar lalu lintas, bukanlah orang yang


menaati hukum pengetahuan terbatas sebagai premis yang

Kesimpulan: kita miliki.


Semua orang yang melanggar lalu lintas, bukanlah
orang yang menaati hukum.
CIRI-CIRI PARAGFRAF INDUKTIF
 terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
 kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
 kesimpulan terdapat di akhir paragraph
 menemukan kalimat utama, gagasan utama, kalimat penjelas, kalimat utama paragraph
induktif terletak di akhir paragraph
 gagasan utama terdapat pada kalimat utama
 kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-
peristiwa khusus
 kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan utama.
MACAM-MACAM PENALARAN
INDUKTIF
1) Generalisasi pernyataan yang berlaku umum untuk semua mencakup ciri-ciri esensial,
bukan rincian. Berdasar fakta, contoh, data, dll.
a. Generalisasi sempurna, seluruh fenomena yang menjadi dasar prnimpulan di selidiki.
b. Generalisasi tak sempurna, untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum di selidiki.

2) Analogi kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Membandingkan 2 hal


yang memiliki karakateristik berbeda namun dicari persamaan yang ada di tiap bagiannya.
Meramalkan
kesamaan

Menyingkapkan
Tujuan dari
kekeliruan
analogi

Mengelompokkan
klasisfikasi
3) Kausal proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat.

Terdiri dari 3 pola


a) Sebab ke akibat sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek. Contoh: karena jatuh
dari tangga, Raga harus beristirahat selama 6 bulan.
b) Akibat ke sebab akibat ke kejadian yang dianggap penyebabnya. Contoh: jari
kelingking Amin patah karena memkul papan itu
c) Akibat ke akibat satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.
KESALAHAN PENALARAN PADA
INDUKTIF

Kesalahan
Generalisasi
penilaian
terlalu luas
sebab-akibat

Kesalahan
analogi
DEDUKTIF

Ross (2006) dengan mengikuti definisi Aristoteles, menyatakan bahwa silogisme merupakan bentuk

dasar penalaran deduksi.

Secara logis, deduksi atau silogisme sebagai proses penarikan kesimpulan yang bertolak dari proposisi

universal sebagai premis untuk sampai pada konklusi atau kesimpulan berupa proposi universal,

particular atau singular


MACAM-MACAM DEDUKTIF
1. Silogisme, terdiri atas unsur dasar pemikiran utama (mayor), kedua (minor) dan
kesimpulan.
2. Enitmen, penalaran deduksi secara lansung. Diawali dengan
pernyataan umum
disusul dengan
uraian

Letak kalimat
Diakhiri dengan
utama di awal
penjelasan
paragraf

Ciri
paragraph
berpola
deduktif
CONTOH DEDUKTIF
Contoh silogisme
Premis : Semua pencuri harus dihukum menurut hukum (maior)
Johan seorang pencuri (minor)
Konklusi : Johan harus dihukum menurut hukum.
Penyimpulan yang ditarik berdasarkan term yang ada dalam premis

Subjek (S) Bentuk dasar silogisme hanya mengenal tiga

Note: proposisi. Dua proposisi sebagai premis dan


satu sebagai konklusi
silogisme Predikat (P)

Term tengah (M)

berfungsi untuk menghubungkan premis maior dan minor guna menarik konklusi.
Jumlah term Term tengah (M)
dalam silogisme tidak boleh
tidak boleh lebih terdapat dalam
dari tiga. Yaitu konklusi
S-M-P

Hukum
mengenai terms

Term S dan P
Term tengah dalam konklusi
setidaknya satu tidak boleh lebih
kali harus luas daripada
berdistribusi dalam premis.
KESALAHAN PENALARAN PADA
DEDUKTIF
Premis mayor tidak Kesimpulan terlalu luas
dibatasi atau tidak dibatasi

Adanya term keempat Adanya 2 premis negatif

Anda mungkin juga menyukai