Anda di halaman 1dari 17

Penatalaksanaan Fraktur Pada Os Maxill

a
Clara Nikita
102019031
Skenario
Seorang laki - laki 22 tahun jatuh dari tangga saat
memperbaiki AC, 2 jam sebelum masuk IGD.

Rumusan Masalah
laki2 berusia 22 tahun jatuh dari tangga 2 jam yang lalu
Anamn
esis
kesimpu Pemeriksa
Pemeriksa
an
an fisik
fisik &
&
lan penunjang
penunjang

komplikasi
epidemi
komplikasi
ologi

pognosis
pognosis
RM etiologi

penatala
penatala diagno
ksana sis

Manifestsi
Manifestsi Diagnosis
Diagnosis
klinis
klinis &
& banding
banding
klasifikasi
klasifikasi
patofisiologi
patofisiologi
Anamnesis

Nama
Tn. xx

Jenis Kelamin
Laki-laki

Umur
22 tahun

rahang terbentur dinding, rahang bisa


menutup namun sakit, sakit pada rahang
atas depan kiri kanan, keluar darah pada
mulut, sakit pada saat menggigit,
Pemeriksaan Fisik
• KU : tampak sakit sedang
• TTV normal
• Ada luka robek panjang di gusi rahang kiri kanan, mulut
bengkak sepanjang rahang kiri kanan,

Pemeriksaan Penunjang
terdapat fracture pada maxilla horizontal dengan garis
memanjang dari kiri kanan
Epidemiologi
Amerika Serikat

>150.000
kematian akibat
kekerasan terjadi
setiap tahun
>500.000
korban trauma yang
tersisa dengan cacat
permanen. Setiap
tahun
• Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Rowe dan Killey
pada tahun 1995, rasio antara fraktur mandibula dan
maksila melebihi 4:1
• Data lainnya juga dilaporkan dari trauma centre level 1,
bahwa diantara 663 pasien fraktur tulang wajah, hanya
25.5% berupa fraktur maksila
• Pada anak-anak prevalensi fraktur tukang wajah secara
keseluruhan jauh lebih rendah dibandingkan pada
dewasa. Sekitar 5-15% dari keseluruhan fraktur wajah
terjadi pada anak
Etiologi
kerangka wajah terdiri dari empat pasang dinding
01 penopang (buttress) vertikal dan horizontal (Vertical
buttresses, zygomatic buttress, pterygomaxillary
buttress, posterior vertical buttress

Buttress merupakan daerah tulang yang lebih tebal


yang menyokong unit fungsional wajah (otot, mata,
02 oklusi dental, airway) dalam relasi yang optimal dan
menentukan bentuk wajah dengan cara
memproyeksikan selubung soft tissue diatasnya

Maksila sendiri dirancang untuk menyerap gaya yang


03 timbul saat mengunyah dan menyediakan buttress
vertikal oklusi gigi.

Ketika fraktur maksila dihubungkan dengan fraktur


zygoma, otot masseter memegang peranan penting
04 dalam displacement segmen fraktur karena
perlekatannya yang kuat pada badan zygoma. Pada
fraktur maksila atas, sistem nasolakrimal dapat pula
terlibat.
Fraktur Maxilla Le Fort I
Pada tahun 1901, Le Fort melaporkan tentang trauma
tumpul yang dilakukan pada tengkorak kadaver yang
diberikan berbagai besar kekuatan dan berbagai arah
trauma. Fraktur cenderung terjadi pada lokasi
tertentu, yang berhubungan dengan wilayah- wilayah
yang lemah pada skeleton wajah. Le Fort
menyimpulkan adanya alur yang dapat diprediksi
mengikuti tipe dari arah trauma.
Fraktur Le fort I meliputi fraktur horizontal bagian
bawah antara maxilla dan palatum/arkus alveolar
komplex

Menyebabkan terpisahnya prosesus alveolaris


dan palatum durum. Garis fraktur berjalan ke
belakang melalui lamina pterigoid. Fraktur ini bisa
unilateral atau bilateral
Differential Diagnosis

Fraktur Alveolar
Fraktur Le Fort II Fraktur Le Fort III Bagian
Hasil dari trauma pada Juga dinamakan dentoalveolar dari
mid maksila. craniofasial maksila dapat
Seperti fraktur yang disjunction. Hasil mengalami fraktur
mempunyai bentuk dari trauma akibat pukulan
piramidal dan melewati langsung dari langsung maupun
nasal bridge anterior secara tidak tidak
ke sepertiga tengah langsung pada
wajah mandibula
Patofisiologi
• Fraktur terjadi ketika tenaga yang diterapkan melebihi kemampuan stres tulang, mengarah ke
gangguan mineral matriks dan gangguan jaringan lunak yang terkait. Fraktur bisa bersifat
sederhana/ simpel, melibatkan gangguan tunggal antara dua segmen tulang, atau bersifat
comminuted, yang berarti terdiri dari beberapa fragmen tulang.

