Anda di halaman 1dari 23

KONSEP MODEL

KEPERAWATAN JIWA
PENGERTIAN
Menurut Fawcett (2008) dalam McEwen &
Willis (2007) Konseptual model adalah kumpulan
filosofi yang berdasarkan realita dalam
keperawatan dan lebih abstrak. Sedangkan grand
Theories sebaliknya merupakan kumpulan dari
konseptual model dan lingkupnya lebih kompleks
dan luas daripada teori; lebih menjelaskan issue-
issue keperawatan yang lebih luas.
Konseptual Dasar Model Kep. Jiwa
• Psyhoanalytical (freud, erickson)
Teori psikoanalisis merupakan teori yang
berusaha untuk menjelaskan tentang hakikat dan
perkembangan kepribadian manusia. Unsur-unsur
yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi,
emosi dan aspek-aspek internal lainnya.
• Trust vs Mistrust ( Percaya & Tidak
Percaya, 0-18 bulan)
Karena ketergantungannya, hal pertama yang
akan dipelajari seorang anak atau bayi dari
lingkungannya adalah rasa percaya pada
orang di sekitarnya, terutama pada ibu atau
pengasuhnya yang selalu bersama setiap hari.
Jika kebutuhan anak cukup dipenuhi oleh sang
ibu atau pengasuh seperti makanan dan kasih
sayang maka anak akan merasakan keamanan
dan kepercayaan.
•  Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu
(Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan – 3
tahun)
• Kemampuan anak untuk melakukan beberapa
hal pada tahap ini sudah mulai berkembang,
seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara.
Kepercayaan yang diberikan orang tua untuk
memberikannya kesempatan bereksplorasi
sendiri dengan dibawah bimbingan akan dapat
membentuk anak menjadi pribadi yang
mandiri serta percaya diri.
• Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa
Bersalah, 3 – 6 tahun)
• Anak usia prasekolah sudah mulai
mematangkan beberapa kemampuannya
yang lain seperti motorik dan kemampuan
berbahasa, mampu mengeksplorasi
lingkungannya secara fisik maupun sosial
dan mengembangkan inisiatif untuk mulai
bertindak.
• Industry vs Inferiority ( Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12
tahun)
• Anak yang sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial akan
mulai mengembangkan suatu perasaan bangga terhadap
identitasnya. Kemampuan akademik anak yang sudah
memasuki usia sekolah akan mulai berkembang dan juga
kemampuan sosialnya untuk berinteraksi di luar keluarga.
• Dukungan dari orang tua dan gurunya akan membangun
perasaan kompeten serta percaya diri, dan pencapaian
sebelumnya akan memotivasi anak untuk mencapai
pengalaman baru. Sebaliknya kegagalan untuk
memperoleh prestasi penting dan kurangnya dukungan
dari guru dan orang tua dapat membuat anak menjadi
rendah diri, merasa tidak kompeten dan tidak produktif.
• Identity vs Role Confusion ( Identitas vs
Kebingungan Peran, 12-18 tahun)
• Pada tahap ini seorang anak remaja akan mencoba
banyak hal untuk mengetahui jati diri mereka
sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman
yang memiliki kesamaan dengan dirinya untuk melewati
hal tersebut.
• Jika anak dapat menjalani berbagai peran baru dengan
positif dan dukungan orang tua, maka identitas yang
positif juga akan tercapai. Akan tetapi jika anak kurang
mendapat bimbingan dan mendapat banyak penolakan
dari orang tua terkait berbagai peranannya, maka ia bisa
jadi akan mengalami kebingungan identitas serta ketidak
yakinan terhadap hasrat serta kepercayaan dirinya.
• Intimacy vs Isolation ( Keintiman vs Isolasi, 18-35
tahun)
• Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini
biasanya terjadi pada masa dewasa muda, yaitu
merupakan tahap ketika seseorang merasa siap
membangun hubungan yang dekat dan intim dengan
orang lain. Jika sukses membangun hubungan yang erat,
seseorang akan mampu merasakan cinta serta kasih
sayang.
• Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat
penting untuk dapat menembangkan hubungan yang
sehat. Sementara kegagalan menjalin hubungan bisa
membuat seseorang merasakan jarak dan terasing dari
orang lain.
• Generativity vs Stagnation ( Bangkit vs
Stagnan, 35-64 tahun)
• Ini adalah tahap kedua perkembangan
kedewasaan. Normalnya seseorang sudah
mapan dalam kehidupannya. Kemajuan karir
atau rumah tangga yang telah dicapai
memberikan seseorang perasaan untuk memiliki
suatu tujuan. Namun jika seseorang merasa
tidak nyaman dengan alur kehidupannya, maka
biasanya akan muncul penyesalan akan apa yang
telah dilakukan di masa lalu dan merasa
hidupnya mengalami stagnasi.
• Integrity vs Despair (Integritas vs
Keputusasaan, 65 tahun keatas)
• Pada fase ini seseorang akan mengalami
penglihatan kembali atau flash back tentang
alur kehidupannya yang telah dijalani. Juga
berusaha untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang sebelumnya tidak
terselesaikan. Jika berhasil melewati tahap
ini, maka seseorang akan mendapatkan
kebijaksanaan, namun jika gagal mereka
bisa menjadi putus asa.
• Interpersonal (sulivan,peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa
seseorang bisa muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan
kecemasan (ansietas). Ansietas timbul dan
dialami seseorang akibat adanya konflik
saat berhubungan dengan orang lain
(interpersonal).
• Sosial (caplan,szasz)
Menurut konsep ini, seseorang akan mengalami
gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila
banyaknya faktor sosial dan faktor lingkungan yang
akan memicu munculnya stress pada seseorang (social
and environmental factors create stress,which cause
anxity and syptom).
• Existential (Ellis, Roger)
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku
atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal
menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu
tidak memiliki kebanggaan akan dirinya, membenci diri
sendiri dan mengalami gangguan dalam bodi imagenya.
• Supportive therapy (wermon, rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep
model ini adalah faktor biopsikososial dan
respon maladaptif saat ini. Aspek
biologisnya menjadi masalah seperti: sering
sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek
psikologisnya mengalami banyak keluhan
seperti: mudah cemas, kurang percaya diri,
rasa bersalah, rasa ragu, pemarah.
• Perilaku (Ivan Pavlov)
Teori pembiasaan klasikal (classical
conditioning) ini berkembang berdasarkan
hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan
Pavlov (1849-1936) , seorang ilmuan besar
Rusia yang berhasil menggondol hadiah Nobel
pada tahun 1909. Pada dasarnya classical
conditioning adalah sebuah prosedur
penciptaan refleks baru dengan cara
mendatangkan stimulus sebelum terjadinya
refleks tersebut (Terrace, 1973).
Peningkatan Dan Pencegahan Penyakit
Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa sebagai bidang kegiatan


