Anda di halaman 1dari 15

Kelompok 2

Anggi Nuraeni F (E.0105.18.004)


Firna Fitriani (E.0105.18.014)
Mia Sulistian (E.0105.18.022)
Parma Putri Ani (E.0105.18.028)
DEFINISI

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kantinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya ( Brunner & Suddarth, 2005 dalamWijaya dan putri). Fraktur adalah patah
tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga
tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap(Price dan Wilson, 2006).
ETIOLOGI

Etiologi dari fraktur menurut (Price & Wilson, 2006 dan Long, 1996) yaitu :
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak,
kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Penyebab Fraktur

1.Kekerasan langsung : Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang


pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur
terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2.Kekerasan tidak langsung : Kekerasan tidak langsung menyebabkan
patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang
patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran
vektor kekerasan.
3.Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat
jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan,
PATOFIFIOLOGI

Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma Baik itu karena
trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung
misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena trauma
akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep
mendadak berkontraksi.

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
KLASIFIKASI FRAKTUR

Menurut (Brunner & Suddarth, 2005) jenis-jenis fraktur adalah:

a. Complete fracture (fraktur komplet) patah pada seluruh garis tengah tulang, luas dan melintang.
Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.

b. Closed fracture (simple fraktur) tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh.

c. Open fracture (compound fraktur / komplikata / kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada
kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membrane
mukosa sampai kepatahan tulang.

Fraktur terbuka digradasi menjadi:


- Grade I : luka bersih, kurang dari 1 cm panjangnya
- Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
- Grade III : luka sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
d.Greenstick fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang lainnya membengkok.
e.Tranversal fraktur sepanjang garis tengah tulang
f.Oblik fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
g.Spiral fraktur memuntir seputar batang tulang
h.Komunitif fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
i.Depresi fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (seiring terjadi pada tulang
tengkorak dan wajah).
J.Kompresi fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
K.Patologik fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget, metastasis
tulang, tumor).
l.Epifisial fraktur melalui epifisis
m.Impaksi fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainya.
MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang
menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.

2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan
membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.

3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm

4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang
teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

 
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar
immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.

a. Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma
lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat
pada anggota gerak bawah.

b. Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris
(gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan
pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.

c. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips.
Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local.
Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk
imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini.

d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai dua
tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.
2. Penatalaksanaan pembedahan.
a.Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat
kirschner), misalnya pada fraktur jari.
b.Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation). Merupakan
tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan
implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah

Tahap-tahap penyembuhan fraktur menurut Brunner & Suddart (2005):


a.Inflamasi tubuh berespon pada tempat cedera terjadi hematom
b.Poliferasi sel terbentuknya barang-barang fibrin sehingga terjadi revaskularisasi
c.Pembentukan kalus jaringan fibrus yang menghubungkan efek tulang
d.Opsifikasi merupakan proses penyembuhan pengambilan jaringan tulang yang baru
e.Remodeling perbaikan patah yang meliputi pengambilan jaringan yang mati dan reorganisai.
KOMPLIKASI

Komplikasi Fraktur Secara umum komplikasi fraktur terdiri atas komplikasi awal dan komplikasi lama
(Zairin Noor, 2016).

1. Komplikasi Awal

a. Syok

Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi. Hal ini biasanya terjadi pada fraktur. Pada beberapa kondisi
tertentu, syok neurogenik sering terjadi pada fraktur femur karena rasa sakit yang hebat pada pasien.

b. Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh : tidak adanya nadi : CRT (Capillary Refill Time)
menurun, sianosis bagian 20 distal, hematoma yang lebar, serta dingin pada ekstremitas yang
disebabkan oleh tindakan emergency pembidaian, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi,
dan pembedahan.

c. Sindrom Kompartemen

Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi terjebaknya otot, tulang, saraf, dan
pembuluh darah dalam jaringan parut akibat suatu pembengkakan dari edema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
d.Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopaedic infeksi dimulai pada
kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin (OREF) atau plat.

e.Avaskular Nekrosis Avaskular nekrosis (AVN)


Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan
diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.

f.Sindrom Emboli Lemak Sindrom emboli lemak (flat embolism syndrom-FES)


adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan sumsum tulang kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan 21 tingkat oksigen
dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernapasan, takikardi, hipertensi, tachypnea, dan
demam.
2. Komplikasi Lama
Delayed Union Delayed Union
Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
sembuh atau tersambung dengan baik. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.
Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan untuk
anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).
Non-union
Disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh dalam waktu antara 6-8bulan dan tidak terjadi
konsolidasi sehingga terdapat pseudoarthrosis (sendi palsu). Pseudoarthrosis dapat terjadi tanpa
infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama infeksi yang disebut sebagai infected pseudoarthrosis.
Mal-union
Mal-union adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya tetapi terdapat deformitas yang
berbentuk angulasi, varus/valgus, atau menyilang misalnya pada fraktur radius-ulna.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Arif Muttaqin (2008), pemeriksaan pemeriksaan penunjang pada fraktur yaitu:

1. Anamnesa/ pemeriksaan umum

2. Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan yang penting adalah pemeriksaan menggunakan sinar Rontgen (sinar-x) untuk
melihat gambaran tiga dimensi dari keadaan dan kedudukan tulang yang sulit.

3. CT scan : pemeriksaan bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan jaringan lunak atau cedera
ligament atau tendon.

4. X - Ray : menentukan lokasi, luas, batas dan tingkat fraktur.

5. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang lazim digunakan untuk mengetahui lebih jauh kelainan
yang terjadi meliputi :
- Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
- Fosfatase alkali meningkat pada saat kerusakan tulang.
- Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5), aspratat aminotransferase (AST) dan aldolase
meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
6. Pemeriksaan lain-lain :
- Biopsi tulang dan otot : pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan di atas, tetapi lebih diindikasikan bila
terjadi infeksi.
- Elekromiografi : terdapat kerusakan konduksi saraf akibat fraktur.
- Artroskopi : didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.
- MRI : menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
- Indigium Imaging : pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
 

Anda mungkin juga menyukai