• Rotasi adalah perubahan orientasi segmen tulang sepanjang sumbu panjang mereka. Fraktur
dianggap menguntungkan jika orientasi vektor tarik otot bertindak untuk kompresi fraktur.
Fraktur yang tidak menguntungkan yaitu salah orientasi sehingga vektor tarik otot bertindak
untuk menjauhkan fragmen

• Fraktur terbuka berarti ada paparan antara tulang yang patah dengan lingkungan luar jaringan
lunak, yang mengarah ke kontaminasi bakteri. Biasanya, fraktur yang melibatkan bantalan
tulang gigi bahkan tanpa laserasi mukosa dianggap terbuka karena dari paparan flora mulut
melalui jaringan periodontal.
Manifestasi Klinis

• Pemeriksaan klinis pada fraktur Le Fort 1 dilakukan dalam dua pemeriksaan yakni secara
exstra oral dan intra oral. Pada pemeriksaan ekstra oral, pemeriksaan dilakukan dengan
visualisasi dan palpasi. Secara visualisasi dapat terlihat adanya edeme pada bibir atas dan
ekimosis. Sedangkan secara palpasi bilateral dapat menunjukkan step deformity pada sutura
zygomaticomaxillary, mengindikasikan fraktur pada rima orbital inferior. Pada pemeriksaan
intra oral, pemeriksaan dilakukan secara visualisasi dan palpasi. Secara visualisasi dapat
terlihat adanya open bite anterior. Sedangkan secara palpasi terdapat rasa nyeri. Selanjutnya
pemerikdaan Le Fort 1 dilakukan dengan foto rontgen dengan proyeksi wajah anterolater.
Klafikasi Fraktur Maxilla
• Trauma Jaringan Lunak Wajah
Trauma jaringan lunak biasanya disebabkan trauma benda tajam, akibat pecahan kaca pada kecelakaan lalu lintas
atau pisau dan golok pada perkelahian

1. Luka sayat (vulnus scissum),


2. luka robek (vulnus leceratum),
3. luka tusuk (vulnus punctum)
4. Luka bakar (combustio)
5. Luka tembak (vulnus sclopetorum)
6. Berdasarkan ada atau tidaknya kehilangan jaringan (skin avulsion dan skin loss)
7. Dikaitkan dengan unit estetik Menguntungkan atau tidak menguntungkan,
8. dikatkan dengan garis langer.
9. Berdasarkan derajat kontaminasi

• Trauma jaringan keras wajah.


Klasifikasi trauma pada jaringan keras wajah dilihat dari fraktur tulang yang terjadi dan dalam hal ini tidak ada
klasifikasi yang definitif.
1. Dibedakan bedasarkan lokasi anatomis dan estetik.
2. Dibedakan berdasarkan kekhususan
Berdasarkan Cara Perawatan
Fraktur
Fraktur Fraktur Berkeping-keping
Unilateral Bilateral Fraktur Multipel (comminuted)
Gabungan yang Fraktur ini hamper selalu
Fraktur ini biasanya sempurna dari diakibatkan oleh kecelakaan
Fraktur bilateral sering langsung yang cukup keras
hanya tunggal, tetapi kecelakaan langsung
terjadi dari suatu pada daerah fraktur, seperti
kadang terjadi lebih dan tidak langsung
kombinasi antara pada kasus kecelakaan
dari satu fraktur yang dapat menimbulkan
kecelakaan langsung dan terkena peluru saat perang.
dapat dijumpai pada terjadinya fraktur Dalam sehari-hari, fraktur ini
tidak langsung. Fraktur ini
satu sisi maksila dan multiple. Pada sering terjadi pada simfisis
umumnya akibat
bila hal ini terjadi, umumnya fraktur ini dan parasimfisis. Fraktur yang
mekanisme yang
sering didapatkan terjadi karena trauma disebabkan oleh kontraksi
menyangkut angulus dan muskulus yang berlebihan.
pemindahan fragmen tepat mengenai titik
bagian leher kondilar Kadang fraktur pada prosesus
secara nyata. Suatu tengah dagu yang
yang berlawanan atau koronoid terjadi karena
fraktur korpus maksila mengakibatkan fraktur
daerah gigi kaninus dan adanya kontraksi reflex yang
unilateral sering terjadi. simfisis dan kedua datang sekonyong-konyong
angulus yang
kondilus. mungkin juga menjadi
berlawanan.
penyebab terjadinya fraktur
pada leher kondilar.
Penatalaksana

1 2 3 4 5
Fiksasi Cangkok
Akses Reduksi Stabilisasi
Maksilomand
Fiksasi Fraktur Plat dan Tulang Primer
ibular
Sekrup

6 7 8
Pelepasan Resuspensi Perawatan
Fiksasi Soft tissue Postoperative
Fraktur Maksila
Maksilomandibular
Prognosis
• Treatment yang paling sederhana dan efektif untuk kasus
fraktur pada tulang maksila adalah menggunakan fikasi
intermaksilari. Jika teknik ini dilakukan secepatnya terhadap
pasien yang mengalami fraktur pada maksila, maka akan
banyak deformitas wajah yang dapat dieliminasi akibat fraktur
maksila
Komplikasi
• Pada luka yang parah, tidak jarang mendapatkan hasil kurang
sempurna, meskipun rekonstruksi yang baik sering diterima oleh
pasien yang menghargai keparahan cedera awal mereka.
Namun, operasi revisi selektif dapat meningkatkan hasil dan
mengkonversi hasil yang dapat diterima. Bijaksana dalam
penggunaan graf tulang atau implan alloplastic diperlukan untuk
membentuk daerah tulang yang hilang atau untuk reposisi bola
mata. Kadang-kadang, malunion bisa terjadi, cara mengatasinya
adalah dengan remobilisasi dari tulang wajah via osteotomy
diikuti oleh reposisi dan refixation dengan graf tulang yang
diperlukan.
Kesimpulan
• Pada kasus ini pasien mengalami fraktur maxilla le fort I yang
diakibatkan oleh benturan dinding di rahang atas pasien.
Treatment yang paling efektif dalam menangani kasus ini ada
dengan teknik fikasi intermaksilari, dan sebaiknya dilakukan
tindakan segera agar banyak deformitas wajah yang dapat
dieliminasi akibat fraktur maksila

Anda mungkin juga menyukai