banyak menggunakan kerangka berpikir
yang berasal dari ilmu kesehatan
masyarakat. Dalam garis besar kegiatannya
dapat dibagi menjadi tiga kelompok
pencegahan atau prevensi yaitu prevensi
primer, sekunder dan tersier.
• Prevensi Primer
Prevensi primer adalah upaya kesehatan
yang bertujuan untuk menurunkan insiden
penyait di masyarakat dengan memengaruhi
factor penyebab. Upaya ini meliputi upaya
peningkatan derajat kesehatan dan
pencegahan penyakit. Dalam hal ini perawat
mempunyai fungsi independen untuk
menurunkan kerentanan individu terhadap
penyakit dan meningkatkan individu untuk
menghadapi stressor psikososial.
Peran perawat dalam prevensi primer adalah:
• Memberikan penyuluhan tentang prinsip-prinsip sehat jiwa
• Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan,
tingkat kemiskinan dan pendidikan
• Memberikan pendidikan kesehatan
• Melakukan rujukan yang sesuai dengan sebelum gangguan
jiwa terjadi
• Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah
psikiatri dimasa mendatang
• Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota
keluarga & meningkatkan fungsi kelompok
• Aktif dalam kegiatan masyarakat & politik yang berkaitan
dengan kesehatan jiwa
• Prevensi sekunder
Bertujuan mempercepat proses
penyembuhan gangguan jiwa yang sudah
ada dalam suatu populasi hingga demikian
jumlah gangguan jiwa berkurang. Sasaran
prevensi sekunder adalah pencegahan
gangguan mental yang lebih berat, usaha
pencegahan gangguan ditunjukkan pada
gangguan kesehatan jiwa yang lebih ringan
yang menghinggapi individu yang pada
dasarnya normal.
Peran perawat dalam prevensi sekunder :
• Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa
• Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan
penanganan dirumah
• Menciptakan lingkungan yang terapeutik
• Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan
• Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri
• Melaksanakan intervensi krisis
• Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan kelompok
pada berbagai tingkat usia
• Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi
yang telah teridentifikasi masalah yang dialaminya
• Prevensi tersier
Prevensi tertier bertujuan mengurangi defek
residual, yakni cacat tersisa dalam fungsi mental
pada suatu popolasi, dan yang merupakan
akibat suatu gangguan mental. Secara populer
dapat dikatakan bahwa dalam prevensi tertier
ini mau dicegah, jangan sampai individu yang
sudah sakit menjadi kronis dibiarkan begitu
saja. Harus diusahakan agar mereka jadi
produktif kembali dengan sebaik mungkin. Hal
ini diusahakan melalui rehabilitasi pasien
mental secara besar-besaran.
Ada beberapa prinsip dasar yang dapat dijadikan pedoman
usaha rehabilatasi :
• Rehabilitasi sebaiknya dimulai saat diagnostic ditegakkan dan
terapi dimulai.
• Penciptaan lingkungan terapeutik di lingkungan rumah sakit
jiwa, perawatan jangka panjang dalam rumah sakit sering
menimbulkan gejala hospitalisasi yang merupakan bentuk
deprivasi emosional.
• Penciptaan usaha rehabilitasi kejuruan atau vokasional.
• Tempat penampungan khusus
• Rumah sakit sebaiknya berdekatan dengan rumah pasien.
• Perlu dijadikan hubungan akrab dengan badan sosial dalam
masyarakat.
• Penyelenggaraan program pendidikan kesehatan jiwa dan
konsultasi kesehatan jiwa bagi tenaga badan sosial.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai